pagi ini suasana jalan raya sangat ramai, banyak orang tua yang dengan senang hati mengantar kan anak nya untuk pembelajaran di hari pertama.
'' aku juga ingin seperti mereka? '' Rebecca bee kata lelah, menatap banyak teman se angkatan nya ber jalan ber sama dengan gembira.
'' ibu mu kenapa? ''
Rebecca memaling kan wajah, menatap Maureen '' mereka sibuk dengan urusan pasar, tidak pernah mempeduli kan ke inginan anak nya''
'' re, orang tua kamu tidak mungkin seperti itu'' Sandra menambah kan.
'' benar, mungkin mereka membiar kan mu seperti ini. karena mereka ingin melihat kamu hidup mandiri, tidak lagi ber gantung dengan mereka apa lagi orang lain'' Mauren mengusap lembut pundak Rebecca.
'' kau tidak mengerti Maureen ''
'' tentu, kamu benar aku tidak akan pernah mengerti. karena aku tidak pernah merasa kan, bagaimana memiliki keluarga lengkap seperti mu''
'' Maureen '' Rebecca dan Sandra hampir ber sama an.
'' I am sorry, aku tidak ber maksud mengatakan itu ''
Maureen Ter senyum tulus, Rebecca dan Sandra sudah tentang bagaimana kehidupan Maureen.
gadis cantik itu tidak sedikit pun mem permasalah kan ucapan Rebecca, karena semua itu sudah menjadi kenyataan yang sudah ada, dan Maureen harus bisa menerima nya.
'' Maureen, maaf kamu pasti sedih '' Rebecca memeluk tubuh Maureen dari samping dan mengusap punggung gadis itu lembut.
'' sudah lah, aku tidak apa-apa '' Maureen ter senyum lebar, meyakin kan kedua teman nya kalau dia benar-benar tidak mempunyai masalah.
'' sudah cukup, ini hari pertama kita masuk kuliah. bagaimana kalau kita raya kan pesta kecil, capuccino dan kentang goreng''
semua nya mengangguk pasti '' tidak buruk '' tambah Rebecca.
'' dan Jangan lupa, pria tampan dan kaya '' Maureen mengetip kan sebelah mata nya, menggoda.
ketiga remaja itu ber jalan beriringan menuju cafe tidak jauh dari area UNIFI yang ada di kota Florence.
'' kamu terlalu banyak melihat film, jadi jangan mengajak ku untuk Ter pengaruh, Maureen''
Maureen ter senyum geli mendengar ucapan Sandra, sejak kapan Maureen suka nonton film. yang ada Maureen bisa ke laparan karena tidak bekerja.
'' yah mungkin hanya di dunia mimpi'' jawab Maureen.
Sandra ber jalan ke arah konter dan memesan sebuah minuman dan makanan yang tadi mereka bicara kan.
Berita ter baru untuk hari ini
Maureen, Rebecca dan Sandra refleks melihat televisi yang ada di tempat itu setelah sebuah volume sengaja di keras kan.
'' maaf, aku tidak sengaja '' salah seorang lelaki paruh baya meminta maaf dengan tangan yang masih memegang remote. dia pemilik cafe.
'' tidak masalah tuan, kami juga ingin menonton nya, iya kan '' Maureen menatap Sandra dan Rebecca, lalu ke dua nya mengangguk perlahan.
lelaki paruh baya itu ter senyum '' sebagai dari anak remaja tidak suka dengan acara berita seperti ini, tapi kalian ''
'' kami memiliki sedikit perbeda an tuan, sedikit lebih suka dengan per gerakan masa lampau ''
'' baiklah, kalian nikmati saja. saya akan kembali bekerja '' pamit pemilik cafe.
'' lingkungan yang ramah '' Rebecca meminum pesanan nya yang baru selesai di antar, tatapan nya kembali ke Maureen yang menatap layar televisi dengan serius.
'' kau benar-benar mau mengejar lelaki keluarga Remirro itu'' tanya Rebecca.
'' entah lah, aku hanya ingin mencari hiburan dengan sesuatu yang tidak pernah aku coba'' Maureen mengunyah kentang goreng milik nya dan menambah kan sedikit caus di ujung kentang.
'' itu menyenang kan, kalau kau benar-benar dapat mendapat kan keluarga Remirro itu menjadi pacar mu''
Maureen melirik dengan malas '' Sandra, kau mau melibat kan ku dalam masalah. lihat saja bright menyukai sesama jenis, percuma saja aku berusaha ''
Sandra menatap layar televisi yang baru saja Maureen tunjuk kan '' tapi kamu sendiri yang bilang, lebih suka dengan sesuatu yang ber bau mafia''
'' yah, itu aku. tapi aku tidak tahu kalau lelaki tampan seperti bright menyukai sesama jenis''
'' jadi sekarang kau menyerah '' tanya Rebecca pada Maureen.
