Bab 5(ditinggal mbok Inah)

Mati dan hidup seseorang tiada yang tahu. Saat gadis cilik itu berusia 5 tahun, simbok sang malaikat, meninggalkannya sendirian. Tanpa pamitan, tanpa apapun yang membuat gadis kecil itu sedih dan tak percaya. Seharian itu hanya diisi dengan tangisan dan raungan. Kepada siapa lagi dirinya akan berlindung sekarang? Apakah benar hidupnya hanya akan dihiasi dengan derita? Salahkan sebenarnya dia terlahir didunia ini?

Setelah tenang, gadis kecil itu diajak kerumah tetangga sebelah. Para tetangga pun ikut merasakan simpati akan penderitaan gadis kecil ini. Seharian anak-anak mbok Inah tak ada yang mengirimi gadis kecil ini makan. Sedangkan simbok sering cerita kalau orang tua gadis kecil itu selalu mengirim uang. Lalu kemana uang itu? Kenapa dari tadi tak ada yang mengurus anak kecil ini?

Tiba-tiba kedua anak mbok Inah datang. Syukurlah, kini anak-anak mbok Inah mau mengurus neng putri.

"ayo pergi ke rumah kami. Disini lo mau ama siapa? Ayo buruan. Bawa barang-barang yang kiranya penting saja" ujar lastri anak pertama mbok inah

"iya, tan. Bentar ya!"

Gadis kecil itu bergegas ke kamarnya. Mbok par membantu gadis cilik itu memberesi barang-barang nya. Tak banyak barang yang dibawa. Karena memang gadis kecil ini tak pernah dibelikan barang - barang keperluan ya. Semua hasil pakaian Desi(anak tante lastri) atau sila (putri tante Rasti) yang sudah tidak muat atau yang punya sudah tidak mau memakainya.

"sudah? Ayo berangkat!" tante lastri menggandeng tanganku masuk ke mobilnya. Hebat sekarang, tante lastri sudah bisa beli mobil.

Di dalam perjalanan tante Lastri memasukkan map coklat ke dalam tas putri. Entah apa isinya. Saat tiba diperkebunan tebu, lastri memaksa putri untuk turun. Gelap, takut, ingin menolak, tapi tarikan tangan tante lastri terlalu kuat. Gadis kecil itu akhirnya benar-benar dibuang untuk kedua kalinya.

Pov Putri

Aku takut. Sangat takut. Aku berlari kencang mencoba mengejar mobil tante lastri. Tapi aku hanyalah anak 5tahun seberapa pun kuatnya aku, tak akan bisa aku menyamai kecepatan mobil yang sedang melaju kencang. Aku menangis sekelas-kerasnya berharap ada yang mau menolongku. Namun, harapan tinggallah harapan. Tak ada yang menolongku saat ini.

Aku lelah, lapar, takut....

Kutemukan ada beberapa bangunan kosong. Kurebahkan badanku meringkuk tanpa alas didepan bangunan kosong itu. Berharap semua ini hanyalah mimpi.

Pagi menyapa. Badanku sakit semua karena tidur tanpa alas dan kedinginan. Kepalaku sangat sakit. Kupaksakan badan kecil ini untuk bangun mencari pertolongan. Tapi malah yang terjadi adalah pandangan semakin gelap, semakin gelap dan hilang

Saat kubuka mata lagi, aku sudah berada ditempat yang berbeda. Ini seperti sebuah rumah. Ingin mengangkat tubuh rasanya masih sangat berat. Kulihat rumah ini sekilas. Sederhana, namun rapi dan bersih.

Dari arah pintu kulihat ada ibu-ibu menghampiriku.dengan tersenyum dia mendekat dan membelai kepalaku. Akupun jadi ketularan senyum

"masih sakit?" tanya ibu itu padaku

Aku hanya menggeleng pelan karena kepalaku masih luar biasa sakit

"makan ya? Dari kemaren ngga makan apa ngga lapar?" lanjut ibu itu sambil menyuapiku. Aku bahagia. Sangat bahagia.

Sejak simbok sakit, aku dipaksa harus mandiri karena tak ada yang mengurusku. Anak-anak simbok hanya akan datang dia awal bulan untuk memberikan jatah uang untuk ku. Lalu pergi lagi.

Dan kini, saat simbok sudah ngga ada, aku langsung dibuang begitu saja. Aku marah, aku benci, aku dendam sama mereka. Orang tua yang membenci kelahiranku, meskipun uang selalu mereka kirim, tapi tak sekalipun mereka menengok ku sehingga aku dibuang seperti sekarang. kakek nenek yang membenciku karena terlahir perempuan. Aku janji suatu saat aku kan jadi orang hebat. Bibi lastri ataupun bi Rasti yang merampas uangku hingga aku dan simbok kesusahan. Aku benci mereka. Aku tak ingin mengingat atau pun mengenal mereka lagi

"namamu siapa?nama ibu Ayu." ibu itu pun mengenalkan namanya.

"nama saya nadira" jawabku

"orang tuamu kemana?" tanya ibu ayu lagi

"saya yatim piatu. Dulu saya sama simbok terus simbok meninggal."

Bu Ayu mengusap kepalaku perlahan

"ngga papa. Sekarang kamu punya ibu. Jangan takut ya?" bu Ayu terus membelai kepala ku. Aku bahagia. Setelah simbok, masih ada orang baik yang mau mengasuhku

"assalamualaikum, bu" tiba-tiba ada lelaki berseragam abu-abu masuk rumah

"waalaikumsalam,Dit! sini kenalkan adik kecil yang kamu selamatkan semalam" bu Ayu menggandeng tangan laki-laki itu mendekat. Aku lihat laki-laki itu mengulurkan tangan.

"nama mas Adit. Namamu siapa?" segera kubalas uluran tangannya

"nadira!" jawabku malu-malu. Mas Adit sangat tampan. Hihihi.....

"ibu mau ke tempat pak rt dulu melaporkan penemuan Nadira. Kalau sebulan ini tak ada keluarga nya yang mencari, kita urus surat-suratnya biar nadira biar bisa sekolah. Ibu lihat usianya sudah cukup buat masuk tk" lanjut bu Ayu lagi. Aku bahagia. Apakah aku akan sekolah.???

"ibu yakin?" tanya mas Adit

Senyumku langsung hilang. Apa mas Adit keberatan bu Ayu menyekolahkan aku?

"yakin. Kamu ngga kasihan liat dia seperti itu? Ngga punya orang tua, dibuang entah oleh siapa, dia masih terlalu kecil kalau kita pun tak peduli, lalu bagaimana dengan dia? Ingatlah, memuliakan anak yatim adalah salah satu tugas kita. Ibu yakin pasti ada rejekinya sendiri kalau kita mengasuh dia"jelas bu Ayu

"kalau ibu yakin, Adit hanya bisa mendukung. Lagian kalau hanya berdua juga sepi ya, bu?" lanjut bang Adit. Akhirnya....

Aku berlari memeluk bang Adit. Aku bahagia.

"terima kasih, bang"

"bukan bang, tapi mas. Sekarang, kamu adik mas. Jangan nangis, jangan sedih. Oke???"

Kubalas dengan anggukan. Aku terlalu bahagia sekarang

Keesokan harinya aku bangun subuh. Kulihat bu Ayu masak banyak sekali. Segera kulangkahkan kaki mendekat

"masak banyak untuk siapa, bu?" tanyaku setelah dekat dengan ibu

"eh Dira sudah bangun. Ini ada pesanan katering untuk pertemuan di Balai desa. Ibu kerjaannya seperti ini." jawab bu Ayu

"mas Adit?" tanyaku lagi. Ibu sudah sibuk, apakah mas Adit masih tidur?

"masmu ke warung bu Ida sama bu badriah nganter gorengan. Sebentar lagi juga pulang." balas ibu

"Dira bantu ya, bu?"

"ngga usah. Kamu masih kecil. Tidur lagi sana!"ibu malah mengusirku. Apa ibu tak tau aku sudah biasa dengan pekerjaan ini?

Segera saja kuambil sendok dan memasukkan sambel dalam bungkus plastik. Kebetulan pesanan ibu kali ini paket ayam goreng.

" Dira sudah biasa hidup susah, bu! Pekerjaan seperti ini sudah diajarkan simbok setiap hari" plastik berisi sambal aku kumpulkan di wadah. Nanti baru ditata di dalam kardus

"usiamu berapa, dir?" tanya bu Ayu lagi

"5 tahun, bu. Tapi dari usia 3 tahun, pekerjaan rumah sederhana sudah diajarkan simbok. Simbol bilang, usia simbok sudah tua, kalau sewaktu waktu aku ditinggal simbok, setidaknya aku ngga manja manja amat, bu" jelasku. Kulihat wajah ibu malah memerah

"kamu ngga ingat orang tua mu seperti apa?"

"ngga ingat, bu. Kata simbok, aku ditinggal waktu usiaku seminggu." jelasku

"ngga apa-apa. Setidaknya sekarang sudah punya ibu sama mas Adit" ucap bu Ayu sambil memelukku

"iya. Terima kasih ya, bu!"

"hei, kenapa malah semua nangis?" mas Adit tiba-tiba saja ada di dapur kami

"ngga apa-apa. Kangen mas Adit!" ucap ku manja

"hilih...." tapi seketika mas Adit malah sudah memeluk dan menggendongku

Aku bahagia. Terima kasih, Tuhan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!