Tanpa terasa, penikahan Yumna tinggal beberapa hari lagi. Semua sedang sibuk menyiapkan acara sakral tersebut. Begitu pula Yumna yang saat ini sedang bersama ibunya Alan untuk fiting baju pengantin.
Ya.. hanya Yumna dan mama juga ibunya Alan. Seperti saat ia melihat-lihat gaun pengantinnya yang dulu yang hanya ditemani oleh sahabatnya Anita.
Alan tidak bisa ikut kembali karna katanya ada urusan kantor yang gak bisa ditinggalkan.
Setelah selesai, Yumna pulang bersama Mamanya. dan ibunya Alan diantar supir mereka. Karna berbeda arah, mereka pun menaiki mobil masing-masing.
Saat ditengah jalan, Marina mendapatkan sebuah panggilan telpon dari Sang suami untuk segera pulang, namun dari suara Papanya terdengar ada kepanikan hingga membuat Yumna segera menancap gasnya agar lebih cepat sampai di rumah.
Setelah sampai rumah, Papanya langsung menceritakan kalau perusahaan terkena tipu oleh rekan bisnis papanya. Yumna pun ikut sedih mendengarkan Papanya menceritakan hal tersebut.
"Bagaimana bisa usaha yang papa rintis dari nol ditipu orang begitu saja. Dan perusahaan mengalami kebangkrutan? Pasti ada yang tidak beres,'' namun Yumna enggan mengeluarkan unek-uneknya dan lebih memilih untuk menyimpannya di dalam hati.
Yumna sangat sedih melihat Papa dan Mamanya berpelukan sembari memikirkan bagaimana kedepannya nanti. Lalu tiba-tiba Sulaiman berdiri dari duduknya dan pergi ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.
Sulaiman menyerahkan sebuah kotak kepada putrinya. Didalam kotak itu berisi harta benda yang sudah atas nama Yumna sendiri. Tadinya semua itu akan diserahkan pada saat Yumns sudah menikah nanti sebagai hadiah pernikahan.
Tapi melihat keadaan sekarang, harta itu pun diserahkan sekarang kepada putrinya.
''Tapi Pah, mengapa Papa tidak menggunakan ini dulu untuk menolong perusahaan papa?''
''Tidak Nak,'' Sulaiman mengusap puncak kepala putrinya dan menghela nafas perlahan.
''Ini semua memang disiapkan untukmu Nak. Mamamu dari sejak kami menikah, dia sudah menabung agar kelak bisa ia serahkan kepadamu sebagai kado pernikahanmu. Tapi kami harus menyerahkan ini sekarang kepadamu. Kamu harus bisa mengelolanya dengan baik,'' pesannya pada Yumna.
Dengan berat hati Yumna pun menerima pemberian kedua orang tuanya itu. Yumna berjanji akan menjaganya dan mengelolanya dengan baik supaya kelak ia tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Tak lama kemudian papanya teringat dengan seorang teman lamanya. Sulaiman berharap teman lamanya itu bisa membantunya di saat kesulitan ini.
Sulaiman pun mengajak istrinya untuk menemui salah satu temannya itu untuk meminta tolong suntikan dana agar perusahaan dapat tertolong.
''Kamu dirumah dulu ya sayang. Kami harus pergi dulu. Sebelum makan malam, Mama dan Papa pasti sudah kembali,'' Marina mencium puncak kepala Yumna lalu bergegas pergi menyusul suaminya.
Entah mengapa melihat kepergian kedua orang tuanya dan lambaian tangan mamanya seperti seakan Yumna tidak akan melihat kedua orang tuanya lagi. Ada sebuah perasaan yang membuatnya sesak di dada. Seperti sebuah Firasat yang entah apa yang akan terjadi. Yumna pun masuk kembali ke dalam rumahnya setelah ia mengantarkan kepergian kedua orang tuanya.
Di kamarnya ia berharap kedua orang tuanya akan pulang dengan selamat dan perusahaan Papanya bisa tertolong.
Namun naas, saat dipersimpangan jalan mobil yang dikendaraai oleh kedua orang tua Yumna, mengalami kecelakaan. Akibat lampu truk yang ugal-ugalan, mobil mereka menabrak sebuah pembatas jalan. Tuan Sulaiman dan Nyonya Marina langsung meninggal ditempat kejadian.
Yumna yang mendapat kabar tersebut. Langsung jatuh tersungkur di lantai. Badannya lemas seketika. Bagaimana mungkin, baru tadi pagi mereka bercengkrama, bercanda dan membicarakan tentang pernikahannya tapi kini orang tuanya pergi meninggalkannya.
Kesedihan yang mendalam sangat dirasakan oleh Yumna. Kehilangan orang yang disayang membuatnya seakan seperti mayat hidup.
''Nak Yumna, bukalah penutup kainnya jika ingin melihat orang tua Nak Yumna untuk terakhir kalinya sebelum di antarkan ketempat peristirahatan terakhir.'' Kata-kata itu seakan seperti sebuah garam yang ditaburkan diatas lukanya.
Anita dengan setia selalu mendampingi Yumna yang saat ini benar-benar dalam keadaan terpuruk.
''Kau harus tabah Na. Jangan pernah merasa sendirian. Ingat! Masih ada aku disini,''
Yumna menangis dipelukan Anita.
...----------------...
Sudah satu minggu berlalu. Semenjak kepergian Mama dan Papa Yumna. Tapi Yumna masih mengurung diri didalam kamar. Bahkan keluarga calon suaminya saja tidak hadir diacara pemakaman orang tua Yumna.
Entahlah?, mereka seakan hilang lenyap ditelan bumi. Karrna sampai sekarang, mereka belum menemui Yumna. Walau hanya untuk sekedar mengucapkan ucapan bela sungkawa.
"Yumna sayang, buka pintunya! Aku mau masuk dong," ucap Anita yang mencoba membujuk Yumna. Anita dengan sabar setiap hari memberi semangat untuk Yumna agar tabah dan sabar. Sedangkan Silvana...Entah kemana gadis itu. Bahkan saat sahabatnya membutuhkan dukungan dan suport ia bahkan tidak menampakkan batang hidungnya.
Ceklek...
Pintu pun terbuka.
Dilihatnya gadis itu yang berantakan dengan rambut amboradul. Mata sembab seperti panda dan badannya yang semakin kurus.
"Yumna...." Ayah dan Ibuku mau bicara sebentar denganmu. Mandilah dulu ya sayang! Aku akan siapkan bajumu." Kata Anita.
"Hemmm... Baiklah aku akan mandi dulu." Yumna pun berlalu pergi kekamar mandi.
Setelah selesai mandi dan bersiap- siap, Yumna dan Anita turun kebawah, untuk menemui paman dan bibinya. Karena memang Anita dan Yumna masih sepupu.
"Ada apa paman bibi memanggilku? Apa yang ingin kalian bicarakan kepadaku?." Tanya Yumna
Di lihatnya Yumna, ternyata bukan hanya paman dan bibinya saja yang datang. Tapi juga ada pak Tio pengacara Papanya.
"Begini nak." Kami akan membicarakan hal yang serius. Dan ada beberapa juga yang tidak enak untuk dibicarakan." Kata paman.
"Iya paman!" Yumna akan mendengarkan. Katakan saja apa yang kalian ingin katakan!" Kata Yumna.
"Baiklah, kita mulai ya sayang. Dengarkan saja apa yang akan kami bicarakan!" Ucap paman Yumna dan langsung diangguki oleh Yumna dan yang lainya.
Kemudian pamannya meminta pak Tio, untuk menjelaskan maksud kedatangannya kemari. Dan pak Tio pun menjelaskan bahwa ia datang, untuk membacakan surat wasiat mendiang almarhum Papa dan Mama Ayumna yang ditulis sebelum mereka meninggal.
Didalam surat tersebut: Bahwa papa dan mamanya, meminta maaf karna tidak bisa meninggalkan apapun yang berharga untuk gaury. Karna rumah yang mereka tempati saat ini dan juga perusahaan sudah disita oleh bank, untuk melunasi hutang-hutang Tuan Sulaiman setelah ditipu rekan bisnisnya.
Yumna hanya diam dan mengangguk paham dengan semua yang mereka katakan.
Setelah kepergian pak Tio, kini paman dan bibinya memeluk Yumna.
"Nak tinggalah bersama paman dan bibi," ucap paman dan diangguki oleh bibi dan juga Anita. Karena hanya mereka sekarang yang Yumna miliki.
"Maaf paman bibi, Yumna akan memikirkannya. Tapi untuk sementara, sebelum rumah ini benar-benar disita. Biarkan Yumna tinggal disini dulu." Jawab Yumna.
"Baiklah nak, tapi ingat kapanpun kamu datang, rumah kami akan selalu terbuka untukmu nak. Jangan sungkan karna kami juga kluarga kamu." Kata paman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
kok bisa ya perusahaan bapaknya kena tipu 😔😔😔 dan ini adalah akhir yang menyedihkan
2022-10-24
0
kasian juga lihat perjuangan orang tuanya
2022-10-23
3
Aisyah Al Humairah 🧸☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
begitulah kehidupan kita gag tau apa yg akan terjadi kedepannya terhadap kita.bahkan setiap detik pun kita gg akan prnah tau apa yg akan berlaku kepada kita...
2022-10-23
1