'' entah, aku masih suka melihat ke tampanan nya'' Maureen memain kan sedotan nya lalu meminum nya sampai habis.
...----------------...
kelas akan di mulai, semua mahasiswa mulai ber jalan cepat menuju kelas mereka masing- masing.
'' kita ber kumpul di kantin, setelah jam pelajaran selesai '' Maureen berdiri di sebelah pintu kelas nya menatap Rebecca dan Sandra.
'' Iyah, aku akan me ngabari mu lebih dulu kalau kelas ku lebih cepat selesai'' kata Sandra.
'' semangat belajar Maureen '' teriak Sandra dan Rebecca setelah melangkah semakin men jauh.
'' kalian juga '' balas Maureen, tidak peduli dengan tatapan orang asing di sebelah kanan dan kiri nya.
'' hai, aku boleh duduk di sini '' sapa Maureen ramah kepada seorang gadis berambut merah menyala.
'' terserah, tidak ada hak pemilik hanya untuk sebuah kursi '' jawab gadis itu.
Maureen mengulas senyum mendengar ucapan dingin gadis itu, tujuan utama Maureen untuk belajar. jadi soal punya atau tidak nya teman di kelas, itu bukan masalah besar menurut Maureen.
'' Maureen '' ucap Maureen menjulur kan tangan nya, gadis berambut merah itu menatap sekilas lalu menerima jabatan tangan Maureen.
'' Tamara '' jawab nya.
'' oh, senang bertemu dengan mu Tamara''
Maureen tidak melanjut kan percakapan nya, tangan lentik nya meraih sebuah buku yang sempat ia bawa di dalam tas ransel nya, sejarah tentang politisi penting Italia.
'' kau suka membaca buku '' tanya Tamara melihat Maureen yang dengan santai nya membuka satu per satu halaman dalam bab satu.
'' iya, bahkan sudah banyak buku yang aku koleksi di rumah '' jawab Maureen, ceria.
'' termasuk novel ''
'' tentu, semua yang bertulisan latin '' Maureen mengangkat tangan kanan nya dan mendekat kepada Tamara, seolah ingin membisik kan sesuatu yang penting.
'' tidak dengan angka ''
Tamara Ter senyum geli, Maureen mengata kan dengan nada benci untuk tiga kata di atas.
'' kau tidak suka matematika '' Maureen mengangguk '' kita se frekuensi ''
'' kau juga tidak suka dengan bahasa alien itu'' Maureen her tanya memasti kan.
'' yaps, angka-angka itu sungguh membosan kan. aku tidak mengerti, kenapa bisa ada manusia yang mencipta kan rumus se rumit itu, apa mungkin otak mereka tidak sama dengan kita '' Tamara mengernyit heran dengan ucapan nya sendiri.
'' memang, lihat Saja kening orang dulu. menonjol dan tidak berambut, aneh ''
Tamara tertawa mendengar omongan konyol teman baru nya '' kau menghina nenek moyang ''
'' tidak aku hanya membicara kan nya. dan itu benar, mereka akan selalu menjadi yang terbaik dari pada kita''
Tamara mengangguk untuk mengiya kan. kelas menjadi sunyi setelah suara langkah kaki seseorang baru memasuki kelas dengan santai.
''selamat pagi anak-anak '' sapa profesor Mario, membenar kan letak kaca mata bulat yang ber Tengger di hidung mancung nya.
'' selamat pagi prof '' sambut semua nya.
'' dia juga legenda, kita harus patuh kalau tidak. akan ada hukuman tambahan '' bisik Tamara lirih.
'' aku mengerti '' jawab Maureen, mata nya tak teralih kan dari lelaki paruh baya yang masih berdiri tegak di hadapan semua mahasiswa.
'' sebelum pelajaran saya mempelajari ilmu sejarah lebih dalam, saya punya per tanyaan untuk kalian semua. siapa profesor terkenal
sejarawan dan politisi penting di Italia?''
Maureen melihat sekeliling tidak ada seorang pun yang berniat menjawab pertanyaan tersebut, semua hanya diam dengan mulut Ter tutup rapat.
'' siapa nama mu? '' tanya profesor Mario, ketika Maureen mengangkat tangan kanan nya.
'' Silera Maureen ''
'' oke lanjut kan''
Maureen menghirup udara sebanyak mungkin, lalu duduk dengan tegak untuk menjawab per soalan yang di berikan profesor Mario.
'' Giovanni Spadolini, lahir tahun 1925 di Firenze, guru besar ' sejarah kontemporer ' ''
profesor Mario bertepuk tangan dua kali '' kerja bagus nak '' lalu sebuah tepukan kembali terdengar, semua teman-teman Maureen memberi tepukan tangan dengan kagum.
Maureen menghela nafas lega, ia memalingkan wajah saat sebuah tangan menyentuh pundak nya '' hebat kawan ''
'' terima kasih, Tamara ''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments