Andai takdir mempertemukan aku lebih dulu dengan kematian, aku ingin datang kepadamu dengan keadaan indah karena akhlak ku. Dan jika aku ditakdirkan untuk mendampingi seseorang aku ingin pilihanmu ya Allah, beri aku petunjuk disetiap sujudku.
Aku ingin dia yang mencintaimu melebihi segalanya.
Aku ingin dia yang menantikan setiap waktu untuk sujud padamu.
Aku ingin dia yang ketika bersedih hanya mengadu kepadamu.
Aku ingin dia yang candu akan ketaatan.
Jika mencintai seseorang membuatku jauh darimu, tolong selamatkan aku ya Allah.
Goresan demi goresan merangkai kalimat indah, itulah yang dilakukan oleh dosen muda nan cantik tapi dengan tuntutan keadaan di Negara ini, dia adalah gadis yang sangat cukup umur untuk sebuah pernikahan.
Huzafiyah gadis manis yang sederhana putri dari kyai Husein yang kini berusia 28 tahun membuat umi dan abinya sangat khawatir walau mereka tutupi, tapi orang tua mana yang tidak resah jika putri satu-satunya selalu mendapat gosip, sudah sangat cukup umur tapi belum juga mendapat pendamping.
Walaupun putri mereka adalah anugrah terindah dalam hidup mereka tetapi seperti menjadi beban bagi tetangga. Entah, padahal Huzafiyah adalah gadis yang baik dan cerdas, sikapnya sangat sopan tak pernah terdengar gosip murahan tentangnya.
Tapi karena kejadian itu ia masih menutup hati, sikapnya semakin dingin tak ingin menerima lamaran dari siapapun walau teman sebayanya sudah hampir semua menikah dan memiliki anak, baginya pernikahan adalah kenyamanan dan ibadah terpanjang, jika bukan keinginan hati untuk apa memaksanya.
Wanita cantik itu tahu jika keterpaksaan kadang berbuah manis, tapi tidak menjamin ia akan mendapat manisnya keterpaksaan itu juga. Oleh karena itu ia tidak ingin memaksakan diri karena jodoh datang di waktu yang tepat bukan di waktu yang cepat.
***Di Masjid Pesantren***
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Kyai Husein, lama tak berjumpa tambah muda saja sahabatku ini, MasyaAllah" ucap kyai Thoriq yang menghampiri setelah selesai sholat berjamaah membuat kyai Husein sangat bahagia dengan kedatangan sahabatnya itu yang datang tanpa memberi tahunya terlebih dahulu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh ya Allah, kenapa tidak memberi tahu terlebih dahulu kyai, setidaknya aku bisa menyambut kedatangan kyai" memeluk sahabatnya dengan erat
"Tidak usah repot aku kesini hanya ingin bersilaturahmi jika aku memberitahu akan heboh nantinya seperti pertama kali aku kesini. Semua santri akan berjejer disepanjang jalan pintu masuk menyambut kedatanganku dan tak ada meja yang kosong oleh hidangan dan itu sangat merepotkan orang-orang disini" mereka tertawa mengingat masa-masa itu
"Tidak merepotkan sama sekali, aku sangat bahagia kedatangan ulama besar disini"
"MasyaAllah, pujianmu sangat manis sahabatku, aku bukan ulama besar yang seperti engkau ucapkan dan seharusnya gelar itu diberikan kepadamu memiliki ratusan santri dan mendidik mereka dengan kebaikan yang InsyaAllah menjadi pedoman hidup mereka kelak dan mampu menyebarkan kebaikan disekitarnya"
"Aku hanya membagikan ilmu yang dahulu sama-sama kita tempuh, merantau di Negri orang susah senang sama-sama"
Sesampainya dikediaman kyai Husein hidangan sudah tersaji dengan rapi diatas meja ruang tamu, karena sedari tadi umi Salma sibuk mempersiapkannya setelah salah satu santrinya datang memberi informasi jika ada tamu yang datang.
"Silahkan duduk kyai" mempersilahkan dengan sangat sopan
"Tidak perlu seperti ini" ucap kyai Thoriq karena melihat sahabatnya itu sangat antusias menyambut kedatangannya
"Kyai Thoriq adalah seniorku jadi wajar jika menghormati kyai"
"Sebenarnya kedatanganku kesini untuk menjalin hubungan agar lebih dekat lagi, ingin melamar putrimu untuk Adam" ucapnya tanpa basa- basi
Kyai Husen menarik dan menghembuskan nafas dengan berat
"Aku sangat senang mendengar ini, tapi sebagai orang tua kami harus menerima pendapat dan keputusan putriku. Kyai tau dengan jelas bagaimana kondisi Fiyah saat ini"
"Aku tahu, sangat tahu ustad Arifin sudah memberitahu semuanya, lalu sampai kapan kamu membiarkan putrimu itu menutup diri?"
"Aku selalu mendoakan yang terbaik untuk putriku, dan Dokter berkata kami saat ini tidak boleh memaksanya dan hanya bisa mensupport keputusannya"
"Aku akan memberitahu Adam apapun keputusan putrimu, aku harap ia bisa menerimanya"
"Ia kyai, tapi putramu lebih muda tiga tahun dari putriku apa dia yang menginginkan perjodohan ini tanpa adanya paksaan darimu?" kyai Husein hanya ingin putrinya dicintai tanpa adanya keterpaksaan
"Engkau tau sendiri bagaimana Adam sangat mengagumi putrimu. Sejak dulu ia sangat ingin mempersunting Fiyah tapi aku yang menghalangi karena ia masih sangat muda belum cukup ilmu untuk sebuah pernikahan, dan memberi syarat padanya jika ia menyelesaikan S2 nya di Maroko maka putrimu akan aku lamar untuknya. Dia anak yang baik dan sangat berbakti, putrimu InsyaAllah akan sangat ia sayangi dan cintai. Putrimu sangat ia kagumi bahkan Fiyah adalah wanita satu-satunya yang ada dalam benak Adam selain uminya. Saat ia kuliah dulu yang selalu ia tanyakan adalah kesehatan putrimu, perasaannya sangat hancur ketika mendengar Fiyah akan menikah, tapi karena iman yang membentengi Adam tetap kuat menjalani semua aktivitasnya dan baru pertama kali aku sebagai ayah melihat putraku menangis. Tapi takdir berkata lain hal itu terjadi dan membalik keadaan, sekarang putrimu yang terluka. Aku harap Adam bisa menjadi penawar luka itu" jelas kyai Thoriq
"InsyaAllah kyai, aku akan usahakan dan sangat ingin melihat senyum manis putriku seperti dulu lagi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments