Setibanya di ruangan Sania
Aku mendekat ke arah ranjang, dimana Sania tergeletak lemah dengan selang infus di tangan nya,Ku lihat wajah cantik nya yang sedikit memucat.
" kak, kak naya, suara nya terdengar lemah, dengan tetesan air mata mengalir begitu saja dari ujung mata nya, entah kenapa begitu melihat ku dia terlihat sangat sedih dan rapuh, mungkin inilah yang dimaksud dokter tadi, gadis ini menyimpan banyak beban dalam dirinya, dan itulah yang menyebabkan ia stress dan kelelahan.
" sudah, kamu sudah terlalu lelah hari ini, sudah ya, besok lagi cerita nya " kataku sambil menduduki sebuah kursi di samping ranjang pasien yang sania tempati
Sania hanya menatapku lemah dengan anggukan kecil sambil tersenyum hangat tak luput tetesan air mata masih setia menetes dari pelupuk mata nya. oh tuhan, seberapa besar beban hidup yang gadis ini pikul, hingga sedari tadi ia tak henti henti nya menangis.
Melihat ia yang menatapku sengan sendu, hati ku sedikit menghangat, mungkin seperti ini lah rasa nya jika aku memiliki sodara, terlebih lagi sodara lerempuan, ahh Sania yang manis, secara reflek aku mengelus ujung kepala Sania yang masih terbungkus hijab maroon yang ia kenakan.
Bukan nya berhenti air mata Sania menetes justru itu malah menbuat gadis itu malah semakin ter isak pilu, bahkan secara tak sadar air mata ku juga ikut menetes begitu saja.
"Kak, aku mau di peluk" kata nya sambil terisak
dengan segera aku menangkup Sania yang masih terbaring lemah, sedangkan kaki ku masih setia berdiri di atas lantai,berdiri di samping ranjang rumah sakit tempat Sania terbaring saat ini posisi ku hanya mencondongkan separuh tubuh ku untuk merengkuh tubuh sania yang masih terbaring lemah.
" kalau kamu sudah merasa lelah dan butuh teman berbagi, kakak akan dengan senang hati menjadi pendengar yang baik untuk mu, sudah ya, jangan nangis lagi " kataku berusaha menenangkan nya, kemudian melepaskan pelukan dari nya.
" tapi dengan satu syarat, kamu nggak boleh nangis lagi. sudah ya.. ( sambil mengusap air mata di pipi nya) sudah terlalu banyak air mata kamu yang terbuang hari ini, senyum dong !" Kata ku sedikit merayu nya
Sania terlihat sedikit menyunggingkan senyum nya, sambil menatapku
" Trimakasih kak, kakak baik, hari ini Sania beruntung di pertemukan dengan Kakak "
" emm,.. kaka boleh tanya sesuatu nggak sama kamu " kata ku sambil kembali mengusap ujung kepala nya yang terbalut hijab, sania hanya menjawab nya dengan mengangguk
" Ayah dan Ibu kalian dimana? Kamu tak ingin memberitahu mereka? Jika kamu sama kakak kamu dirawat disini. kalau nanti mereka nyariin kalian gimana? Maksud kakak, tadi kan di rumah kamu nggak ada siapa siapa, siapa tau nanti Ayah sama Ibu kamu pulang, terus, disana nggak ada siapa siapa gitu, takut nya mereka khawatir "
" nggak akan kak( sania menjawab dengan senyum manis nya kali ini, seperti nya dia sudah mulai merasa lebih baik) Ayah sama ibu nggak akan pernah pulang ke rumah, mereka juga nggak akan pernah lagi nyari ketiga anak nya, Ayah dan ibu sudah tenang dan bahagia disisi yang Kuasa kak, mereka sudah bahagia "
" astagfirullah, Innalillahi wa inna ilaihii raaji'un, Maafin kakak ya san, kakak nggak tau Kalau Ayah dan Ibu kamu sudah berpulang " kata ku dengan sedikit terkejut, dan sesal. Karna telah lancang berbicara seperti itu pada Sania, tapi heran kenapa justru disaat ia menceritakan orang tua nya yang sudah tiada ia malah terlihat tersenyum bahagia, tapi tadi saat dia menceritakan kakak nya yang bernama Satya ia justru menangis pilu. dan, kata kata yang terngiang di kepalaku adalah saat gadis ini mengatakan Mereka sakit, dan aku sendirian, apa maksud nya? ahhh sungguh ini begitu rumit, dan jika aku bertanya banyak hal padanya, takut nya malah menambah beban gadis itu.
" Ayah dan Ibu meninggal, saat sania baru lulus sekolah menengah pertama, mereka adalah korban kecelakaan pesawat terbang, saat hendak melakukan perjalanan pulang dari negara B "
Untuk sesaat, Sania terdiam, kali ini suara nya terdengar halus serta sedikit senyuman di wajah nya terukir,
" kakak pasti ingin bertanya, kenapa saat Sania menceritakan ini, Sania malah tersenyum padahal Ayah dan Ibu sudah tiada " katanya sambil menatap ku dengan tersenyum hangat, aku pun ikut tertular senyuman nya kemudian mengangguk
" Dulu, setelah kematian Ayah dan Ibu, Jujur saja, Sania sempat terguncang dan merasa tak terima, tapi kedua kakak Sania dengan sabar merawat dan memberi semangat, setiap hari mereka bergantian mengurus Sania yang saat itu masih terguncang, hingga akhir nya hari demi hari kami lewati dan Sania tersadar, Sania mencoba untuk meng ikhlaskan dan menerima semua nya. tapi tetap, semua itu tak lepas dari dukungan ke dua pria hebat dalam hidup Sania kak, hingga akhir nya, Sania dinyatakan sembuh total dan memilih melanjutkan studi di pesantren, sementara ke dua pria hebat itu di sibuk kan dengan kegiatan mereka masing masing.
Tapi meski begitu, mereka tak pernah lupa untuk tetap rutin jengukin Sania di Asrama.
Mas Satya,kakak sania yang pertama. Dia begitu penyayang dan bijak, dia bahkan mampu menggantikan peran Ayah dan Ibu dengan baik bagi kedua adik nya, meski dia di sibukan dengan aktifitas nya menjadi se orang abdi negara, ia tak pernah melupakan ke dua adik nya, bagi nya, kebahagiaan adik adik nya adalah prioritas dalam hidup nya. meski beberapa kali, kami sering menyuruh nya untuk segera berkeluarga, ia tetap bertekad sebelum melihat ke dua adik nya bahagia, ia tak akan mau mambina hubungan keluarga dalam hidup nya, hingga kejadian naas itu menimpa nya, dan mungkin itu lah yang membuat mas Satya sekarang berubah, ia berfikir kami tidak bahagia. dan dia merasa telah gagal menjalankan tugas terbesar nya.
Hingga kondisi nya yang, yaaa.. seperti yang kakak lihat tadi, seperti itu lah mas satya saat ini.
Dan Kakak Sania yang ke dua, Dia.... emm ...diaa juga sakit ( suara nya sedikit melemah dan tatapan nya kembali sendu) mungkin dia lah Yang kak Naya cari, dia adalah pria hebat yang Sania punya Selain Ayah dan Mas Satya, di usia nya yang masih tergolong muda, dua puluh sembilan tahun, dia sudah berpangkat Jendral di kepolisian, kiprah nya sebagai se orang polisi muda begitu bersinar terang, dengan karir yang cemerlang, dan berparas tampan, dia tentu banyak di gilai para kaum hawa. Sania tau, semua kisah nya termasuk kisah asmara nya, karna setiap dia mengunjungi Sania ke asrama dia selalu menceritakan hal apapun yang dia alami dan dia lalui, Sania senang bisa menjadi tempat nya berbagi, mungkin itu lah yang membuat kami merasa selalu dekat meski tak bertemu setiap hari, dia juga dengan telaten mengurus Mas Satya, dan dia menjadi satu satu nya harapan Sania, agar keluarga kami bisa kembali bahagia meski tanpa kehadiran Ibu dan Ayah lagi.
Hari itu, Sania diminta untuk izin dari asrama, dan saat di perjalanan dia bercerita dengan bahagia, bahwa ia baru saja melamar kekasih nya tadi malam, dan hari ini, ia minta Sania untuk ikut makan malam di rumah, sekaligus berniat mengenalkan Sania dan juga mas Satya dengan wanita pilihan nya itu.
malam itu, kami semua ikut berbahagia.
