...***Fakultas Sastra Indonesia***...
"Sampai disini pertemuan kita dan sampai berjumpa pekan depan semoga kita semua diberi kesehatan" ucap dosen cantik nan anggun mengakhiri kelasnya
"Maaf Bu mengganggu waktunya kami ingin minta tanda tangan, novel ibu yang terbaru sangat bagus dan menguras air mata" ucap Sinta mahasiswi pecinta novel
"Ia bu dosen, sampe-sampe aku dimarahi mamiku karena stok tissue di rumah habis" Nana mahasiswi yang mudah baper
"Aku harap ibu dosen mau berfoto dengan kami" Hari yang selalu update karena saat itu Fiyah belum menggunakan cadar
"Aku akan tanda tangan ini, tapi kalau untuk foto aku rasa tidak!" terlihat wajah kecewa Hari yang ingin sekali berfoto dengan perempuan yang ia kagumi itu
"Tidak masalah tentunya" lanjut ibu dosen
"Benarkah?" spontan Hari yang dibalas anggukan Fiyah
Setelah mereka mendapat apa yang mereka inginkan, Hari langsung update status di IG dengan caption
"Hari ini kami bersama dengan dosen yang kami kagumi dan membuat kami sadar bahwa sekolah dan kuliah ogah-ogahan ataupun serius waktu yang dihabiskan sama saja, maka nikmatilah aktivitas kita dengan serius dan jangan malas-malasan tetap fokus dengan tujuan hidup."
"Daebak komen dan likenya banyak sekali semua memuji ibu dosen" lemas Hari karena ia ingin juga dipuji, gadis pecinta drama berbagai negara itu semakin fokus meng scroll mencari komen tentang dirinya
"Hahaha masa lo dibilang tua" candaan Hari yang mengarah ke Nana
"Mata mereka yang katarak, gue yang baby face gini dibilang tua" Jawab Nana dengan senyuman khasnya
"Lihat baik-baik tuh, kita semua dibilang cantik" tunjuk Nana disalah satu komen
"Kalian fokus dong, masa cuma aku yang cari bahan untuk tugas kita. Gunakan handphone kalian untuk ilmu yg bermanfaat jangan kebanyakan main sosmed!" nasehat Sinta tapi kedua sahabatnya itu sudah asik pada Dunia mereka sendiri
"Ini cowok komen jelek karena habis gue tolak" tunjuk Nana mengarahkan hpnya kepada Hari
"Kasihan tuh cowok sukanya sama lo"
"Wajar kali kan gue cantik"
"Kita ke kantin ayo!" ajak Sinta yang sudah menyerah meminta kedua sahabatnya itu mencari materi tugas sama-sama
... ***Kantin Fakultas Sastra Indonesia***...
"Bi pesan seperti biasa ya, tiga porsi" ucap Nana
"Minumannya neng?
"Seperti biasa bi"
Saat selesai makan mereka lanjut ke perpustakaan karena sedari tadi Sinta ngambek jadi kedua sahabatnya itu menuruti kemauannya mencari materi tugas sama-sama padahal menurut mereka masih lama batas kumpulnya Minggu depan.
"Gila, siapa nih yang kentut baunya minta ampun" ucap cowok yang duduk dimeja belajar dekat tiga wanita cantik itu
"Lo ya Rel!" tunjuk Biyan pada Rafael sahabatnya
"Enak aja lo, baru juga gue datang lo main tuduh aja" bela Rafael
"Terus siapa?" Biyan sedari tadi menutup sebagian wajahnya dengan sapu tangan
"Habis makan jengkol kali nih manusia yang kentut!" celetuk Angga
"Malas gue kalau bau gini" lanjut Biyan
"Kalian diam! ganggu konsentrasi saja" ucap Sinta
"Hidung lo kebal bau busuk atau memang lo yang kentut!" selidik Biyan
"Aku cium juga baunya tapi tidak perlu seheboh itu kali dan bukan aku yang kentut!" dengan pandangan tajam mengarah pada Hari, sedang yang di tatap malah nyengir kuda karena Sinta tau bahwa ini adalah ulah sahabatnya itu.
"Mana baunya ngalahin minyak nyong-nyong lagi" Biyan yang trauma akan bau kentut Hari yang hanya diketahui oleh dua sahabat wanita cantik itu
"Mau kemana Lo?" tanya Rafael saat melihat Biyan memasukkan buku kedalam tasnya dan berdiri
"Pulang, tidak tahan gue disini nyium bau kentut aneh. Orang yang kentut tidak ada akhlaknya makanya baunya gini!"
