Interview Yang Mengejutkan

"Ini sebenarnya sudah lama, aku juga sudah melupakan semuanya. Meskipun sesekali hatiku masih sakit ketika mengingat perceraian itu," jawab Almira.

"Maafin aku ya Almira jadi bikin kamu inget lagi," sahut Niken. Dia merasa bersalah telah mengingatkan Almira pada rasa sakit yang mungkin berusaha dilupakannya.

"Gak papa, semua sudah terjadi. Ini sudah jadi takdir hidupku," jawab Almira.

"Kasih tau dong alasannya kenapa mereka tega menceraikanmu, padahal kamu sangat baik hati," sahut Niken. Di matanya Almira sosok wanita sempurna. Sampai hati mereka menyakiti Almira sahabatnya.

Sesaat Almira terdiam. Matanya menahan sedih. Sebenarnya Almira tidak ingin mengingat masa lalu. Tapi sedikit bercerita pada Niken mungkin bisa membuat hatinya lega.

"Saat aku menikah dengan suami pertamaku itu murni perjodohan orang tua, jadi kami tidak saling mencintai. Aku hanya menikah dengan Sultan selama 6 bulan lalu kami bercerai. Sultan masih menjalin hubungan dengan pacarnya selama kami menikah," jawab Almira.

"Itu namanya belum move on, seharusnya dia tidak menerima pernikahan itu, dia malah nyakitin kamu Al," sahut Niken kesal.

Almira menarik nafas panjangnya. Rasa sakit itu tidak boleh kembali menggoreskan luka di hatinya.

"Terus mantan suamimu yang kedua?" tanya Niken.

"Suamiku yang kedua, saat itu aku dan Evander mengikuti kencan aplikasi, semacam kencan buta. Tiga kali bertemu kami memutuskan menikah. Ternyata Evander selalu mengacuhkanku, dia bahkan menghindar dariku setiap kali aku berusaha mendekat. Pernikahan kami hanya bertahan satu tahun," jawab Almira.

"Dia penyuka sesama jenis ya?" tanya Niken.

"Aku tidak tahu. Hanya saja dia membenci wanita tapi aku tidak tahu alasannya, sepertinya Evander menikahiku untuk status saja," jawab Almira.

"Lalu suami yang ketiga?" tanya Niken. Baru dua kali mendengar seperti apa suami Almira rasa getir begitu memenuhi benaknya.

"Dia duda yang memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil. Saat itu kami bertemu saat aku mengajar di TK. Anaknya murid di kelasku. Aku tidak tahu ternyata Devan menikahiku hanya demi anaknya. Dia belum bisa melupakan istrinya yang sudah meninggal. Aku hanya menjadi ibu pengganti anaknya," jawab Almira.

"Al, sedih banget ceritamu bersama para mantan suamimu. Mereka tidak benar-benar mencintaimu dan malah memanfaatkanmu untuk tujuan mereka," sahut Niken kesal. Tak terima sahabatnya disakiti para mantan suaminya.

"Tidak apa-apa, aku juga sudah melupakan semua itu," jawab Almira.

Niken langsung memeluk Almira. Entah terbuat dari apa hati Almira. Kalau Niken pasti sudah frustasi. Mampukah tetap berdiri. Bertahan dari rasa sakit dan kekecewaan.

"Yang sabar ya Al. Allah pasti akan memberimu kebahagiaan untukmu. Mereka akan menyesal sudah menyia-nyiakanmu," ujar Niken.

Almira meneteskan air matanya. Kali ini dia membiarkan isi hatinya tertuangkan. Tidak menyembunyikan seperti biasanya. Hanya di depan Niken dia bisa mencurahkan isi hatinya.

Setelah bercerita pada Niken, Almira merasa bebannya berkurang selama ini tidak ada yang tahu pasti penyebab perceraiannya. Di pengadilan alasan Almira bercerai karena beda prinsip. Almira sengaja menyembunyikan alasan yang sebenarnya demi menjaga hati ibunya. Dan demi nama baik keluarga kedua belah pihak.

***

Almira akan berangkat ke Perusahaan Hector Oliver Group untuk interview. Hari ini hari yang sangat membahagiakannya setelah berkali-kali mengirim surat lamaran kerja ke berbagai perusahaan akhirnya ada satu yang menghubunginya. Alhamdulillah setelah menunggu cukup lama Almira bisa interview hari ini. Almira mengenakan pakaian yang rapi dan sopan, pakaian kantor untuk wanita berhijab. Tak lupa membaca doa pada Allah SWT. Dia yakin setiap langkahnya akan selalu dalam ridhoNya.

"Almira kamu mau berangkat interview?" Indah duduk di sofa yang berada di ruang tamu.

"Iya Bu, doain ya semoga Almira bisa keterima," sahut Almira. Dia percaya doa seorang ibu sangat manjur.

"Pasti, doa ibu selalu bersamamu," jawab Indah.

"Ibu jangan capek-capet dan jangan banyak pikiran ya," ucap Almira.

"Iya nak," jawab Indah.

Almira meraih tangan Indah dan mencium punggung tangannya.

"Nanti sepulang interview biar Almira yang mengerjakan pekerjaan rumahnya," ucap Almira.

"Iya nak," jawab Indah.

"Almira berangkat dulu ya Bu, assalamu'alaikum," ucap Almira.

"Wa'alaikumsallam," jawab Indah.

Almira pun berangkat ke Perusahaan Hector Oliver Group.

***

Sampai di perusahaan itu Almira menunggu di ruang tunggu. Di sana banyak yang sedang interview juga. Tapi Almira tetap optimis. Rejeki tidak mungkin tertukar, Allah sudah mengatur setiap rejeki hambaNya. Biarbagaimapun Almira harus segera bekerja demi pengobatan ibunya dan biaya kuliah adiknya. Saat dia sedang menunggu, seorang wanita berpenampilan rapi memanggilnya.

"Almira Benadzir!"

"Ya saya," jawab Almira bergegas bangun dari kursi dan menghampiri wanita itu.

"Silahkan masuk!"

"Baik," jawab Almira. Dia memasuki ruangan itu untuk interview. Posisi yang sedang dilamar Almira adalah staf akunting. Selama satu jam Almira menjalani interview. Akhirnya interview itu selesai, Almira bisa bernafas lega. Dia bisa pulang dengan tenang setelah interview.

Almira berjalan menuju lift. Baru sampai depan lift, lift itu langsung terbuka, Almira masuk ke dalam lift tersebut. Di dalam lift itu ada seorang laki-laki yang menundukkan kepala ke arah handphonenya. Laki-laki itu sibuk dengan handphonenya sampai tidak melihat ke arah Almira yang memasuki lift. Lift itu bergerak turun, laki-laki itu mulai mematikan handphonenya dan menaruhnya di sakunya. Almira hanya melihat ke depan tanpa melihat ke samping. Laki-laki itu hendak menekan tombol lift, ternyata secara bersamaan Almira juga hendak menekan tombol lift tersebut. Tubuh mereka akhirnya bertabrakan satu sama lain. Saat mereka mulai menoleh satu sama lain ternyata mereka saling mengenal. Laki-laki itu adalah Evander Kalendra, mantan suami kedua Almira.

"Evan," ucap Almira.

"Almira," sahut Evander.

Seketika Almira coba untuk mundur tapi justru kakinya tergelincir hampir terjatuh namun Evander menangkap tubuhnya. Per sekian detik mereka sempat menatap satu sama lain. Namun Almira langsung melepaskan diri dari tangan Evander.

Deg

Jantung Almira berdebar karena rasa canggung.

Air matanya menetes tanpa sadar, semua ingatan tentang Evander di masa lalu seakan kembali diingatnya. Hatinya kembali menelan rasa sakit akan kegagalan rumah tangganya bersama Evander.

Suara ketukan palu perceraian masih terngiang di telinganya. Surat perceraian yang diajukan Evander seolah terpangpang jelas di matanya.

"Ya Allah kenapa aku bertemu kembali dengan Evander, ikhlaskan hatiku Ya Allah. Mudahkan langkahku dan hilangkan luka hatiku," batin Almira.

Evander dan Almira canggung saat mereka menatap bersamaan. Ini kali pertama mereka bertemu setelah sekian lama mereka berpisah. Evander sadar betul melihat air mata yang menetes di pipi Almira. Saat tangan hendak naik untuk mengusap air mata itu, Almira langsung memalingkan muka dan mengusap air matanya. Setelah air mata itu menghilang dari wajahnya, Almira memberanikan dirinya untuk berbicara pada mantan suaminya itu.

"Evan, sudah lama tak bertemu," ucap Almira.

"Iya," jawab Evander datar.

"Bagaimana kabarmu?" Almira basa basi karena canggung bertemu mantan suami keduanya.

"Baik," jawab Evander.

"Bagaimana kabar Papa?" tanya Almira. Dia teringat ayah mertuanya.

"Papa sehat," jawab Evander.

Setelah bicara sepatah dua kata Almira diam, dia bingung ingin bertanya apa lagi, dia hanya diam terpaku menunggu lift naik dan terbuka.

"Almira, sedang apa kau disini?" tanya Evander.

"Interview," jawab Almira.

Pintu lift terbuka mereka menyudahi percakapannya. Evander lebih dulu ke luar dari lift itu. Sedangkan Almira ke luar dari lift itu setelah Evander. Almira tidak menyangka bertemu mantan suami keduanya. Dia berpikir sudah melupakan Evander sejak lama tapi kini harus mengingatnya lagi.

***

Evander Kalendra adalah CEO dari Perusahaan Hector Oliver Group. Dia anak dari Antony Bagaskara dan Safira Anita. Evander sangat dingin, tertutup dan acuh pada wanita. Menikah dengan Almira hanya selama satu tahun. Dia yang menceraikan Almira tanpa memberi tahu alasan perceraiannya dengan pasti. Semua itu ada hubungannya dengan ibunya yang entah ada di mana keberadaannya sekarang. Wajahnya tampan, kulit putih, hidung mancung, dan tubuhnya atletis. Siapa saja yang melihatnya akan jatuh hati, tapi sayangnya Evander sangat menjaga jarak dengan makhluk yang bernama wanita.

Evander berada di ruang kerjanya, dia memanggil sekretarisnya. Sekretaris Evander seorang wanita berpenampilan seksi. Dia sangat menyukai Evander sejak lama. Dia selalu berusaha mendekati Evander, tapi Evander tidak meladeninya. Sekretaris Evander bernama Maya Safira.

"Maya tolong panggilkan bagian HRD!" pinta Evander. Dia duduk dengan arogannya. Wajah tampannya tanpa celah ditambah sikap cold-nya membuat para wanita bertekuk lutut. Sayangnya dia tidak suka wanita.

"Baik Evan," jawab Maya.

"Panggil aku Presdir! ini kantor," sahut Evander menatap tajam Maya.

"Kenapa sih kamu Evan? padahal kita ini dulu teman kuliah di luar negeri," protes Maya.

"Kau masih ingin kerja di sini?" ujar Evander.

Maya mengepalkan tangannya. Evander begitu sulit digoda. Padahal selalu berusaha mendekati dan menggodanya. Seakan Maya tahu segalanya tentang Evander. Dia juga sering menganggap Evander kekasihnya di depan staf di kantor. Untung saja semua staf tidak ada yang percaya. Mereka tahu bosnya alergi wanita. Dia tidak suka berdekatan atau ramah pada wanita manapun. Jadi mustahil kalau Maya kekasihnya Evander.

Maya ke luar memanggil Manager HRD. Tak lama Manager HRD masuk ke dalam ruangan CEO. Dia berdiri di depan meja bosnya. Manager HRD itu bernama Dedi Herwawan.

"Pagi Presdir."

"Pagi, tadi ada seorang wanita bernama Almira Benadzir interview ya?" tanya Evander.

"Iya Presdir."

"Dia melamar bagian apa?" tanya Evander.

"Staff akunting Presdir."

"Menurutmu bagaimana dia?" tanya Evander.

"Dia pintar, berpengalaman, cakap, lulusan universitas ternama, dan juga ramah orangnya."

Dedi mengungkapkan semua penilaiannya tentang Almira.

"Apa dia berhak menjadi kandidat utama?" tanya Evander.

"Iya Presdir, tapi ada yang lebih muda dan lulusan luar negeri Presdir."

"Bukannya yang pintar dan berpengalaman lebih dibutuhkan bukan?" tanya Evander menatap tajam Dedi.

"Iya Presdir."

"Berikan dia kabar baik secepatnya!" titah Evander.

"Baik Presdir."

Dedii ke luar dari ruangan Evander setelah bicara dengannya. Evander terdiam. Dia merasa ada yang aneh pada Almira.

"Kenapa dia masih mencari kerja? bukannya kompensasi perceraian yang aku berikan sangat banyak. Harusnya sangat cukup untuk hidupnya sampai tua," gumam Evander sambil termenung.

Dulu saat bercerai Evander memberikan 4 Milyar untuk kompensasi perceraian. Evander tidak ingin Almira merasa dirugikan karena menjalani pernikahan yang hanya status bersamanya. Evander tidak tahu dikemanakan uang 4 Milyar itu oleh Almira.

Terpopuler

Comments

Min sua

Min sua

Namanya Benazir, jadi keinget sama film Jodha Akbar

2022-12-22

0

Aqiyu

Aqiyu

4m mah dikit buat rumah sama mobil aja....
kecuali buat buka usaha

2022-11-21

0

nanana

nanana

ceritanya bagus tor

2022-11-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!