apalagi mereka berniat untuk segera pengajuan pernikahan ke kantor tempat kakak bertugas dalam waktu dekat, tentu saja ini adalah kebahagiaan yang benar benar tidak kami duga,
Usai makan malam, kakak mengantar calon istri nya untuk pulang, tapi tiba tiba ( terlihat Sania kembali menjeda ucapan nya sambil kembali meneteskan air mata di pipi nya) tiba tiba mobil yang di kendarai Kakak dan juga kekasih nya mengalami kecelakaan, sehingga menewaskan kekasih nya yang saat itu langsung meninggal dunia di tempat kejadian. sementara Kakak, dia hanya mengalami beberapa cedera luar yang tidak terlalu parah, meski di balik musibah itu membuat kami kehilangan seseorang yang akan menjadi sosok ipar kami, kami juga tetap bersyukur, Kakak tetap diberikan keselamatan, walau setelah kejadian itu, kakak menjadi sosok yang pendiam dan murung, ia sudah seperti kehilangan semangat hidup nya, dan itu juga yang menjadi penyebab bertambah parah nya sikap dan sifat Mas Satya, hingga akhir nya suatu hari Kakak pulang dalam ke adaan tak sadarkan diri akibat minuman beralkohol, dan kejadian itu terus berulang, hingga membuat ia diberhentikan sementara dari dinas nya, karna itu juga, Sania memutuskan untuk pulang dan merawat ke dua kakak Sania di rumah.
Namun yang terjadi tidak lah membuat keadaan semakin membaik, justru malah sebalik nya, kakak malah terlihat murung dan sedih yang kadang meracau tak jelas, mengamuk dan bahkan, memberontak, memukul siapa saja yang ia temui dan memaki maki nya dengan kata kata yang kadang Sania sendiri bingung, dia marah tapi se olah dia sedang memarahi diri nya sendiri, bahkan ada satu kejadian dimana ia hampir saja membunuh ku, dengan kasar menampar dan mencekik ku, untung saja saat itu ada teman dari Dinas tempat nya bertugas selama ini ingin menjenguk dan dengan segera memisahkan kakak dari ku, aku selalu mencoba berusaha memahami nya kak,( Sania kembali berderai air mata sambil terus bercerita) aku berusaha kuat, aku berusaha mendampingi nya, dan selalu berada di sisi nya, karna meski bagai mana pun ke adaan nya di tetaplah sodara ku, kakak ku, dia lah Dimas bagaskara, se orang jendral polisi yang kak Naya cari."
Setelah mengatakan itu semua, tangis Sania kembali pecah, aku memeluk nya dengan terus mengusap ngusap punggung nya pelan, setelah beberapa lama, tangis nya mulai reda, aku melepaskan pelukan ku, ku lihat jam di atas nakas kecil rumahsakit sudah menunjukan pukul dua belas malam.
" Sania heyy, ( kata ku sambil mengusap air mata di pipi nya ) lihat kakak, tatap kakak sania, mulai sekarang kamu tidak sendirian, kakak akan selalu ada untuk Sania, kapanpun Sania butuh kakak, kakak pasti akan datang, okehh, jangan sedih yaa " kata ku menatap nya dengan tersenyum
" iya kak, trimakasih, rasanya disini ( sambil menepuk pelan dada nya) sangat kega kak, rasa nya beban Sania selama ini menghilang dan menguap begitu saja, trimakasih kak, trimakasih sudah mau mendengar cerita sania ya kak "
" iya , sudah ya istirahat, oh ya, ponsel kamu mana? " tanyaku
" itu kak !" Sania menunjuk ponsel nya di atas nakas di samping jam kecil, aku pun mengambil nya dan kebetulan ponsel nya tidak di kunci, aku kemudian menyimpan nomor ku di ponsel nya dan menyimpan nya kembali.
" kakak sudah simpan no kakak di ponsel kamu, jadi, besok besok kalau kamu perlu bantuan kakak, kamu bisa hubungin kakak ya !"
" iya kak, trimakasih banyak ya !"
" sudah, jangan trimakasih terus, sekarang kamu istirahat lagi, biar cepet pulih, malam ini, kakak temenin kamu disini ya !"
Sania kemudian tersenyum dan mengambil satu tangan kanan ku, kemudian di cium nya tangan kanan itu, hati ku kembali menghangat dan terharu, gadis ini benar benar kuat, aku tak kuasa membendung rasa haru ini, ku peluk dia, sambil berkata " Sania tidak sendiri, sania punya kakak " tanpa sadar, kita sama sama terlelap dengan posisi ku duduk di bangku tunggu sambil satu tangan kanan ku masih di genggaman Sania yang sudah terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments