Berkeliling Kota

Sore ini langit agak mendung, namun mentari masih bisa bersinar menerobos awan-awan cumulunimbus dan itu tandanya sore ini tetap ada senja.

" Ceafi, mau ikut Ayah keluar? " Ayah José ingin mengajak Ceafi ksluar, rencananya akan mengajak Ceafi ke bukit diujung desa.

" Ceafi malas keluar Ayah, aku sedang ingin dirumah membaca buku saja. Ceafi tak ingin menambah momen konyol hari ini. " Raut muka Ceafi kesal dan cemberut.

" Hmmn, baiklah Ayah akan keluar sendiri, sepertinya putriku tidak tertarik dengan senja di bukit sana. " Ayah José menggoda Ceafi menunjuk bukit yang terlihat dari jendela ruang keluarga.

Ceafi melihat bukit itu dan langsung merubah pernyataannya tadi, " Kenapa Ayah tadi tak bilang jika akan ke bukit itu, tentu Ceafi mau jika urusannya dengan senja. Ayo tunggu apalagi!? " Ceafi berdiri dan menarik tangan Ayahnya.

" Dasar bocah senja, makanya tanya dulu mau kemana sebelum menolak. " Ayah José mengikuti Ceafi.

Mereka berjalan kaki menuju bukit itu karena dekat dari rumah jadi tak perlu menggunakan sepeda motor, seperti kebiasaan orang Indonesia kemana-mana menggunakan sepeda motor.

Ayah José mengajak Ceafi ke bukit untuk melihat momen sunset di desa ini. Ceafi sudah menyiapkan ponselnya untuk mengambil foto. Pemandangan dari atas bukit begitu cantik, meskipun tampak ada sedikit mendung pemandangannya tak kalah cantiknya ditambah kabut tipis yang mulai naik menyelimuti deret pegunungan yang mengelilingi Kota Magelang membuat Ceafi takjub. Belum pernah ia melihat pemandangan pegunungan sebagus ini.

Tepat pukul 16:30 gurat senja terlukis sempurna di cakrawala. Bulatan sang surya yang sudah tenggelam setengahnya seolah tersenyum melihat gadis keturunan Indo-Prancis itu dan seolah berkata bahwa negeri ini adalah negeri surga.

" Aku tak menyangka ada momen senja secantik ini, Bahkan Kota Nice pun tak ada yang seperti ini. " Ceafi tersenyum takjub, matanya tak teralihkan dari pemandangan senja.

" Ayah kan sudah bilang, disini kau pasti lebih bahagia. " Ayah José membelai rambut Ceafi yang tertiup angin sepoi.

" Tapi tidak untuk serangga dirumah, Yah. Ceafi tak ingin tinggal lama disini. Ceafi ingin studi di Prancis saja, Yah. Lagipula Ceafi tidak paham juga dengan sistem pendidikan disini. Ceafi tak ingin studinya sia-sia Ayah. Jadi nanti setelah project finish Ceafi pulang ya? " Ceafi bersandar di bahu Ayah José sambil memainkan kamera ponsel, sesekali ia mengarahkannya ke wajah Ayah José untuk dipotretnya.

" Ayah percaya, setelah project Ceafi tak akan berencana pulang. Oh ya, tadi Pak Slamet bilang jika Ceafi ingin mencari bunga orchid (anggrek)? Gimana kalau besok kita jalan-jalan cari bunga orchid sambil keliling kota, Ceafi mau? " Ayah José memeluk Ceafi.

" Really!? Ceafi suka bunga anggrek, tapi jangan pagi ya, Ceafi ada laporan untuk Jona. " Mata Ceafi menatap Ayahnya penuh bahagia.

" Okay Nona Kecil eh salah sekarang kan ilmuwan kecil atau profesor kecil ya? " Ayah José mencubit hidung mancung Ceafi.

" Ayaah.. Ceafi bukan bayi lagi. " Ceafi tertawa kecil.

" Kita balik yuk, bentar lagi waktu sembahyang. Nanti makan malam bersama-sama. " Pinta Ayah José.

" Oui, Ceafi juga sudah lapar tadi lupa makan siang gara-gara serangga. " Ceafi mendengus.

" Sudah-sudah ayo kita pulang Sayangku, hari mulai gelap. " Ayah José menggandeng tangan Ceafi dan jalan pulang beriringan.

Dan senjapun berganti dengan langit gelap. Keluarga Joshington tengah menikmati makan malam bersama semua orang penghuni rumah. Meskipun Bibi Minah dan Pak Slamet adalah pembantu di rumah, Ayah José meminta mereka untuk makan bersama. Mereka sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Ayah Josè begitu dengan Ceafi tak pernah membeda-bedakan status orang.

Setelah makan malam Ceafi membantu Bibi Minah membereskan meja makan dan lalu pergi tidur, ia tak sabar besok untuk jalan-jalan berkeliling kota.

Suasana malam yang merdu dengan suara binatang malam memberikan efek relaxing untuk tidur pulas.

Ayah José datang ke kamar Ceafi memastikan putrinya sudah tidur.

" Tidurlah Nona Kecil, kau adalah ratu kecil dihati Ayah setelah Mama Jessie. " Ayah José mengusap kepala Ceafi dan mendongak ke atas.

" Putrimu telah dewasa Jessie, kelak ia akan menjadi wanita kuat dan hebat sepertimu. " Mata Ayah José sedikit berkaca dan segera mengusapnya lalu pergi meninggalkan Ceafi yang sudah terlelap.

***

Malam telah berganti pagi, sinar sang surya terbit menebarkan kehangatan di bumi, membangunkan harapan untuk mereka yang telah bersiap menyelami hari baru penuh suka cita.

Diruang kerja pribadi, Ceafi sedang fokus berbicara dengan Jona, asisten Ayah José. Mereka membicarakan project penelitian Ceafi dan rekan-rekan di Prancis lakukan sebelum pindah ke Indonesia. Ceafi masih punya beberapa tanggungjawab laporan untuk penelitian ini, jadi harinya di Indonesia tetap disibukkan dengan berlembar-lembar laporan.

" Apa semua sudah kau sampaikan dengan rekan-rekan peneliti?(dalam bahasa Prancis) " Ceafi bertanya pada Jona dalam sambungan video call di laptopnya.

" Sudah Cea' kemarin sudah aku selesaikan rekap data hasil uji penelitian yang kau serahkan padaku, dan untuk laporan sudah dikerjakan oleh rekan Zhianne. Ada lagi? " Tutur Jona panjang lebar.

" Oke, cukup Jon, besok aku selesaikan data uji terakhir ya dan tolong kirimkan hasil laporan dari rekan lain aku akan segera menyusun laporan akhir hasil penelitian. Dr. James memberi deadline akhir bulan. " Suara Ceafi santai tapi tampak fokus dan serius.

" Baik Nona Ceafi, aku kembali bekerja dulu ya. Bye! " Jona melambaikan tangan pada Ceafi dan mematikan video callnya.

Ceafi keluar dari ruang kerjanya dan mendapati Ayah José sedang mempersiapkan mobil bersama Pak Doni sopir pribadi keluarga. Ayah José menoleh dan langsung menghampiri Ceafi yang berdiri diteras rumah.

" Kau sudah selesai? " Mata Ayah José dan Ceafi saling menatap.

" Hmn, kapan kita berangkat Ayah? " Suara Ceafi bsgitu anggun saat berbicara.

" Sekarang pun Ayah siap, Sayang! " Ayah José menoleh pada Pak Doni yang dibalas dengan anggukan dan senyuman oleh Pak Doni.

" Ceafi ambil tas dan ponsel dulu ya, eh lupa Ayah ada kamera? Punyaku belum disetting karena lama tak Ceafi gunakan. " Ceafi memegang tangan Ayahnya.

" Ada dong Sayang, cepat kau bersiap sebelum hari semakin panas. " Ayah José menepuk bahu Ceafi. Ceafi mengangguk dan tersenyum lalu segera mengambil tas.

Mereka berangkat ditemani Pak Slamet karena Ayah José sedikit lupa dengan tempat-tempat yang akan dituju. Kali ini Ayah José yang menyetir mobil karena ingin menikmati jalan kota yang ia rindukan sejak lama.

Tempat pertama yang dikunjungi adalah pasar bunga, karena Ceafi ingin membeli bunga anggrek. Pak Slamet juga berencana akan membeli beberapa tanaman untuk taman sebelah rumah.

" Non, lihat ini bunga anggrek yang bagus loh. Bunganya ada 4 warna dan itu ada yang bercorak unik. " Ujar Pak Slamet menunjukkan bunga anggrek pada Ceafi.

" Wah, ini bagus semua, aku mau yang vanda ini dan dua anggrek bulan yang diatas itu, Pak! " Ceafi menunjuk beberapa bunga anggrek.

" Banyak sekali yang ingin kau beli Cea', bukankah di rumah sudah ada beberapa? " Tanya Ayah José yang mdnghampiri Ceafi dikedai tanaman bunga milik salah satu penjual di pasar itu.

" Bolehlah, Yah. Ceafi suka yang unik ini, sebenarnya bagus semua bukan? " Ceafi menatap Ayahnya memohon.

" Hmn, baiklah untuk putri Ayah tersayang. " Ayah José tersenyum negitu pula dengan Ceafi. Sekitar 30 menit mereka menghabiskan waktu di pasar bunga.

Kemudian berlanjut ke tempat wisata dekat gunung yang kata Pak Slamet sangat bagus untuk berfoto-foto. Hanya butuh 15 menit perjalanan dari pasar bunga tadi.

Berada di lereng Gunung Merbabu, Ceafi dan Ayah José melihat pemandangan Kota Magelang yang begitu indah dan luasnya. Deretan pegunungan disebelah barat kota tampak jelas karena cuaca hari ini begitu cerah. Ceafi tak hentinya mengambil foto menggunakan kamera Ayah José, tak lupa berselfi dengan Ayahnya beberapa kali.

" Kita lanjut ke tempat lain yuk! Ayah dapat pesan dari teman Ayah untuk survey jalan ke hutan penelitian di gunung ini. " Ayah José menghampiri Ceafi yang asyik mengambil foto.

" Baiklah, apakah itu jauh? " Ceafi menatap Ayah José.

" Ayah tidak tahu, mungkin Pak Slamet paham dengan tempatnya. Ayo kita pergi sekarang nanti keburu siang. " Ayah José merangkul Ceafi sambil menyimpan tangan satunya disaku celana. Sebenarnya Ceafi masih ingin sedikit lama di tempat itu, tapi tidak ingin membuat Ayahnya protes.

" Hutan di gunung ini memang masih banyak yang belum dieksplor Tuan, karena begitu besarnya gunung ini. Dan saya suka menjelajah dibeberapa titik bersama teman yang rumahnya dekat lereng. " Ujar Pak Slamet sembari melihat-lihat keluar mobil.

" Wah hobi Pak Slamet tetap lancar sejak dulu ya, hehe. Tadi Prof.Jhon yang meminta untuk cek medan jalan saja sih, sekedar memastikan saja. " Tanggap Ayah José yang tengah fokus mengemudi.

" Ayah lihat! Ada banyak monyet di bawah sana! " Ceafi berseru senang menunjuk jurang disamping jalan yang sedang dilalui.

" Kau ingin menyapa temanmu dibawah sana tidak?! " Tanya Ayah José tertawa mengejek dan Pak Slamet jadi ikut tertawa.

" Ayah mulai deh, tapi lihat mereka lucu Ayah.. ada yang besar-besar! " Ceafi semakin senang melihat banyak monyet yang melompat dipepohonan bawah jurang.

Tak lama kemudian mobil berhenti disebuah desa tepat ditepi hutan yang Ayah José survey. Ayah Josè dan Pak Slamet bertanya-tanya pada warga dan kebetulan juga ada kepala desa juga. Ceafi mengeluarkan buku catatan yang sering dibawanya saat bepergian, ia mencatat hal-hal baru di tempat itu. Naluri sainsnya sangat tinggi, jadi Ceafi mencuri start awal dari Ayahnya sebelum proses penelitian dimulai.

Setiap kali pergi ke suatu tempat Ceafi selalu membawa buku catatan yang ia sebut dairy science. Setiap berkunjung ke tempat baru Ceafi mengamati detail-detail tempat itu. Setelah berbincang cukup Ayah José dan Pak Slamet berpamitan begitu juga Ceafi, namun Ceafi ditahan beberapa warga yang ingin berfoto dengan orang bule, begitulah kebiasaan orang Indonesia.

Waktu makan siang pun tiba, Ayah José memberhentikan mobilnya di sebuah rumah makan sederhana. Rumah makan yang berada ditepi hamparan kebun sayur berlatarkan gunung dengan hawa sejuknya. Mereka memesan makanan yang berkuah sangat cocok dengan hawa dingin saat ini.

" Ceafi suka kan? " Ayah José bertanya pada Ceafi ketika makanan datang.

" Hmn, Ceafi suka hal-hal baru Ayah, " Ceafi mencoba mie kuah dengan sayur dan telur yang aromanya saja sudah menggugah selera. Mereka menyantap makan siang dengan lahap.

Ada banyak pengunjung yang memperhatikan Ceafi, tak heran Ceafi mencuri perhatian mereka karena paras cantiknya dan rambut pirang panjang yang menambah kecantikan wajahnya.

Setelah makan siang, mereka melanjutkan jalan-jalan. Ayah José melajukan mobilnya sedikit cepat, dan sampailah di Candi Borobudur. Candi yang menjadi ikon Kota Magelang. Hari ini tidak begitu ramai pengunjung, mungkin karena bukan hari libur. Ceafi tampak kagum melihat mahakarya itu.

" Wow! This is serius!? Ayah ini keren sekali, lebih bagus daripada Eifel, " Ceafi begitu kagum melihat candi yang berdiri kokoh dihadapannya.

Mereka bertiga berkeliling candi ditemani pemandu yang dengan lihainya menjelaskan semua detail candi, tak lupa Ceafi mencatatnya di buku dairy science yang sedari tadi dalam genggaman tangan. Setelah puas berkeliling candi, Ayah José mengajak Ceafi ke pasar tradisional dekat Candi Borobudur untuk membeli cendera mata.

***

Sore pun tiba, senja di kota tampak diujung bangunan gedung tinggi yang ramai. Kondisi jalanan macet banyak orang-orang pulang dari tempat bekerja. Ayah José mengajak Ceafi untuk mencari kuliner di Alun-Alun Kota. Menikmati senja di keramaian memang berbeda kesannya.

Ceafi memandangi langit jingga dan lalu lalang orang-orang yang juga sedang berkuliner disana. Ada sesekali orang yang memberanikan diri untuk minta foto padanya. Dan Ceafi mengizinkan mereka dengan senang hati, tak seperti orang bule biasanya yang sering menolak karena merasa terganggu.

" Thankyou miss! " Ucap seorang pemuda belia yang meminta foto pada Ceafi.

" Sama-sama kawan, aku bisa bahasa Indonesia kok, jangan malu-malu. " Ceafi tersenyum cantik. Ayah José melambai padanya, tanda akan segera kembali pulang.

" Im like famous ha, " Ceafi nyengir pada Ayahnya.

" Ayah tak kaget untuk itu, semua orang bule bisa tetkenal mendadak disini hahaha! " Mereka tertawa dan masuk mobil.

Ayah José, Ceafi, dan Pak Slamet memutuskan untuk pulang. Diperjalanan mereka tak banyak bicara, terlihat Ceafi tertidur karena kelelahan. Setelah menempuh waktu 30 menit, akhirnya mobil SUV putih yang dikendarai memasuki halaman rumah.

" Nona tidur ternyata, Tuan! " Ujar Pak Slamet saat melihat ke belakang.

" Sudah Pak, biar saya gendong saja, ia pasti kelelahan seharian jalan-jalan. Tolong bawa barang-barangnya ya, " Ayah José melepas sabuk pengaman dan keluar hendak menggendong Ceafi.

" Siap Tuan! " Pak Slamet segera keluar dan mengambil barang yang dibeli di bagasi belakang.

Ayah José membawa Ceafi ke kamarnya dan membaringkannya pelan-pelan. Lalu menyelimuti Ceafi dan mencium keningnya, mengucapkan selamat malam dan keluar.

Hari yang melelahkan untuk Ayah José, Ceafi, dan Pak Slamet. Seharian penuh berkeliling kota, namun Ayah José berhasil membawa Ceafi full senyum hari ini. Setidaknya tidak ada rengekan pulang.

Episodes
1 Pengenalan Karakter
2 Welcome To Indonesia
3 Culture Shock
4 Berkeliling Kota
5 Resmi Jadi Tetangga
6 Tempat Kerja Baru
7 New Culture, New Friends, New Office-NEW LIFE
8 Undangan Makan Besar
9 Pemanasan Kerja
10 Lily Salah Paham
11 Bertemu Mama - Partie 1
12 Bertemu Mama - Partie 2
13 Seseorang Di Kejauhan
14 Melihatnya Lebih Dekat
15 Pertemuan Perdana - Pertama
16 Pertemuan Perdana - Kedua
17 Ungkapan Hati Rino
18 Gadis Aneh Tapi Genius dan Sempurna
19 The Three Musketeers
20 Rencana Petualangan Ceafi
21 Jawadwipa-Perjalanan 1
22 Jawadwipa-Perjalanan 2
23 Tujuh Gunung Satu Purnama
24 Pulau Jawa Dalam Genggamanku
25 Aku Pergi Sebulan Saja
26 Titipan Rino
27 Flight To Sumatera
28 Kembali Pada Tugasmu Sayang
29 Surat Peringatan
30 Kekecewaan Prof. Jhon
31 Penyesalan Ceafi
32 Pahlawan Tak Terduga
33 Sapanya Ceafi
34 Kebut Deadline
35 Kembali Seperti Semula
36 Ranu Kumbolo Saksi Bisu
37 Umur Baru! Pacar Baru!
38 Dairy Ceafi
39 Tiba-Tiba Pingsan
40 Dokter Lagi!?
41 Jangan Bilang Ayah
42 Sapanya Senja
43 Bodo Amat Sajalah!
44 Jadwal Penelitian Hutan Kalimantan
45 Ayah Curiga
46 Jelajah Borneo Bersama Rino
47 Pingsan Lagi
48 Sapanya Ayah José
49 Pulang Sendirian
50 Bosan WFH (Work From Home)
51 Penelitian Hampir Usai
52 Ceafi dan The Three Musketeers
53 Ceafi Pendarahan
54 Sapanya Rino
55 Diagnosis Leukimia (Kanker Darah)
56 Mengaku Pada Ayah
57 Dipenjara!
58 Kemoterapi
59 Dipecat!
60 Sapanya The Three Musketeers
61 Tersiksa
62 Kabur-Partie 1
63 Kabur-Partie 2
64 Marah Besar
65 Back To Work
66 Satu Titik
67 Bonceng Tiga
68 Pemboikotan
69 Kritis
70 Negosiasi Setengah Mati
71 Deal! or No Deal!
72 Salam Fajar
73 Pelanggaran 1
74 Negosiasi Ulang
75 Pelanggaran 2
76 Nurut
77 Kerja Serasa Bermain
78 Salam Senja
79 Hadiah Kecil
80 Christon Datang
81 Jalan Bersama
82 Aku dan Ceafi (Isi Hati Christon)
83 Bunga Telah Gugur
84 Adik dan Kakak
85 Senandung Malam
86 Semua Christon
87 Lamaran Christon
88 Maaf Christon
89 Cemburu
90 Aku Minta Maaf
91 Titik Ufuk
92 Masih Marah
93 Kita Sendiri-Sendiri Dulu
94 Di Ujung Tanduk
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Pengenalan Karakter
2
Welcome To Indonesia
3
Culture Shock
4
Berkeliling Kota
5
Resmi Jadi Tetangga
6
Tempat Kerja Baru
7
New Culture, New Friends, New Office-NEW LIFE
8
Undangan Makan Besar
9
Pemanasan Kerja
10
Lily Salah Paham
11
Bertemu Mama - Partie 1
12
Bertemu Mama - Partie 2
13
Seseorang Di Kejauhan
14
Melihatnya Lebih Dekat
15
Pertemuan Perdana - Pertama
16
Pertemuan Perdana - Kedua
17
Ungkapan Hati Rino
18
Gadis Aneh Tapi Genius dan Sempurna
19
The Three Musketeers
20
Rencana Petualangan Ceafi
21
Jawadwipa-Perjalanan 1
22
Jawadwipa-Perjalanan 2
23
Tujuh Gunung Satu Purnama
24
Pulau Jawa Dalam Genggamanku
25
Aku Pergi Sebulan Saja
26
Titipan Rino
27
Flight To Sumatera
28
Kembali Pada Tugasmu Sayang
29
Surat Peringatan
30
Kekecewaan Prof. Jhon
31
Penyesalan Ceafi
32
Pahlawan Tak Terduga
33
Sapanya Ceafi
34
Kebut Deadline
35
Kembali Seperti Semula
36
Ranu Kumbolo Saksi Bisu
37
Umur Baru! Pacar Baru!
38
Dairy Ceafi
39
Tiba-Tiba Pingsan
40
Dokter Lagi!?
41
Jangan Bilang Ayah
42
Sapanya Senja
43
Bodo Amat Sajalah!
44
Jadwal Penelitian Hutan Kalimantan
45
Ayah Curiga
46
Jelajah Borneo Bersama Rino
47
Pingsan Lagi
48
Sapanya Ayah José
49
Pulang Sendirian
50
Bosan WFH (Work From Home)
51
Penelitian Hampir Usai
52
Ceafi dan The Three Musketeers
53
Ceafi Pendarahan
54
Sapanya Rino
55
Diagnosis Leukimia (Kanker Darah)
56
Mengaku Pada Ayah
57
Dipenjara!
58
Kemoterapi
59
Dipecat!
60
Sapanya The Three Musketeers
61
Tersiksa
62
Kabur-Partie 1
63
Kabur-Partie 2
64
Marah Besar
65
Back To Work
66
Satu Titik
67
Bonceng Tiga
68
Pemboikotan
69
Kritis
70
Negosiasi Setengah Mati
71
Deal! or No Deal!
72
Salam Fajar
73
Pelanggaran 1
74
Negosiasi Ulang
75
Pelanggaran 2
76
Nurut
77
Kerja Serasa Bermain
78
Salam Senja
79
Hadiah Kecil
80
Christon Datang
81
Jalan Bersama
82
Aku dan Ceafi (Isi Hati Christon)
83
Bunga Telah Gugur
84
Adik dan Kakak
85
Senandung Malam
86
Semua Christon
87
Lamaran Christon
88
Maaf Christon
89
Cemburu
90
Aku Minta Maaf
91
Titik Ufuk
92
Masih Marah
93
Kita Sendiri-Sendiri Dulu
94
Di Ujung Tanduk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!