Pagi hari tampak sedikit mendung langit abu-abu, dan awan kabut menyelimuti semua penampakan gunung yang berderet dari ujung utara hingga selatan Kota Magelang yang terlihat dari desa. Hawa dingin pagi membuat para manusia enggan bangkit dari tidurnya.
Ceafi sudah membuka mata biru cantikmya, namun kali ini ia merasa agak dingin karena memang sangat dingin pagi ini. Bagi Ceafi hawa ini tidak begitu dingin karena ia terbiasa dengan musim dingin yang suhunya menyentuh 0 derajat bahkan bisa kurang.
Ayah José sedang menikmati kopi sambil menonton berita di televisi. Tak lama kemudian Bi Minah datang,
" Tuan! Sarapan pun siap, mari sarapan dulu." Bi Minah sedikit membungkuk dan menyilahkan Ayah José dengan tangannya dengan sangat hormat.
" Oh, iya Bi. Aku panggil Ceafi dulu, minta yang lain untuk ke meja makan dulu ya. " Ayah José bangkit dan meninggalkan Bi Minah yang juga berbalik pergi.
" Tok! Tok! " Suara ketukan pintu terdengar di kamar Ceafi.
" Sayang bangun! " Suara Ayah José memanggil Ceafi dari pintu kamar.
Karena tak terdengar jawaban dari Ceafi, Ayah José langsung masuk kamar Ceafi. Ternyata Ceafi tertidur lagi karena hawa dingin cuaca pagi yang mendung. Ayah José mengusap wajah Ceafi,
" Sayangku.. ayo bangun kita sarapan. " Ceafi hanya melek sesaat dan menggeliat malas.
" Ehh, anak Ayah kenapa? Masa kedinginan disini katanya lebih panas dari Eropa? " Ayah José menggoyangkan badan Ceafi yang tak mau bangun.
" Hmmm... Ceafi malas bangun Ayaah. " Ceafi menarik lagi selimutnya.
" Iya tapi sarapan dulu, sudah jam 7 ini. " Ayah José membuka lagi selimutnya.
" Ceafi makan dikamar ya? " Tatapan mata Ceafi memohon dengan manjanya.
" Tidak untuk kali ini, ayo bangun anak manjaa! " Ayah José menarik tangan Ceafi dan langsung menggendongnya.
" Ayaaah!!! Ceafi mau cuci muka dulu, turunkan aku! " Ceafi memukul punggung Ayahnya.
" Tidak, cuci muka didapur saja ya. Ayah tahu kau akan tidur lagi jika Ayah lepaskan, hah! " Ayah José tertawa meledek dan tetap membawa Ceafi ke dapur.
" Ayaaah!! " Teriakan Ceafi sampai membuat heran seisi rumah.
" Sudah, ayo sñegera cuci muka dan bergabung dimeja oke!? " Pinta Ayah José yang hanya dibalas cemberut dari Ceafi.
Sarapan Bersama pun dimulai, terlihat hening dan tampak semua menikmati hidangan yang dimasak oleh Bi Minah. Hari ini Ayah José ingin mengajak Ceafi berkunjung ke tetangga rumah seusai bekerja. Dan sore nanti Bi Minah juga berencana untuk mengajak Ceafi makan malam di rumahnya katanya peresmian tetangga baru, Bi Minah ada ada saja.
Setelah sarapan selesai Ceafi langsung menyiapkan laptopnya untuk memulai bekerja. Tanpa harus mandi, ia hanya memberi sedikit goresan lipstik dan menata rambutnya. Begitu saja sudah cantik Ceafi, apalagi bola mata biru yang menambah kesempurnaan parasnya. Yuhuuy..!!
Ceafi fokus bekerja hari ini begitu pula Ayah José yang juga memiliki ruang kerja pribadi sendiri. Ditemani teh hangat tawar bikinan Bi Minah, mereka tampak semangat bekerja meskipun mendung menghiasi langit.
Hingga tengah hari kedua manusia, ayah dan anak gadisnya berfokus pada project penelitian saat di Eropa yang belum juga selesai.
Setelah istirahat makan siang, Ayah José bicara dengan Ceafi sebentar. Ia ingin mengajak Ceafi berkunjung ke rumah-rumah warga dekat rumahnya untuk silaturahmi dan terakhir akan ke rumah Bi Minah untuk makan malam bersama keluarganya. Ceafi pun setuju, dan mereka kembali ke meja kerja masing-masing.
***
Sore pun tiba, mendung tak juga beranjak dari langit yang menaungi kota. Ayah José telah mengakhiri pekerjaannya dan keluar dari ruang kerja untuk menghampiri Ceafi.
" Tok! Tok!! " Suara ketukan pintu di balik ruang kerja Ceafi.
" Come in! Ayah sudah selesai? " Ceafi bertanya seketika Ayah José membuka pintu dan masuk.
" Hmmn, sudah! Ceafi belum ya? " Tersenyum dan duduk bersandar disamping putrinya.
" Sudah Ceafi hanya membuat schedule untuk besok. Oh iya, kapan project disini kita mulai? Kurasa pekerjaan ini segera dimulai saja agar tak mengulur waktu bukan? " Ceafi menatap Ayahnya bertanya agak serius.
" Minggu depan, Prof.Jhon sedang menyiapkan segala berkasnya, dan besok Sabtu kita diminta ke kantor penelitian untuk meeting. Kau masih bisa bersantai bukan, dengar orang Indo tidak suka terlalu serius jadi santai-santai saja. " Ayah José membelai wajah Ceafi memberi perhatian manja.
" Really? Tapi itu tak bagus untuk kebiasaan bukan, sudah jam 4 lewat kita jadi berkunjung ke rumah tetangga? Ayo bersiap, Ayah José.. aku tak ingin makan malam terlambat. " Ceafi mencubit hidung Ayah José dan berlari keluar tertawa puas telah berhasil membalas ulah Ayahnya yang sering mencubit hidung mancungnya.
" Awass kau Nona Kecil!! " Ayah José mendengus kesal namun wajahnya tak menunjukkan raut marah. Dalam hatinya ia senang melihat Ceafi terus tersenyum disini. Ia khawatir jika putrinya terus merengek pulang.
Setengah jam kemudian, mereka telah siap keluar rumah untuk pergi silaturahmi ke tetangga rumah. Dengan menaiki sepeda Ceafi dan Ayah José pergi bersama, sembari menikmati senja yang tampak samar-samar cahayanya di balik kabut. Tapi itu tetap terlihat cantik, Ayah José pernah berkata jika senja di tempat ini selalu berbeda.
Ceafi dan Ayah José berkunjung ke beberapa rumah warga. Mereka dijamu dengan senang hati oleh pemilik rumah, tak jarang dari mereka memberi bahan makanan atau makanan khas ndeso untuk Ceafi, memang begitu kebiasaan orang desa.
" Jos, anakmu cantik yo mirip sama ibune. " Ujar Pak Tejo, yang merupakan teman dekat Ayah José.
" Iyo to, anak siapa dulu. Ini calon professor penggantiku nanti, hahaha! " Ayah José menepuk punggung Ceafi tanda sedang memuji putrinya.
" Ayah kau berlebihan, aku hanya gadis biasa. " Ucap Ceafi dengan senyum anggunnya dengan mata biru yang bersinar indah.
" Yasudah Jo, aku dan anakku pamit dulu yo, tadi Minah bilang suruh ke rumahnya juga untuk makan malem, ndak enak kalau mereka nunggu kelamaan. " Bahasa Ayah José tiba-tiba medhok ikut khasnya Wong Jowo.
Ceafi hanya memicingkan matanya mendengar logat Ayahnya yang terasa aneh.
" Kok buru-buru to, kalau lagi senggang sering-sering datang maen ke rumah Bapak ya, Cah Ayu! " Pak Tejo tersenyum pada Ceafi.
Ceafi membalasnya dengan senyum dan anggukan. Ceafi sedikit tak mengerti bahasanya karena dicampur dengan bahasa jawa yang 100% tak ia kuasai.
Setelah berpamitan, Ceafi dan Ayah José bergegas ke rumah Bi Minah dan Pak Slamet. Disana Ceafi disambut meriah oleh keluarga. Keluarga Bi Minah cukup banyak, ada 8 orang yang menghuni rumah. Jam 7 malam Bi Minah mengajak Ceafi dan Ayah José makan malam. Ada banyak menu tersaji, ayam gulai, telur balado, tahu bacem, sayur kacang, dan beberapa lalapan yang sangat menggoda selera.
Ceafi tampak heran melihat sajian sebanyak ini. Bagi kami orang Indonesia sudah biasa Cea' makan berat setiap saat hehe
Selamat Makan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments