"Dia sudah memakannya?" Tanya Aderald pada pelayanan yang mengantarkan makanan untuk Dona.
"Nona sudah menerima makanannya, Tuan. Kami rasa Nona akan memakan hidangan tersebut" ucap si pelayan memberitahu.
Aderald mengangguk lalu menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tengah, sesekali Aderald menatap layar ponselnya takut-takut ada telepon dari polisi seputar kabar suami dari Donatella.
Namun sampai saat ini belum ada informasi apapun dari pihak kepolisian.
"Hmm... Kau boleh pergi"
Pelayan berseragam biru itu menunduk hormat dan kembali ke belakang.
Kini tinggal Aderald sendiri yang berada disana, kepalanya menoleh ke arah kamar dimana Dona berada.
Aderald mencoba untuk tidak terlalu peduli, namun ia malah semakin kepikiran akan wanita itu.
Bagaimana jika tadi ia tak menolong Dona dan memilih untuk pergi? Akankah wanita itu masih selamat?
Aderald jadi penasaran, apa masalah yang sebenarnya terjadi. Penjahat-penjahat itu sampai rela melukai wanita hamil seperti Dona. Jika dipikir-pikir masalah yang dihadapi kemungkinan adalah masalah besar, penjahat itu mempunyai keinginan untuk melenyapi Dona dan suaminya.
Sebenarnya siapa yang pertama kali membuat masalah? Penjahat itu juga tak mungkin berkehendak tanpa sebab.
Cukup lama Aderald melamun, ia menggeleng-gelengkan kepala mengusir rasa tak jelas dipikirannya. Sampai Ia memilih bangkit dari sofa dan berjalan memasuki kamar tidur.
***
Pagi hari Dona terbangun dari tidurnya, dini hari ia terlelap sebentar memimpikan sang suami.
Mimpi itu begitu singkat, Dona hanya ingat jika di dalam mimpinya Jarvis masih berusaha menyelematkan ia beserta bayi mereka. Tetapi setelah itu Dona lupa apa yang ia mimpikan.
Kelopak hitam di bawah mata menandakan jika Dona benar-benar kurang tidur sejak kemarin, ditambah otaknya yang stress dan jiwanya yang terlalu banyak tekanan.
Dona mengucek-ucek kedua mata dan menatap jendela kamar yang sudah mulai diterangi oleh surya.
Kaki jenjang itu bergerak menyentuh dinginnya lantai kamar, bangkit dari ranjang sembari berjalan ke arah kamar mandi guna membasuh mukanya.
Setelah selesai Dona keluar dari kamar tersebut, mengedarkan seluruh pandangan mencari-cari pria pemilik mansion ini.
Tak ada siapapun disana, akhirnya Dona melangkah mencari dapur untuk bertanya kepada seorang pelayan.
Dona menelusuri seluruh lantai dasar mansion hingga menemukan dapur yang ia cari. Disana ada dua pelayan yang tengah memasak untuk sarapan, salah satunya menyadari jika Dona ada disana.
"Nona? Apa ada yang sedang anda butuhkan?" Tanyanya menghentikan sejenak aktivitas memasak.
"Emm... T-tidak ada, aku hanya ingin bertanya keberadaan Tuan kalian. Dia ada dimana?" Jelas Dona.
"Tadi Tuan pergi ke taman belakang, sepertinya Tuan sedang mengangkat telepon, Nona"
"Begitukah?"
"Iya Nona, apakah Nona ingin bertemu dengan Tuan? Biar saya antar"
Secepat mungkin Dona menolak bantuan tersebut.
"Emm... Tidak perlu, terimakasih. Aku akan kesana sendiri saja"
"Baik Nona, anda hanya perlu berjalan lurus saja dari sini" ujar pelayan memberi arahan.
"Baik, maaf sudah menganggu pekerjaan kalian"
"Tidak apa-apa, Nona"
Setelah mengetahui dimana Aderald berada Dona lantas mencari letak taman belakang sembari menoleh ke kanan dan kiri siapa tau Aderald sudah pergi dari taman.
Sesampainya di taman Dona melihat seorang lelaki yang berdiri tegak membelakanginya, ia sedang menelpon dengan seseorang. Dona mendekat secara perlahan tanpa pria itu tahu.
Jarak satu meter Dona berhenti dan ketika itu juga Aderald menutup teleponnya.
"Baik, kami akan kesana sekarang" suara Aderald yang terdengar samar ditelinga Dona.
"Tuan?" Panggil perempuan itu.
Seketika Aderald berbalik badan, namun tatapan pria itu terlihat sendu, ia menatap Dona dengan ekspresi keprihatinan.
Hening.
Hening.
Hening.
"T-tuan?" Gumam Dona bingung.
Pikiran Dona menebak dengan siapa Aderald bertelpon, apakah.... Dengan pihak kepolisian? Apakah Aderald baru saja diberi informasi terkait suaminya???
Kelopak mata Dona sedikit melebar, seketika Dona jadi merasa ingin tau!
"A-apa... Itu kabar tentang suamiku?" Tanyanya penuh harap.
Lama Aderald tak bersuara, seperti sulit untuk berkata, handphone nya masih ia genggam dengan sekuat tenaga. Lidahnya kelu, namun bagaimana pun Dona harus tau.
"Kita harus pergi sekarang" lirih Aderald pada akhirnya.
Mendadak Dona membeku ditempat, ia menelan ludah dengan susah payah, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang, perasaannya tak enak! Ia hanya menatap Aderald dengan tatapan kosong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Hany
sabar Dona,kuatkan mental,untuk menerima kenyataan yg terburuk
2023-02-13
1
🌼 Pisces Boy's 🦋
Dona memimpikan Jarvis apa itu pertanda suaminya tdk selamat
2022-10-21
3
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
mungkin kah jarvis tidak selamat👀. tapi kalau iya, dona mungkin akan melihat suaminya itu, hanya saja, masih kepikiran dengan penjahat itu, gimana kalau penjahat itu masih mengincar dona yah, nanti mereka malah tau keberadaan dona dimana
2022-10-18
6