Haiii para pembacaku yang manis, terimakasih sudah mengikuti novel ini. Jangan bosan dan ikuti terus yaa dan jangan lupa kritik dan sarannya. karena kritik dan saran dari kalian semua sangatlah berarti untuk menambah semangat dan motivasi ku mengembangkan minatku dalam menulis.
Salam sayang dari ku untuk para reader tercinta.
Pagi menjelang tepat pukul enam pagi aku sudah terbangun dari tidur ku, aku segera ke kamar mandi untuk sikat gigi dan cuci muka. Untuk mandi mungkin agak siangan karena aku harus mencuci baju kotor ku.
Di dalam kamar sudah tersedia sebuah keranjang baju yang berwarna abu terang yang sudah terisi baju kotorku sepanjang perjalanan dari desa. Aku memasukkan detergent yang sudah ku persiapkan dari desa sebelumnya.
Kubuka pintu kamar ku dan aku berjalan keluar sambil mengangkat keranjang belanjaan, kemudian aku mengunci pintu kamarku.
Aku melihat sekelilingku masih sepi ternyata, mungkin karena hari libur jadi penghuni kamar yang lain masih betah untuk tidur di kamar, pagi ini kebetulan cuaca juga masih dingin.
Segera ku langkahkan kaki ku menuju lantai tiga. Kosan ini lumayan luas ternyata, tadi aku melihat di lantai satu setelah dari parkiran motor.
Ada ruang tamu yang di lengkapi dengan satu set sofa dan meja kaca yang di depannya ada televisi, kemudian ada sepuluh kamar yang saling berhadapan paling jarak antar pintu yang berhadapan sekitar satu meter.
Cukup menarik pikir ku. Parkiran dekat dengan pagar yang sudah di beri atap. Hanya saja ruang tamu nya seperti teras, sekilas aku berpikir apa tv nya nanti tidak hilang pikirku.
Tapi kembali terlintas di pikiranku sepeda motor yang berjejer saja tidak hilang, sambil menggelengkan kepala aku melanjutkan kembali langkahku.
Tiba di lantai dua aku juga menemukan kembali 10 pintu kamar yang masih tertutup. Oh ternyata di atas ruang tamu itu adalah dapur.
Ada dua kulkas yang lumayan besar juga lengkap dengan kitchen set dan perlengkapan lainnya.
Lain halnya dengan ruang tamu, dapur ini benar benar tertutup ada dua jendela besar yang dibuat dengan teralis dan pintu untuk masuk.
Mungkin menghindari tikus saat malam dan tak ada orang di kosan. Aku melangkahkan kaki ku naik ke lantai tiga.
Di lantai tiga seperti yang di jelaskan oleh intan di sini sudah tersedia dua mesin cuci yang di atasnya di beri genteng.
Ruang cucinya ukurannya sekita 5x5 meter yang tertutupi genteng.
aAda juga tempat untuk jemur baju ketika hujan turun. Selainnya di buat kosong tanpa atap hanya saja di batasi dengan besi besi bulat untuk pagar dan atasnya juga.
Jadi kalau ada yang niat jelek mencoba tindakan ekstrim melompat misalnya pastilah tak bisa. Aku tertawa kecil sambil memikirkannya.
Segera aku masukkan pakaian kotor ku di mesin cuci memasukkan air dan detergent. kulihat ke arah colokan listrik.
Ternyata colokannya sudah terhubung hanya tinggal memencet tombolnya saja.
Mesin cuci pun sudah ku putar. sambil menunggu aku bergegas turun kebawah kembali untuk membereskan kamarku.
Di kamarku ada sapu kecil yang sudah satu set dengan pengki nya. Aku letakkan di balik pintu. untuk kain pel di letakkan di kamar mandi.
Di sini setiap lantai di lengkapi dengan alat kebersihan, walaupun begitu di kamar juga sepertinya di sediakan. Melihat kamarku peralatannya cukup lengkap. Aku hanya tinggal membeli sabun saja.
Setelah selesai merapihkan kamarku, aku mulai membuka koper dan mengeluarkan baju bajuku untuk di susun ke lemari.
Selesai itu aku memasukkan sandal dan sepatu ke rak sepatu gantung di samping lemari. Lemari di letakkan di tembok sekat kamar mandi dan kamar tidur.
Sedangkan untuk mesin jahit letaknya di samping pintu bersebelahan dengan kasur tidur ku. Sudah hampir 45 menit aku membereskan kamarku.
Aku bergegas keluar untuk ke lantai tiga melihat cucian ku. Saat akan naik ke tangga kulihat intan sudah keluar dengan rambut yang acak acakan.
" Pagi Intan kamu baru bangun?" Tanyaku pada intan.
" Uhh iya mbak, aku nyenyak banget tidurnya"
Jawabnya sambil menggaruk tengkuknya dan menguap.
" Ya sudah aku ke atas dulu ya, mau beresin cucian baju". Kataku padanya
" Rajin banget mbak pagi pagi dah nyuci aja, kalau gitu bareng aja aku mau ke dapur ambil minuman dingin" Ujarnya seraya melangkahkan kakinya mengikuti ku naik ke atas tangga.
Kami berpisah di lantai dua, seperti katanya dia yang akan ke dapur sementara aku ke lantai tiga untuk mencuci.
Sesampainya di sana mesin cuci ternyata sudah berhenti berputar. Aku mengeluarkan air dan juga baju bajuku dan aku letakkan di ember.
Untuk membilas aku memilih membilas manual saja dari pada pakai mesin cuci pasti lebih bersih pikirku, selesai membilas aku langsung mengeringkannya di mesin pengering kemudian langsung menjemurnya.
Selesai itu aku membawa keranjang baju dan detergent ku untuk turun ke bawah. Ternyata sudah banyak yang bangun. dan sedang kumpul di dapur. Dapur yang lumayan luas cukup lah untuk berkumpul makan bersama.
" Hai.. semua selamat pagi namaku Dara salam kenal ya buat semuanya" Sapa ku pada mereka yang ku hitung sekitar delapan orang.
" Hai juga nama ku Ayu mbak, kamarku di lantai satu kamar nomor 5 " Ucap Ayu pada ku sambil tersenyum ramah
" Hai aku Ririn kamarku di lantai dua kamar nomor 11"
"Aku Dini kamar nomor nomor 13"
"Aku Sekar kamar nomor 15"
" Aku Dewi kamar nomor 10"
" Putri kamar nomor 6"
" Dina kamar nomor 8"
" Bintang kamar nomor 20"
Mereka berdelapan memperkenalkan diri padaku satu persatu. Tinggal dua orang lagi pikirku. oh ya untuk intan dia ada di kamar nomor 3.
Dari nomor kamar yang di sebutkan aku mengira mungkin saja itu di lakukan agar kedua lantai kamar terisi dengan adil pikirku.
agar tidak ada lantai yang terasa sepi.
" Ohh ya pagi ini kita sarapan apa guys" Seru Intan tiba tiba sambil menaik turunkan alisnya dan tersenyum.
" Gimana kalau kita sarapan kayak orang orang bule guys makan sandwich." Pekik Sekar sambil berdiri dari duduk manisnya
" Di tambah dengan segelas susu tentunya beb" Ririn ikut menimpali.
" Untuk pagi ini menu itu boleh masih ada roti tawar beef Alice timun tomat dan perlengkapan saos lainnya" Ujar Ayu sambil membuka kulkas. Dia bendahara yang mengatur keuangan.
" Oh iya mbak Dara Gimana, mau ikutan buat patungan gak mbak tiga ratus lima puluh ribu" Kembali terdengar suara Ayu yang bertanya padaku sambil tersenyum dan mengeluarkan semua bahan yang di perlukan untuk membuat sandwich.
" Aku ngikut juga mbak ayu, lebih hemat pastinya" Jawab ku pelan.
"wah...wah.. sudah pada ngumpul nihh geng hebohh..." Pekik sebuah suara.
Kami semua menoleh ke arah pintu, di sana sudah berdiri Intan dengan dua orang perempuan lainnya.
" Ada anak baru nihh kenalin aku Risa" Ucap seseorang yang tadi memekik heboh sambil mengangkat tangan.
" Aku Runa mbak...? Tanya Runa padaku.
" Dara, nama ku Dara" Dengan cepat aku membalas pertanyaannya.
" Oyy Intan kamu gak kenalan kahh?" Tanya Runa kembali sambil mengacak rambut Intan.
" Sudah kali run semalem. Aku yang bukain pintu kok sambil jelasin situasi di sini" Jawab Intan dengan memutar bola matanya malas.
Dan yah di sini lah kami berkumpul bersama, aku duduk lesehan dengan yang lain sementara mbak Ayu, mbak Ririn, mbak Sekar dan mbak Putri sedang berkutat dengan kegiatan mereka yang sedang membuat sandwich.
Meski tangan tangan mereka berempat sedang bekerja mereka juga sesekali ikut menimpalinya percakapan yang kami lakukan.
Tak lama sandwich kami sudah tersaji di piring masing masing. Juga segelas susu untuk masing masing orang. Pembagian yang sama rata.
Aku berpikir mbak ayu sungguh hebat dalam mengatur keuangan untuk memenuhi kebutuhan perut semua orang.
Dengan uang yang tak seberapa dia benar benar lihai. Dari perbincangan yang ku dengar ternyata si bos juga menyediakan beras, telur dan mi instan untuk tiap bulannya.
Tapi mi instan hanya dua kardus dan telor tiga papan. Bener bener mensejahterakan karyawan pikirku. Kami pun menikmati sarapan ala ala orang bule seperti kata Mbak Sekar tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments