Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah, Cindy lebih banyak melamun ketimbang melakukan sesuatu. gadis yang duduk di bagian belakang itu menatap ke luar melalui jendela mobil.
Orang tuanya duduk di depan dengan ekspresi yang masih tidak terima karena anaknya diperlakukan hina oleh keluarga Delon. Selama ini mereka mengetahui Cindy dan Delon sudah berpisah setahun lalu setelah tragedi berdarah antar orang tua. Ternyata sangkaan mereka salah.
"Apa Mama bilang Cin? Mama sudah peringatkan kamu agar tidak pacaran lagi dengan anak orang sok tau itu. Ini kan akibatnya! Lihat piala kamu, kamu itu baru saja dapat penghargaan tapi belum sempat sejam kamu pegang piala kamu itu bentuknya sudah seperti itu. Mama nggak ikhlas nak kamu diperlakukan seperti itu. Kalau bisa pulang nanti Mama dan Papa akan laporin mereka ke polisi," kata Lisa dengan nada marahnya yang membuat Cindy kembali menangis.
Ia menangis bukan karena pialanya yang hancur melainkan hatinya yang hancur. Dia tidak menyangka orang tua Delon mengambil langkah tersebut, menjodohkan Delon.
Dari awal mereka berdua memang tidak yakin hubungan yang dijalani bertahun-tahun itu akan sampai ke pelaminan. Mungkin ini adalah akhir dari kisah cintanya dengan Delon.
"Kenapa diam? Kamu menyesal tidak mendengarkan perkataan Mama? Mereka itu tidak mungkin nerima kamu nak, jadi wajar jika mereka menjodohkan pacar kamu itu dengan orang lain. Sudah jangan ingat lagi dia, kamu belum sadar juga jika orang yang menghancurkan piala berharga mu itu keluarga dia?"
"Mama stop!!! Hiks, hiks, hiks. Ma sudah. Mama jangan salah kan orang lain. Mama nggak ngerti perasaan anaknya sendiri sekarang. Ini semua salah Mama tau. Hiks, hiks, hiks. Ini semua salah kalian!!"
Cindy menangis sambil menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Rasanya sakit jika kita tidak salah tapi dituding melakukan kesalahan, dan apalagi yang melakukan itu adalah orang tua kita sendiri.
Suara mobil penuh dengan tangis Cindy. Sang ayah yang berusaha bersikap bodoh amat mendengar pertengkaran itu pun tidak bisa jika tidak melakukan apa-apa.
Ia memberikan sekotak tisu kepada Cindy, namun Cindy enggan menyambutnya. wanita itu malah menepis tangan ayahnya hingga kotak tisu tersebut terjatuh.
"CINDY KAMU INI APA-APAAN NAK!!"
"KENAPA KALIAN PEDULI SAMA CINDY?!! BARU SEKARANG KALIAN PEDULI, KEMARIN-KEMARIN KALIAN KE MANA? WAKTU CINDY DIBERI PENGHARGAAN KALIAN ADA?! NGGAK ADA, KAN? JADI NGGAK USA NYALAHIN CINDY TERUS!! CINDY CAPEK MA!!"
Pas Cindy selesai bicara mobil telah sampai di depan rumahnya. Kedua orang tuanya terdiam setelah mendengar seputar tentang mereka di mata Cindy. Melihat keterdiaman orang tuanya, Cindy tersenyum sinis lalu menyeka air matanya.
Ia membuka pintu mobil lalu keluar tanpa menyapa mau mau pun meninggalkan suara. Ia berjalan kencang dan bahkan tidak menghiraukan kakaknya yang memanggil-manggil keheranan namanya.
Tak lama setelah Cindy keluar dari dalam mobil, kedua orang tuanya pun ikut menyusul dan tampak Lisa sedang berlari mengejar Cindy.
"Ada apaan tu Pa dengan Cindy? Kenapa tuh anak? Ada masalah lagi di sekolah atau nggak naik kelas?"
Felix memijat batang hidungnya seraya menggeleng. Masalah ini lebih serius lagi dari masalah yang dipertanyakan Rey tersebut.
"Ini bukan saatnya untuk bertanya seperti itu Rey. Adek mu dalam bahaya. Bisa saja dia berlaku nekad. Cepat kita ke kamarnya, papa tidak ingin terjadi sesuatu kepada adik kamu itu Rey."
"Tapi Pa emang ada apaan sih....?"
Felix tidak menjawab Rey melainkan menarik tangan Rey untuk menuju kamarnya Cindy.
Balik lagi bersama Cindy, perempuan itu berlari sembari menaiki tangga dengan lincah menghindari kejaran dari Lisa ibunya.
Ia menarik napas banyak-banyak kala telah mencapai pintu kamarnya. Ia masuk ke dalam kamar tersebut lalu menutup pintu dan menguncinya.
Cindy terduduk di belakang pintu sambil menangis. Ia memegang kepalanya frustrasi.
"Kenapa? Kenapa alur hidupku seperti ini Tuhan?! asalkan kau tau sakit rasanya Tuhan. Ya Allah, hambamu tidak akan bisa hidup begini. Hiks, hiks, hiks. Cuman Delon pria yang selalu ada untuk ku Ya Allah. Ku mohon kembalikan dia kepada ku ya Allah, hanya kau satu-satunya harapan ku saat ini "
Cindy menarik napas mendengar gedoran pintu dari luar. Ia tau jika yang melakukan itu orang tuanya bersama sang kakak.
"Cindy buka pintunya sayang!!! Mama ingin bicara dengan kamu!!"
"ENGGAK MA!! CINDY NGGAK MAU BICARA SAMA MAMA!!" ujar Cindy di balik pintu membalas ucapan ibunya itu.
"Nak ini Papa!!! Buka pintunya!!"
Cindy tidak menggubris teriakan dari orang tuanya. Ia beranjak dari duduknya lalu menyeka air mata. Perempuan itu melemparkan tas sekolahnya secara asal lalu memandang detail di setiap sudut kamarnya sendiri.
Menghela napas lalu sesaat kemudian yang dilakukannya adalah tertawa kencang terbahak-bahak. Rasanya terdengar mengerikan yang mana bisa saja jiwa Cindy telah terganggu. Cewek itu menyudahi tertawanya dan kembali menangis.
Tangannya mengepal melihat segala foto-fotonya bersama Delon. Mengingat Delon membuat ia semakin kesetanan. Yang dilakukan Cindy adalah menghancurkan semua foto-fotonya bersama Delon.
Ia melempar segala barang-barangnya yang terdapat di meja rias yang mana semua itu adalah pemberian dari Delon. Sementara orang tuanya bersama kakaknya menjerit histeris mendengar pecahan-pecahan benda dari dalam kamar Cindy.
Cindy menangis dan mengacak-ngacak kamarnya kemudian menghancurkan apa pun yang ia lihat. Ia ingin apa-pun yang berada dekat dengannya juga ikut hancur sama seperti dirinya yang juga sudah hancur berkeping-keping.
"NAK SUDAH!!! BERHENTI MELAKUKAN ITU NAK!!"
"CINDY BUKA PINTUNYA ATAU KAKAK DOBRAK DEK!!!"
"CINDY JANGAN NEKAT KAMU!!"
Cindy menatap pada pintu kamarnya lalu tersenyum masam. Rambut pendeknya telah acak-acakan persis seperti orang gila.
"KALIAN SEMUA MUNAFIK!! JAHAT!!! KALIAN SAMA DENGAN DELON YANG BOHONGIN JANJINYA SENDIRI BUAT SELALU BERSAMA DENGAN CINDY!! HIKS, HIKS. HA HA HA HA!!!" Cindy tertawa dengan lantang, "LEBIH BAIK AKU MATI DARI PADA HIDUP!! YAH LEBIH BAIK AKU MATI!!"
Orang-orang yang mendengar perkataan Cindy tadi langsung menegang dan cemas. Terutama Lisa yang langsung menangis.
"Pa lakuin sesuatu cepat dobrak pintunya sebelum terjadi apa-apa sama Cindy anak kita Pa." Lisa menatap ke arah anak sulungnya, "Kamu juga Rey! Kamu harus lakuin sesuatu Nak."
"Rey kita dobrak pintunya sama-sama."
"Baik Pa."
Cindy mendengar suara gertakan dari luar pintu kamarnya membuat seringaian wanita itu semakin jelas. Jiwanya sudah dikuasai Iblis dan bahkan ia tidak menyadari apa yang dilakukannya adalah salah.
Cindy menatap pada pecahan kaca di depannya. Ia memungut pecahan kaca itu lalu tersenyum misterius. Ia menatap ke atas lalu tiba-tiba saja ia menyayat tangannya yang dibagian urat nadi.
Darah begitu banyak mencuat keluar dari tangannya hingga Cindy pun terjatuh ke lantai. Sebelum menutup matanya ia mengatakan sesuatu dengan pelan.
"Aku ingin mati. Maafkan aku Ma, Pa, dan Delon, aku sudah lelah."
Brakkk
Lisa, Felix, dan Rey tidak bisa berkata apa-apa melihat bentuk kamar Cindy dan perempuan itu sendiri pingsan dengan darah bersimbah di sekitarnya.
"YA ALLAH CINDY!!" Ibunya Cindy langsung berlari dan memeluk Cindy.
"Rey kamu cepat telepon ambulan!"
"Baik Pa!!"
Rey lari mencari hendphone nya. Sedangkan Felix langsung menghampiri sang anak yang sudah tidak sadarkan diri lalu mengangkatnya.
"Pa cepat bawa Cindy ke rumah sakit!"
"Iya-iya Ma!"
Felix berlari dari kamar Cindy menuju ke teras luar. Lisa menyusul sang suami dari belakang.
_______
tbc
Mohon saran dan kritiknya. Jangan lupa vote atau like, dan komentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments