''Entahlah Nita. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sebentar lagi kita akan menikah, tapi dia....'' Yumna tidak meneruskan kata-katanya. Nita menepuk pundak sahabatnya agar ia bisa tabah menerima ini semua.
''Apa kau ingin memastikan mereka Na?''
Yumna mengegelengkan kepalanya. Namun ia juga ingin melihat sendiri dan memastikan bahwa apa dugaannya itu benar atau salah.
''Aku akan pulang dulu ke rumah Ta. Tadi Mamaku sudah menelponku berulang kali. Takutnya ada sesuatu yang penting,''
''Baiklah. Kau pulanglah dulu, dan berhati-hatilah di jalan. Ingat! Kau harus menelponku sebelum melakukan hal-hal yang.......''
''Tenang saja. Aku pasti akan memberitahukannya padamu jika ada sesuatu,'' Yumna pun segera bergegas mengganti bajunya kembali lalu segera pulang ke rumahnya.
Setelah sampai di rumah...
"Yumna!" Rupanya Marina sedari tadi sudah menantikan kedatangan sang putri.
"Iya Ma ada apa?" Tanya Yumna_ berjalan menghampiri Mamanya.
"Nak ini tolong antarkan makanan ini ke apartemen Alan ya. Soalnya disana Alan kan tinggal sendiri. Pasti Alan sering lupa makan karena gak ada yang masakin."
Marina menyerahkan food bag yang berisi beberapa masakannya sedari pagi tadi.
( Padahal Alan saat ini sedang berada di hotel bersama perempuan lain. Jika Mama tahu, pasti Mama akan sakit hati.")
Yumna menghela nafasnya memikirkan nasib pertunangannya kini.
"Baiklah mah. Kalau begitu Yumna pamit dulu." Pamit Yumna pada Mamanya sambil mencium tangan Mamanya.
Yumna tidak tahu apakah ia harus mengantarkan makanannya itu ke apartemen Alan, atau ke alamad hotel yang dikirimkan oleh pesan misterius itu. Ia pun hanya asal melajukan mobilnya. Dan pada akhirnya ia lebih memilih pergi ke apartemen Alan.
Ting ....tong...
Sudah beberapa kali Yumna menekan bel apartemen itu. Tapi penghuninya tak kunjung membukakan pintu.
''Tentu saja dia tidak ada di rumah,'' ucap Yumna sambil menendang pintu apartemen yang Alan tempati saat ini. Ia pun memutuskan untuk kembali pulang saja.
Namun saat ia akan membalikkan badan tiba-tiba pintu itu terbuka.
"Oh hai... sayang." Ada apa kamu kesini?. Kenapa tidak mengabariku dahulu. Ucap Alan setelah melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya itu.
"Oh maafkan aku kak Alan. Aku kesini diminta Mama untuk mengantarkan makanan. Apa aku mengganggu waktu kakak?" Yumna memperhatikan gerak-gerik Alan yang sangat mencurigakan. Bahkan saat ini tunanganya itu hanya menggunakan handuk kimuno saja. Belum lagi ia melihat keringat yang membasahi wajah Alan.
"Tidak sayang aku tadi hanya berolahraga saja." Jawab Alan yang merasa dirinya sedang diperhatikan oleh Yumna
"Apa kamu tidak mampir masuk dulu?" Tanya Alan.
"Oh, tidak.. tidak, Aku juga sedang buru-buru, ada sedikit urusan. Ya sudah maaf ya kak, lain kali saja aku akan mampir aku harus pergi dulu ya. Sambil menarik tangan Alan dan mencium punggung tangan calon suaminya itu.
"Apa perlu kuantarkan?" Tanya Alan.
"Tidak usah. Aku juga buru-buru kok. Lanjutkan saja olahragamu." Yumna memjawab dengan cepat sambil berjalan pergi meninggalkan Apartemen Alan.
Setelah kepergian Yumna. Alan kembali masuk ke dalam.
"Apa dia sudah pergi sayang?'' Ucap seorang gadis yang dari tadi sudah berdiri dibalik pintu sambil mendengarkan kekasihnya berbicara.
"Ya dia sudah pergi. Ya sudahlah ayo kita lanjutkan lagi kegiatan kita yang tertunda tadi.'' Ucap Alan pada gadis itu.
"Hei kau jahat sekali sayang, kau sudah punya calon istri yang cantik tapi masih memintaku tinggal bersamamu." Ucap gadis itu.
"Bagaimana lagi, aku tidak mencintainya. Bukankah kau tau aku hanya mencintaimu.'' Ucap Alan .
Akhirnya mereka pun meneruskan kegiatan mereka yang tertunda gara-gara kedatangan Yumna.
Yah ... gadis itu adalah Silvana sahabat Yumna sekaligus pacar Alan. Mereka sudah berpacaran lebih 5 tahun. Mereka menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi karna hubungan mereka yang tidak direstui oleh keluarga Alan. Bagaimanpun karena perbedaan kasta, maka dari itu orang Tua Alan malah menjodohkan Alan dengan Yumna.
Tapi walau tanpa restu orang tua Alan, mereka malah tetap tinggal satu atap bahkan sudah berhubungan layaknya suami istri tanpa sepengetahuan orang tua Alan dan juga Yumna sendiri.
Oh... sungguh kasihan nasib Yumna yang tidak tau sifat sahabatnya dan juga calon suaminya itu.
Setelah mengantarkan makanan ketempat tunangannya Yumna memutuskan untuk mampir ke toko roti milik sahabatnya yaitu Anita.
Setelah sampai ditoko roti dilihat toko begitu ramai dan Yumna melihat sahabatnya sedikit kerepotan ia pun ber inisiatif membantu.
"Hei katanya tadi kau mau pulang ke rumah. Kok malah datang ke sini sih?"
Anita merasa heran. Sebab tadi pagi Yumna pamit untuk pulang ke rumah. Tapi sekarang malah datang ke toko rotinya.
"Iya aku mampir sebentar. Sepertinya tokomu hari ini sangat ramai." Yumna menanggapinya sambil menaruh segelas kopi di salah satu meja pelanggan.
"Iya dan sepertinya aku harus menambah pegawaiku lagi." Jawab Anita.
"Apa Silvana belum sampai?" Tanya Yumna sambil melihat sekitar karna dia tidak melihat sahabatnya itu.
"Entahlah Na. Katanya sih sebentar lagi dia akan sampai. Soalnya katanya, dia lagi menyelesaikan pesanan baju pengantin seseorang.''
''Ummm......'' Aaaa kalian begitu sibuk sedangkan aku masih begini- begini saja."Keluh Yumna yang mendaratkan bokongnya di sofa.
"Hei kenapa kamu tidak membuka butik saja. Katanya kamu mau membuat rancangan bajumu terkenal hingga kepelosok Negeri." Anita ikut duduk di samping Yumna.
"Hei kamu ini kayak nggak tau aja gimana sifat Ayah aku. Karna aku sudah akan menikah, Ayah melarangku meneruskanya dan memintaku belajar masak dan belajar untuk menjadi istri yang baik,'' ucap Yumna dengan nada kecewa.
"Ah sayang sekali ya." Nita menepuk-nepuk pundak sahabatnya supaya bersabar dalam menghadapi sifat papanya Yumna yang terkenal sangat tegas itu.
''Na, menurutmu sikap Silvana akhir-akhir ini berubah nggak sih?''
Entah mengapa Anita merasa Silvana seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Mereka jadi jarang berkumpul. Bahkan kemaren saat Yumna melangsungkan acara pertunangan saja Silvana tidak bisa hadir.
''Menurutku biasa saja,'' jawab Yumna yang sama sekali tidak mempunyai pikiran curigai terhadap sahabatnya itu.
Tak lama kemudian Silvana pun tiba dan toko juga sudah lumayan berkurang pengunjungnya.
''Kau dari mana saja ha? Jam segini baru datang. Kami sudah menunggumu sedari tadi tahu,'' gerutu Anita sambil memeluk bahu kedua sahabatnya itu.
''Maafkan aku. Tadi aku terjebak macet di jalan gara-gara ada orang tua yang mengalami kecelakaan. Jadi aku harus menunggunya sampai bantuan ambulan datang kan,'' kilah Silvana.
Padahal ia datang terlambat karena asik bercinta dengan Alan. Entah apa yang sudah gadis itu pikirkan. Merebut tunangan sahabatnya dan pastinya kelak jika semuanya terbongkar pastinya banyak yang akan terluka oleh ulahnya.
Dan mereka bertiga akhirnya menghentikan pekerjaanya dan diserahkan pada pegawainya.
mereka melanjutkan obrolan mereka hingga sore menjelang dan mereka pamit pulang kerumah masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Aisyah Al Humairah 🧸☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
dasar sahabat tak tau diri.... sahabat kayak gini msti dhapuskan dari muka bumi. kalau bsa dikubur hidup dalam poros bumi...😤😤😤😤😡😡😡
2022-10-23
1
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
dasar sahabat laknat, 😤😤😤 sahabat yang kayak gini nih yang harus di musnahin 😤😤😤
2022-10-23
1
💞🍀ᴮᵁᴺᴰᴬRiyura🌾🏘⃝Aⁿᵘ
silvana bukan sahabat...tapi musuh dlm selimut...
2022-10-23
2