Minggu ini aku lalui bersama dengan teman teman baruku, mereka ternyata adalah orang yang ramah dengan segala tingkah lakunya.
" Hari ini kita kemana guys, apa ada yang sedang ada acara kencan dengan kekasihnya? bagi yang tidak,main bareng yuk.. kemana gitu" Usul Intan.
" Boleh deh lagi suntuk juga ini di rumah seharian." Balas Riri.
" Kita ke mall saja yuk, cuci mata, kemaren kan habis terima gaji say.." Dewi ikut menimpali.
" Tapi kita beberes dulu yaa, nanti kalau pulang kan capek, jadi bisa langsung istirahat"Usul Ayu.
Kami langsung gotong royong membersihkan setiap sudut kos kosan. Kamar yang belum terisi juga ternyata seminggu sekali tetap di bereskan, agar tak terlalu berdebu.
Penghuni lantai satu akan membereskan semua di lantai satu begitu juga untuk di lantai dua, di bereskan semua penghuni lantai dua.
Untuk lantai tiga ruang cuci kami akan bereskan rame rame. Karena lantainya harus di sikat paling tidak satu Minggu sekali agar tidak berlumut.
Maklum pasti lantai tiga selalu basah karena memang khusus untuk bagian cuci mencuci.
Tak terasa waktu berlalu kami telah selesai beberes dan sudah rapi tinggal berangkat.
Ternyata delapan di antara mereka punya motor yang biasa di pakai untuk transportasi, yang tak punya motor berboncengan dengan yang punya motor.
Aku di bonceng oleh Intan. Setelah keluar kami langsung mengunci pagar.
Intan menjelaskan bahwa di samping asrama Kami itu adalah tempat kami bekerja. Memang tempat ini termasuk dalam pusat kota.
Butik dan gharment tempat produksinya juga masih dalam kawasan yang sama. Seberapa kaya kah si bos ini. Hingga mempunyai lahan yang lumayan luas. Mudah-mudahan aku betah bekerja di sini.
Sambil mengendarai motornya intan menjelaskan padaku, bahwa masih ada mess untuk pegawai yang berkeluarga. Sebenarnya juga di berikan tempat tinggal.
Ada sekitar seratus kepala keluarga yang tinggal di sana. Produknya juga di pasarkan tidak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri.
Wahh ternyata aku bekerja di perusahaan bonafit. Banyak memang karyawannya, hanya saja banyak yang lebih memilih tinggal dengan keluarga sendiri atau memilih kos di luar, mungkin karena tak tahan dengan jam malam nya. Padahal mungkin itu lebih baik menurutku.
Tak terasa kami sudah sampai di mall x di jalan y. Mall ini belum pernah aku datangi, mungkin karena dulu masih terlalu sibuk dan malas untuk jalan saat aku masih berada di kota ini lima tahun yang lalu.
Kami menghabiskan waktu dengan berkeliling mall, aku juga membeli perlengkapan ku untuk masuk kerja besok.
Waktu berlalu dengan cepat, keseruan kami melalui waktu seharian ini sangat menyenangkan. Kami sudah tiba di kamar masing masing untuk mulai mengarungi mimpi.
Alarm dari ponselku saat sudah meraung-raung untuk membangunkan ku pagi ini.
Aku bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan merapihkan kamarku, hanya sekedar menyapu saja karena kemaren sudah aku pel pikirku.
Paling nanti pulang bekerja aku baru mengepelnya. Selesai itu aku langsung keluar kamar, karena sesuai kesepakatan kemaren jadwal piket di ganti menjadi hari ini orang orang lantai satu yang piket besoknya orang orang lantai dua, begitu seterusnya kecuali hari Minggu itu gotong royong pastinya.
Kami mulai menyibukkan diri dengan pekerjaan kami masing masing, ada yang menyapu, mengepel dan memasak.
Oh ya ada juga yang menyiram tanaman yang ada di lantai tiga, bukan bunga yang di tanam di lantai tiga melainkan segala jenis bumbu dapur ada di sana, makanya biaya belanja bulanan kami cukup murah pikirku.
Kalau mau masak tinggal petik saja. sepertinya orang orang penghuni kos sangat pintar memanfaatkan lahan yang ada pikirku. Wilayah nya juga cukup jika hanya untuk menanam segala jenis bumbu dapur.
Dengan perawatan yang bagus hasilnya juga cukup memuaskan pikirku lagi.
Setelah selesai sarapan kami langsung keluar untuk bekerja, ternyata yang bekerja pagi ini hanya delapan orang termasuk aku, empat orang sisanya ternyata bekerja di butik dan dapat shift siang jam satu siang.
Sesampainya di tempat kerja aku langsung di antar kan intan ke ruang HRD untuk menghadap.
Aku menggunakan kemeja putih panjang tangan, celana bahan panjang berwarna hitam dan sepatu karet hitam. Itu info yang aku dapat dari intan.
Setelah menerima instruksi dari HRD aku menghadap SPV yang ternyata laki laki yang sedikit gemulai, pak Iwan namanya. Dia cukup ramah juga ternyata.
Aku mengikutinya menuju tempat dimana akan menjadi tempat kerja untuk kedepannya.
Aku di tempatkan di bagian dress kombinasi, gabungan antara kain dan kebaya, syukurlah pikirku. Hanya saja di sini aku tinggal menjahit saja bahan yang sudah di potong dang dikelompokkan.
Prosesnya juga tidak mengerjakan langsung jadi baju satu, untuk pemasangan resleting atau kancing itu di bagian yang berbeda. Aku hanya menggabungkan saja badannya.
Lagian gajinya bulanan, hanya saja tetap pakai target. Begitu instruksi yang kudengarkan. Kesempatan emasnya adalah semuanya bisa berkarir.
Bagi siapa saja yang mampu memberikan ide design yang berhasil lolos, maka dia akan mendapatkan bonus di tambah bonus penjualannya.
Gambar design dan bentuk fisik pakaian menjadi penilaian, tapi semua bahannya kami para partisipan yang harus mengusahakan.
Selesai mendengar semua penjelasan dari SPV, aku langsung di arahkan ke mesin jahit ku. Jika kerjaku bagus mungkin aku akan di pindah ke bagian wedding. Tempat mbak ayu bekerja.
Di sini aku bekerja bareng intan saja, yang lain di divisi yang berbeda. Aku mulai mengerjakan pekerjaan ku yang sudah menunggu untuk di kerjakan.
Mereka juga hanya menerangkan dasarnya saja. Karena saya hanya tinggal mengikutinya tidak terlalu sulit untuk di ajarkan. Sebab sudah punya dasar menjahit.
Berbeda dengan intan, dia harus mengikuti training selama tiga bulan menjalani semua bagian dasar untuk mendapat pelatihan dasar menjahit. Bisa di katakan dia ikut kursus kilat.
Dia beruntung belajar tapi di gaji, berbeda dengan kebanyakan orang, kalau ingin belajar ya harus keluar uang dulu.
Kami di sini sangat fokus bekerja, tidak ada yang bercanda gurau. Hanya terdengar suara mesin jahit yang saling bersahutan. Masih pagi jadi masih fokus pikirku.
Bekerja di sini merupakan tantangan nyata untuk ku, beda ketika aku menjahit desa, model itu itu saja, jika ada yang request model rumit, harga minta terlalu murah.
Di sini hanya untuk jahit badannya saja pendapatan sudah lumayan. Masih ada kesempatan untuk berkarya dan dapat apresiasi. Katanya cukup sulit untuk masuk ke sini.
Aku benar benar beruntung dapat melewati segala tes yang di gunakan. Meski harus tawar menawar dengan bos, yang tidak ku ketahui apakah pemilik atau hanya kepercayaan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments