Hari pertama Ceafi di Indonesia tak seindah apa yang diharapkan. Meskipun dulu lahir dan merasakan masa kecilnya di Indonesia, namun budaya barat telah mendarah daging dijiwanya.
Bagi kebanyakan orang asing yang datang ke negeri orang pasti mengalami culture shock dimana harus beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan di negara asalnya.
Tak ayal, Ceafi pun harus beradaptasi dengan lingkungan di sini, namun beruntungnya Ayah José selalu sabar dalam menghadapi sikap putrinya yang agak manja.
Pagi ini Ayah José sudah bangun dan hendak mengajak Ceafi untuk sarapan. Bi Minah tengah menyiapkan sarapan, namun Ayah José membuatkan roti sandwhich untuk Ceafi. Itu memang kebiasaan Ayah José setiap pagi menyiapkan sarapan untuk Ceafi karena di Prancis tidak memiliki pembantu.
" Eh Tuan, biar saya saja yang buatin. Nona suka sarapan roti ya!? " Bi Minah hendak menggantikan Ayah José untuk membuat sandwhich tapi ditolak oleh Ayah José.
" Sudah Bi, aku terbiasa membuatkan Ceafi sarapan. Oh ya, semua hidangan sudah siap kah? " Ayah José mengambil piring untuk menyiapkan sandwhich Ceafi yang telah dibuatnya.
" Sudah Tuan, nasi goreng spesial kesukaan Tuan. " Jawab Bi Minah sambil membereskan dapur.
" Oke! Aku panggil Ceafi dulu ya, tolong buatkan lemon peras untuknya ya pake air hangat jangan kasih gula ya Bi, " Ayah José membawa sandwhichnya dan pergi ke kamar Ceafi.
Ayah José datang ke kamar Ceafi, dan membangunkannya, " Ceafi sayang! Bangun yuk sudah pagi. " Ayah José mengelus pipi Ceafi yang tetap tampak cantik saat tidur.
" Hmmh... " Ceafi menggeliat malas,
" Ayo bangun Nona Kecil! " Ayah José mencubit hidung mancung Ceafi.
" Ayaah..Ceafi malas bangun semalam aku tak bisa tidur banyak suara binatang, " Ceafi tetap malas bangun dan menaikkan lagi selimutnya.
" Ya sudah ini sandwhichnya Ayah kasih disini ya, Bi Minah sudah buatin lemon perasnya. Ayah sarapan dulu diluar. Ceafi boleh tidur lagi, tapi jangan siang-siang lho! " Ayah José meletakkan piring sandwhich dimeja samping Ceafi dan lalu keluar, tersenyum melihat putrinya saat menutup pintu kamar Ceafi.
Sementara Ceafi kembali tidur melewatkan suasana pagi di desa yang jauh berbeda dengan suasana di Kota Nice. Ayah José sarapan ditemani Pak Slamet. Mereka membicarakan bagaimana perubahan rumah dan sekitar selama kepergiannya.
Rencananya Ayah José ingin mengajak Ceafi jalan-jalan pagi mengelilingi desa sehabis sarapan. Karena Ceafi tak mau bangun jadi Ayah José memilih pergi berkeliling sendirian.
Suasana desa sekarang berbeda dari saat dahulu pertama kali Ayah José datang dan tinggal selama 10 tahun disini. Tampak jalanan sudah diaspal dan diperlebar, banyak toko-toko besar disekitar desa, dan rumah warga sudah dibangun lebih bagus dan layak.
Sambil bersepeda Ayah José mengingat kenangan masa mudanya. Banyak warga yang menyapa dan mengajak bicara saat bertemu dengannya, teman-teman lamanya dan para tetangga yang senang melihat Ayah José. Mereka saling bernostalgia.
" HUWAA!! " suara teriakan Ceafi terdengar dari dalam kamar.
" Ayaaah!!! " Ceafi berteriak histeris.
Bi Minah dan Pak Slamet berlari ke kamar Ceafi, " Ada apa Non?! " Tanya mereka serentak dan wajahnya sedikit khawatir bercampur kaget.
" Ituu ada serangga di kasur, Ceafi jijik liatnya! " Wajah Ceafi kesal dan takut.
" Ada kecoa toh, ya ampun Non! Bapak pikir ada ular, " Jawab Pak Slamet santai sambil mengambil kecoa yang ada di kasur.
"Nih, kecoanya cuma kecil, " Tangan Pak Slamet yang ada kecoa diarahkan ke Ceafi.
" Hwaa Pak Slamet! Ceafi takut!! " Ceafi melonjak ke belakang badan Bi Minah.
" Heh udah Met! Nona Ceafi takut kok kamu malah gitu to, sudah cepet buang! " Bi Minah menatap Pak Slamet tajam.
" Nona cuci muka dulu, Bibi ambilin minum lemonnya ya? " Bi Minah menepuk pundak Ceafi yang masih ketakutan.
" Oui." Ceafi tersenyum lalu masuk kamar mandi.
Tak lama terdengar suara terikan Ceafi lagi, kali ini dari kamar mandi.
" Bibi toloooongg!!! "Teriak Ceafi
" Ada apa Non?! " Bi Minah berlari dan mengetuk pintu kamar mandi.
" Ada laba-laba Bibi!! " Ceafi melompat keluar dari kamar mandi.
" Itu memang biasa disitu Non, nanti Bibi bersihkan. Minumannya Bibi letakkan di meja makan, masih ada sarapan buat Nona Ceafi. " Bi Minah pergi mengambil sapu untuk mengusir laba-laba.
Ayah José sudah pulang dari bersepedanya dan mendapati Ceafi di meja makan. Tampak Ceafi menyendok nasi goreng yang dimasak oleh Bi Minah.
" Did you like it Honey? " Tanya Ayah José datang duduk disamping Ceafi.
" Hmmm.. " Ceafi merasakan nasi goreng yang disuapnya.
" Wow, tidak seburuk bangun pagiku tadi. Ayaah... Ceafi ingin pulang, " Ceafi merengek manja pada Ayahnya.
" Pulang? Ini rumah masa kecilmu bukan? Ayolah Ayah percaya Ceafi akan lebih bahagia disini. " Ayah José memeluk Ceafi dan mengelus kepalanya.
" Tadi ada serangga di kamar Ceafi dan kamar mandi. Ceafi tak mau tidur disana lagi. " Ceafi menatap Ayah José memelas.
" Baiklah nanti biar Ayah yang tidur disana kita bertukar kamar kalo begitu, gimana? " Ayah José mencubit hidung mancung Ceafi.
" Tapi dikamar Ayah tidak akan ada serangga juga kan? " Ceafi memegang tangan Ayahnya dengan halus.
" Mungkin serangganya akan pindah kesana juga karena melihat putri cantik, " Ayah José tertawa meledek dan mencubit hidung Ceafi lagi. Ceafi mendengus kesal dan memanyunkan bibirnya.
" Sudah ayo makan dulu, Ayah suapin ya," Ayah José mengambil sendok dan menyuapkan nasi goreng ke mulut Ceafi.
Kelembutan Ayah José terhadap Ceafi memang tak ada tandingnya, menjadi ayah sekaligus ibu sejak Ceafi berumur 6 tahun. Ibu Ceafi harus berpulang saat itu karena mengalami komplikasi akibat kondisi penyakit kankernya yang sudah stadium akhir.
***
Ceafi sekarang sedang duduk diteras melihat lihat pemandangan sekitar. Ia tertarik pada suatu penampakan bukit yang terletak diujung desa tak jauh dari rumahnya. Lalu mendatangi Pak Slamet yang tengah menata halaman samping rumah.
" Pak Slamet sedang menanam bunga ya? " Tanya Ceafi dengan lemah lembutnya seakan menghapus sikapnya tadi pagi yang konyol.
" Eh Non, ini Bapak mau buat taman biar Nona Ceafi makin senang dan betah tinggal disini. " Pak Slamet tersenyum lebar.
" Hmm, aku suka bunga anggrek. Apa disini ada banyak, Pak? " Ceafi ikut membantu Pak Slamet.
" Oh, ya jelas ada banyaklah Non, di Indonesia itu ada sekitar 5.000 spesies anggrek loh, Nona bisa cari di pasar bunga atau dihutan kebun desa kadang juga ada. " Ujar Pak Slamet,
" Wow, really!? Ceafi maulah diajak beli bunga anggrek nanti ya, " Mata Ceafi bersinar bahagia.
" Wah, siap Non! Besok hari Selasa ya Bapak ajak ke pasar dekat kota. " Pak Slamet tersenyum lebar.
" Hwaa!! Ada seranggaa! " Ceafi melompat menjauh ketika melihat serangga yang muncul keluar dari lubang tanah.
" Ya ampun Non! Cuma serangga gini kok takut. " Lagi-lagi Pak Slamet mengambil serangga itu dan diarahkan ke Ceafi.
" Ada apa sih Ceafi teriak? Ayah sampe kaget? " Ayah José keluar dengan tatapan heran.
" Ada serangga dimana mana, Ceafi tak bisa tinggal dirumah yang banyak serangga Ayaah.. Ayo kita pulang saja huhu.. " Ceafi merengek lagi.
" Ssst ssst, sudah sudah Ayah kan bilang serangganya mungkin penasaran kok tiba tiba ada cewek cantik disini. " Ayah José menggoda Ceafi. Tapi Ceafi tetap kesal karena serangga.
Hingga tiga hari permasalahan serangga membuat Ceafi terus merengek ingin pulang ke Prancis. Namun Ayah José dengan sabarnya menghadapi polah putrinya yang seperti anak bayi. Merengek dan manja, begitu sikap Ceafi saat menghadapi culture shock di Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments