Istri Pajangan CEO Alergi Wanita

Istri Pajangan CEO Alergi Wanita

Istri Pajangan

"Kenapa kau tidur satu ranjang denganku?" tanya seorang laki-laki tampan yang baru saja terbangun dari tidurnya. Dia terkejut mendapati dirinya satu ranjang dengan wanita cantik yang merupakan istrinya. Laki-laki itu bernama Evander Kalendra. Suami dari Almira Benazir. Janda cantik yang dinikahi Evander.

"Eee ... semalam?" Wanita cantik itu bingung.

"Semalam kenapa?" Evander mendapati tubuhnya tidak lagi mengenakan pakaian. Meski Evander masih mengenakan celana bahan berwarna hitam yang biasa digunakan untuk ke kantor.

"Semalam kau demam dan mengigau. Aku hanya membantumu," jawab Almira.

"Aku sudah bilang jangan pernah berani mendekatiku! Aku alergi dengan wanita. Kau tahu itukan?" ujar Evander.

Almira menunduk. Dia tidak pernah berniat tidur satu ranjang dengan suaminya. Kalau bukan karena Evander sakit.

"Aku minta maaf. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi," jawab Almira.

Evander mengambil bajunya yang ada di atas nakas. Dia mengenakan bajunya kembali.

"Mulai hari ini kita bercerai!" ucap Evander.

"Cerai? Kenapa? Aku akan berusaha lebih baik lagi Evan. Aku akan menunggu sampai kau bisa menerimaku," sahut Almira.

"Almira, aku akan memberimu kompensasi yang setimpal. Pernikahan ini sudah berakhir. Jangan pernah muncul lagi dihadapanku!" tegas Evander.

Almira bangun dari ranjang. Matanya berkaca-kaca. Dia mendekati Evander dan memeluknya dari belakang. Namun Evander berusaha melepas pelukannya.

"Sebentar saja! Biarkan aku memelukmu!" pinta Almira.

Evander membiarkan Almira memeluk tubuhnya.

"Kenapa kau tidak ingin menyentuhku? Aku istrimukan Evan? Apa semua harus berakhir karena kau tidak menyukai wanita?" ucap Almira. Air matanya menetes di punggung Evander. Pernikahannya dengan Evander seperti sayur tanpa garam. Tak pernah ada rasa. Almira hanya pajangan untuk menenangkan ayahnya Evander yang menginginkan seorang menantu. Padahal Almira selalu berusaha sebaik mungkin untuk Evander. Tak pernah lelah berusaha untuk membuat suaminya jatuh cinta.

Evander hanya diam.

"Berikan aku kesempatan meski itu hanya satu hari. Aku ingin menjadi istrimu yang sesungguhnya," ucap Almira.

Evander mengepal. Permintaan Almira begitu berat untuknya.

"Ku mohon!" pinta Almira. Memeluk erat Evander. Berharap suaminya akan memenuhi permintaannya yang terakhir.

Evander melepaskan tangan Almira. Dia berbalik.

"Almira, aku tidak bisa," ucap Evander.

"Aku tidak ingin bercerai jika kau tidak memenuhi permintaanku ini!" sahut Almira.

***

"Tidaaak," teriak seorang wanita cantik yang terbangun setelah bermimpi buruk. Matanya langsung terbuka lebar menatap ke depan penuh ketakutan. Keringat membasahi wajahnya. Jantungnya berdebar kencang dan nafasnya tersengal-sengal. Ternyata semua itu hanya mimpi. Namanya Almira Benadzir. Janda tiga kali tersakiti. Pernikahan seakan hantu yang menakutkan untuknya.

"Kak, kakak pasti mimpi buruk lagi."

Sakira Titania namanya adik dari Almira. Dia datang menghampiri kakaknya. Sakira duduk di samping ranjang. Tangannya memegang lengan Almira, berusaha menenangkannya.

"Hah ... hah ... hah ...." Nafas Almira masih terdengar ngos-ngosan. Mimpi buruk itu kembali datang dan membuat Almira seakan tercekam masa lalu yang membuatnya ketakutan.

"Apa kakak mimpiin mantan suami kakak lagi?" Bukan hanya sekali, Almira sudah sering mimpi buruk tentang perceraiannya yang menyakitkan itu. Sakira sudah sering melihat Almira tersiksa setiap kali mimpi buruk itu datang.

"Iya, setiap kakak kelelahan pasti mimpi itu." Meski berusaha untuk tidak memikirkannya. Kenyataan pahit itu selalu datang dalam mimpinya.

"Gak usah dipikirin ya kak, biar semuanya berlalu dan kakak bisa menyambut masa depan yang lebih baik." Sakira berusaha menyemangati kakaknya. Tiga kali bercerai sudah membuat hidup Almira menderita. Tak pernah sekalipun dia bahagia dalam pernikahannya bersama ketiga mantan suaminya. Sakira berharap Almira akan bahagia nantinya.

"Makasih dek," ucap Almira.

Sakira langsung memeluk Almira, dia tahu rasa sakit yang dirasakan kakaknya. Siapapun akan merasa sakit saat diceraikan tiga kali padahal kita sudah berusaha berbuat sebaik mungkin. Tak mudah menyandang status janda tiga kali. Cibiran dan jadi bahan pembicaraan tetangga sudah sering diterima Almira. Seolah dia wanita yang tak mampu mempertahankan rumah tangganya dan lebih suka kawin cerai.

"Jam berapa dek?" tanya Almira.

"Jam 5 kak," jawab Sakira.

"Kakak mau sholat subuh dulu," sahut Almira. Dunia memang menyakitkan tapi jangan jadinya hal itu membuatmu melupakan ada pengadilan yang sesungguhnya.

"Iya kak," jawab Sakira.

Almira meninggalkan ranjang tidurnya berjalan menuju ke toilet di rumahnya. Dia mandi kemudian sholat, tak lupa dia berdoa pada Allah SWT. Karena dia tahu tiada tempat terbaik untuk mengadu selain Allah SWT. Manusia mungkin meninggalkan kita tapi Allah sang pencipta tak mungkin pergi meninggalkan kita. Tempat terbaik untuk kita kembali dan bersujud.

"Ya Allah, mungkin aku tak berjodoh dengan ketiga mantan suamiku, tapi berilah aku jodoh yang terbaik darimu Ya Allah," ucap Almira dalam doanya. Bahkan di setiap sepertiga malamnya selalu tersisip doa-doa itu.

***

Almira sedang sibuk membereskan file-file dan berkasnya. Dia akan pergi interview di sebuah perusahaan pekan depan. Almira seorang janda cantik berusia 31 tahun. Dia seorang wanita yang baik, ramah, dan periang. Selama hidupnya dia sudah menikah tiga kali. Tapi semua pernikahannya kandas di tengah jalan.

Karena kegagalan dalam pernikahannya Almira memutuskan lebih memikirkan keluarganya dari pada urusan pribadinya. Dia takut memulai kembali hubungan dengan orang lain. Walaupun telinganya sering panas karena celotehan orang yang menganggapnya wanita bernasib sial tapi dia tidak peduli.

Ibu Almira bernama Indah Nawang Wulan. Ayah Almira sudah meninggal saat Almira lulus kuliah. Ibu Indah menderita penyakit diabetes sudah sejak lama. Setiap bulan harus check up ke rumah sakit. Almira hanya memiliki satu saudara yaitu Sakira, dia gadis yang sangat cantik, periang, baik, ramah, dan manja. Sakira berusia 23 tahun, dia masih kuliah.

Saat Almira sibuk berkutat dengan berkas-berkas di meja, Sakira masuk ke kamarnya. Sakira mengajak Almira berbincang masalah percintaannya. Dia ingin tahu perkembangan asmara kakaknya. Sudah lama Sakira tak melihat atau mendengar kakaknya dekat dengan seseorang. Padahal Almira sangat cantik dan berkepribadian baik. Sakira duduk di ranjang sambil memperhatikan kakaknya yang membereskan berkas-berkas yang di pegangnya.

"Kak sibuk terus, tiap hari ngurus berkas lamaran kerja," ucap Sakira. Meski dalam hatinya dia ingin menangis. Melihat Almira selalu jadi pahlawan untuk keluarganya.

"Pekan depan kakak mau interview di sebuah perusahaan," jawab Almira.

"Kasihan kakak kerja terus untuk kita, sedangkan aku hanya bisa meminta," sahut Sakira. Matanya berkaca-kaca menahan air mata.

"Ini sudah tanggungjawab kakak setelah ayah meninggal, bagi kakak yang penting kau dan ibu bahagia," jawab Almira. Ibu dan Sakira magnet untuknya tetap semangat untuk menjalani hidup.

"Lalu kapan kakak mencari pendamping?" Sakira blak-blakan. Dia tidak ingin kakaknya hanyut dalam pekerjaannya. Melupakan kebahagiaan yang seharusnya dirasakannya. Selama ini Almira selalu menomor satukan kepentingan ibu dan adiknya. Sakira ingin Almira juga memikirkan masa depannya. Hidup bersama seseorang yang akan mendampinginya.

Almira terdiam. Teringat kembali pernikahannya yang sudah gagal. Berat rasanya jika harus kembali memulai. Ada rasa takut dan tak percaya diri jika harus kembali memulai hubungan baru.

"Jangan bicarakan itu lagi! Kakak happy kok," sahut Almira.

"Aku punya kenalan seorang polisi baik lagi kak," kata Sakira.

"Untuk kamu saja." Almira langsung menolak. Dia berusaha menutup hatinya untuk saat ini. Mencari pekerjaan menjadi hal utama yang harus dipikirkannya.

Sakira selalu berusaha mengenalkan kakaknya dengan pria yang dikenalnya baik. Dia ingin kakaknya bahagia bersama seseorang yang menyayanginya. Tiga tahun setelah perceraiannya dari suami ketiganya, Almira tidak pernah lagi dekat dengan lelaki manapun. Dia selalu menyimpan kesedihannya sendiri. Sakira pernah melihat Almira menangis saat sholat malam. Almira begitu terluka dengan tiga kali kegagalannya. Apalagi dia tidak tahu dimana letak kesalahannya, hingga ketiga mantan suaminya menceraikannya. Padahal sejauh ini selama bersama para mantan suaminya Almira selalu berusaha sebaik mungkin untuk mereka.

Dengan mencarikan jodoh untuk kakaknya, Sakira berharap Almira segera menikah dengan lelaki yang baik dan akan benar-benar menyayanginya. Tapi Almira selalu menolak. Sakira lebih berfokus pada pekerjaannya. Dia memikul beban sebagai tulang punggung keluarga.

"Kak, aku ingin lihat kakak bahagia dengan seseorang yang kakak cintai," ucap Sakira.

"Amin, makasih dek," jawab Almira.

"Tidak semua laki-laki seperti para mantan suami kakak." Sakira berusaha meyakinkan Almira. Dia tahu Almira pasti trauma. Sudah menjadi janda tiga kali. Pasti gak mudah membuka hatinya lagi untuk move on.

Almira diam tanpa kata meskipun hatinya terluka setiap mengingat mantan suaminya. Bagaimana tidak, tiga kali menikah diceraikan mantan suaminya. Almira bahkan tidak tahu pasti dimana letak kekurangan dan kesalahannya kenapa ketiga mantan suaminya tidak bisa menerima dan mencintainya.

"Aku berangkat ke kampus dulu ya kak." Sakira berdiri. Dia pamitan pada Almira.

"Iya, hati-hati di jalan dek," sahut Almira memberikan tangannya pada adiknya. Seketika Sakira mencium punggung tangannya.

"Oke, kakakku yang baik. Assalamu'alaikum," ucap Sakira.

"Wa'alaikumsallam," jawab Almira.

Sakira pergi meninggalkan Almira ke kampus. Tinggal Almira masih terdiam di tempat. Sebenarnya Almira sangat sedih dengan keadaannya yang sudah gagal menjalani pernikahan sebanyak tiga kali tapi dia berusaha menutupi semuanya, dia tidak ingin Ibu dan Sakira bersedih karena kesedihan Almira. Kebahagiaan Ibu dan Sakira prioritas Almira. Biarlah Allah SWT menunjukkan jalan jodohnya. Walaupun terkadang dalam benaknya dia merasa dirinya banyak kekurangan sehingga para mantan suaminya tidak bisa mencintainya.

"Almira! Niken datang tuh!" panggil Indah masuk kamar Almira. Wanita paruh baya yang jalannya sudah tidak tegap lagi karena satu jari-jarinya dipotong karena diabetes.

"Ya Bu, sebentar lagi aku ke luar," jawab Almira seraya memasukkan semua berkas ke dalam map.

"Oke ibu sampaikan padanya," sahut Indah.

Niken adalah sahabat Almira saat sekolah SMA dan kuliah. Dia pindah keluar kota untuk bekerja. Niken bekerja jadi perawat di pelosok desa. Sudah lama Niken tidak bertemu Almira. Mereka hanya berhubungan via telpon. Niken biasanya jadi teman curhat Almira.

"Assalamu'alaikum," sapa Niken yang menyusul ke kamar Almira. Dia sudah tak sabar bertemu sahabatnya.

"Wa'alaikumsallam," jawab Almira menoleh ke arah Niken.

"Almira!" ucap Niken. Sumringah melihat Almira.

"Niken dah lama gak ketemu, aku kangen banget." Almira langsung memeluk Niken. Sudah lama mereka tak bertemu dan mengobrol seperti biasa.

"Aku juga kangen tahu Al." Niken membalas pelukan Almira. Dia juga merasakan hal yang sama dengannya.

Mereka berdua duduk di atas ranjang, mengobrol dan bersenda gurau. Niken sudah menganggap Almira seperti saudaranya sendiri. Dia sudah tidak canggung membicarakan apapun padanya.

"Almira, aku penasaran wajah para mantan suamimu. Mereka kok tega banget. Jangan-jangan berewokan, menakutkan dan dingin kata es kutub," ucap Niken.

"Ah Niken kamu bisa aja. Mereka gak kaya gitu. Tar naksir loh," sahut Almira tersenyum gara-gara celotehan Niken.

"Memang mereka ganteng. Jadi penasaran. Ada gak sih fotonya biar ku pelet siapa tahu mau sama nenekku," canda Niken agar Almira senang.

Almira tertawa kecil. Perutnya sampai mulas mendengar celotehan sahabatnya. Sudah biasa kalau ngumpul sama Niken pasti ada aja yang bikin Almira ketawa.

"Tunggu! Masih ada fotonya," ucap Almira.

Niken mengangguk. Almira pun bangun dari ranjang. Mengambil foto lama di dalam lemari. Lalu memberikan pada Nurul.

"Ini foto pernikahanmu dengan para mantan suamimu?" tanya Niken.

"Iya," jawab Almira.

"Uuu ... ganteng-ganteng banget mantan suamimu, sayang aku gak hadir dipernikahanmu," sahut Nurul. Tak disangka mantan suami Amanda tampan-tampan bak artis Korea.

"Gak papa, kamu kan sedang tugas di tempat yang jauh untuk mengabdi pada negara." Almira paham. Pekerjaan Niken bukan pekerjaan biasa. Dia harus menjadi perawat di desa terpencil yang sangat jauh.

"Aku cuma tau mereka dari telpon, gak tau aslinya ternyata ganteng-ganteng banget, kirain itu editan," kata Niken. Dia pikir foto-foto yang pernah dikirim Almira cuma filter jahat efek kamera jahat masa kini.

Almira diam tidak memberi komentar. Karena kenyataan tak seindah yang dilihat. Ketiga mantan suaminya memang tampan tapi kehidupan rumah tangganya tak satupun berjalan dengan mulus dan berakhir dengan indah.

"Almira, mereka ganteng-ganteng tapi nyakitin ati. Sayang gantengnya gak kepake. Bikin ngeselin," celetuk Niken kesal. Tampan bukan jaminan baik dan penyayang.

"Ah, kamu bisa aja." Almira menanggapi dengan santai. Dia sudah kebal dari rasa sakit.

Mereka berdua malah bercanda-canda. Niken tidak mengenal ketiga mantan suami Almira. Dia hanya tahu mereka dari Almira saat menelpon. Ini pertama kali Niken melihat wajah para mantan suaminya.

"Kau gak pernah ngasih tahu aku, kenapa kau bercerai dengan mereka. Sebenarnya apa yang terjadi Almira?" Niken penasaran dengan penyebab perceraian sahabatnya dengan ketiga mantan suaminya.

Terpopuler

Comments

Aqiyu

Aqiyu

alergi wanitanya gimana sih padahal dipeluk juga ga ada ruam/bentol ditubuh

2022-11-21

0

Mulyani Yani

Mulyani Yani

sebentar nurul sebentar niken

2022-10-01

0

nona kim

nona kim

mampir thor

2022-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!