"Mana ada bau kentut permanen, tuh sudah hilangkan dan lagian mau dia akhlaknya baik ataupun buruk bau kentut manusia sama saja!" Hari yang tidak terima dikatakan tidak memiliki akhlak
"Jangan-jangan lo yang kentut makanya tidak terima?" ucap Biyan dengan wajah datarnya
"Eh manusia bawel, lo jangan nuduh tanpa bukti!"
"Mana ada maling yang ngaku, kalau ngaku penjara penuh!" sindir Biyan
"Mending lo pergi deh, sebelum gue Jambak rambu Lo yang kaku itu!" marah Hari
"Ini bukan sembarang kaku gue pake Pomade mahal"
"Eleh, palingan juga dibeli sama mas-mas dipinggir jalan lima puluh ribu dapat tiga"
"Lo kira jilbab lo apa, harga lima puluh ribu dapat tiga"
"Cukup, mending kalian berdua keluar kalau mau bertengkar" ucap Nana sedangkan sedari tadi Sinta dan kedua sahabat Biyan memakai handset memutar lagu kesukaan sambil berfokus ke laptop mereka.
Sedang di toko buku dua sahabat yang sudah lama tak berjumpa bertemu dan saling melepas kerinduannya.
"Fiyah" panggil seorang perempuan
"Hani!" ucap Fiyah tak percaya karena setahunya Hani sudah lama tinggal di jerman ikut pada suaminya dan komunikasi terakhir mereka Hani berkata akan datang berkunjung ke Indonesia tahun depan.
"Syukurlah aku bertemu kamu disini, niatnya aku ingin berkunjung ke rumah umi"
"Bagaimana setelah ini kamu ikut aku, umi dan abi pasti senang melihat anak angkat kesayangan mereka datang"
"Rupanya kamu pencemburu masih saja ingat hal itu" candaan Hani
"Tentu, karena jika kamu datang semua perhatian umi dan abi hanya tertuju padamu Hani Mahendra!"
"Kamu datang kesini cari apa?"
"Buku dongeng buat Alfaro agar dia tau tentang cerita apa saja yang ada di Negara ibunya dan sekarang Al sudah masuk SD, sama sepertimu sangat menyukai hal yang berbau fantasi" ucap Hani yang ingin memperkenalkan dongeng dari negaranya untuk sang putra
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" lanjut Hani
"Alhamdulillah baik"
"Syukurlah" tatap Hani
"Ada sesuatu di wajah atau jilbabku?" tanya Fiyah karena tatapan sahabatnya itu semakin membuat ia tersipu malu
"Cantik" spontan Hani
"Kamu pasti ada maunya?"
"Hum, aku mau kamu mulai sekarang kembali membuka hati dan memulai lembaran baru!" Fiyah hanya tersenyum tipis mendengar ucapan sahabatnya itu
"Fiyah, kamu harus melupakan Fatih. Aku tau pria berkebangsaan Thailand itu sangat bermakna dalam hidupmu, karena dia adalah cinta pertama sorang wanita yang berhati dingin seperti sahabatku ini. Fatih rela dibenci keluarganya demi membuktikan bahwa ia sangat mencintaimu menjadi mualaf cerdas dan membuktikan pada semua orang termasuk keluarnya bahwa menjadi seorang mualaf semakin mendekatkan pada ketaatan, hingga keluarganya menerima dan malah berbalik mensupport keputusan tuan mualaf tampan itu, tapi aku mohon lupakan dia Fiyah!"
"Kamu tidak boleh terpuruk dalam kesedihan terus menerus, ingat hidup kita harus tetap berjalan dengan penuh warna tidak hanya bertitik pada kesendirian. Dunia ini sangat luas, masa gadis secantik ini tidak ada yang bisa mencuri hatinya lagi, aku harap suatu hari nanti pria berakhlak baik dan tampan datang mengobati luka di hati sahabatku ini" lanjut Hani
"Aku belum bisa Hani, susah untuk melupakannya. Aku tau tidak boleh mengingkari takdir, tapi aku belum bisa mengganti posisinya dalam hatiku" Fiyah dengan mata yang berkaca-kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments