..._________🍃🌺🍃_________...
...Assalamualaikum Wr.Wb....
...Reader jangan lupa support...
...Like dan Kembang Kopinya ya!...
...Selamat Membaca!...
..._________🍃🌺🍃_________...
..."Yā ayyuhallażīna āmanujtanibụ kaṡīram minaẓ-ẓanni inna ba'ḍaẓ-ẓanni iṡmuw wa lā tajassasụ wa lā yagtab ba'ḍukum ba'ḍā, a yuḥibbu aḥadukum ay ya`kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumụh, wattaqullāh, innallāha tawwābur raḥīm."...
...Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang....
...(QS : Al - Hujurat Ayat 12)...
Pagi yang cerah seakan mentari tersenyum melihat keluarga kecil penuh kesederhanaan kini bisa berkumpul bersama.
"Bu, jadi tidak mau kepasar? Syila antar." Arsyila menanyakan pada sang Ibu sambil menata sarapan di meja makan.
"Kamu ga ke kampus Ndok? Kapan mulai ngajar?" Ibu meletakkan gelas berisi kopi untuk Bapak.
"Insha Allah besok Bu. Itupun baru datang, belum langsung mengajar sepertinya."
"Panggil Bapakmu Ndok, kita sarapan sama-sama."
"Syila kamu gapapa naik motor?" Ibu menatap heran pada putrinya yang sedang memanaskan motor sebelum digunakan.
"Loh memangnya kenapa Bu, dulu juga Syila sering antar ibu ke pasar naik motor."
"Yo Wes. Tak pikir, cah ayu ibu sudah lupa." canda Ibu Syila.
Tinggal di daerah perkampungan tentu membuat warga satu sama lain saling mengenal.
Terkadang tak sedikit terjadi percekcokan karena hubungan satu dan lainnya yang terlalu dekat.
"Bu Dewi, mau kemana?" sapa seorang wanita dengan kisaran usia sama dengan Ibu Dewi, ibu dari Syila.
"Mau ke pasar Mbak Yu."
"Loh ini Syila Toh? Aku ga ngenali. Kamu sudah pulang ya Syila? Gimana sudah nikah?"
Entah etika berbasa basi model mana yang kerap kali digunakan warga negara kita hingga saat percakapan pertama senang sekali menanyakan hal sifatnya pribadi.
Terkadang kita tidak tahu niat hati hanya bertanya tapi hati orang yang kita tanya bisa saja sakit karena pertanyaan iseng kita.
"Belum Bu. Doakan ya. Semoga disegerakan oleh Allah." Syila dengan santun menjawab pertanyaan yang akan sering ia dengar saat memutuskan kembali ke negaranya.
"Mari Mbak Yu, kami duluan."
Bu Dewi memilih segera berlalu, bagaimanapun Bu Dewi tentu memahami sesungguhnya perasaan putrinya.
"Bu, jadi mau beli ikan gurame?" Syila mengingatkan Ibu akan pesanan Bapak.
"Walah hampir lupa Ndok. Untung ada kamu. Kalo ga Bapak bisa nyari, wong Bapak sejak kemarin kepingin makan gurame bakar buatan ibu."
"Mas Guramenya piro?"
"65.000 ribu Bu'e sekilo."
"Oalah Mas, piye BBM naik kok yo ikut naik. Ga boleh kurang toh?"
Syila hanya tersenyum melihat skill Ibunya yang sangat mahir menawar.
"Boleh dong Bu'e apalagi kalau Saya dijadikan mantu!" canda sang penjual ikan gurame.
"Hush! Lah kok anakku dituker sama ikan!"
"Becanda Bu'e tapi kalo diterima yo alhamdulillah." si Mas penjual ikan masih meladeni.
"Jadi kurangnya berapa ini guramenya?"
"Tak kasih spesial untuk Bu'e jadi 60 ribu ae lah."
"Spesial itu jadinya 50 toh Mas. Ayo kasih ora?"
"Ealah Bu'e kalo 50 saya ga jadi calon mantu dong, ga ada untungnya BBM naik jadi harga ikan ikut naik Bu'e."
"Wes, 55 deh, terakhir."
Syila kini semakin geleng kepala dengan Ibu, meski begitu Syila tak berani menyela sesi bargaining antara sang ibu dengan penjual ikan gurame.
"Berhubung karo calon, yowes bungkus! Mau dibersihkan langsung atau ndak Bu'e?"
"Yo dibersihkan. Potongnya di belah urung yo, mau dibikin ikan bakar."
"Walah mantep tenan Bu'e."
Selesai pergulatan tawar menawar akhirnya ikan gurame berhasil dibawa pulang dengan hati riang Bu Dewi.
"Bu, kesana sebentar yuk, Syila kepingin beli candil. Sudah lama ga makan itu."
Arsyila melihat si Mbok penjual candil yang masih diberikan nikmat sehat dan panjang umur masih setia melayani pembeli yang setia dari tahun ketahuan menjadi pelanggannya.
Bahkan saat Syila kecil si Mbok penjual candil sudah ada dipasar berjualan.
Kini si Mbok penjual candil masih gagah melayani setiap pelanggannya yang turun temurun.
"Candilnya 2 ya Mbok." Syila tersenyum melihat makanan yang sudah lama tidak ia makan.
"Lah dalah, tak pikir sopo iki, Lah Bu Dewi. Loh iki sopo Bu?" Si Mbok penjual candil menunjuk ke arah Syila.
"Syila Mbok. Lupa ya?" Arsyila mencium punggung tangan si Mbok penjual candil.
"Ealah, cah ayu. Si Mbok yo lali toh. Wong manglingi. Ayu tenan Wi putrimu." si Mbok mengusap kepala Syila tersenyum melihat gadis yang sejak kecil selalu membeli candil buatannya kala ikut ke pasar bersama ibunya.
"Mbok apa kabar? Sehat?" Syila duduk disamping sambil melihat tangan gesit si Mbok membungkus pesanan pelanggan.
"Alhamdulillah cah ayu. Sehat. Kamu sudah pulang dari luar negeri toh!"
"Alhamdulillah Mbok. Sekarang Syila sudah disini." senyum Syila.
"Loh Jeng Dewi disini juga?"
"Iya Jeng Sari, ini lagi beli candil."
"Ini Syila ya? oalah, ibu sampai pangling, ngomong-ngomong sudah punya anak berapa?"
"Belum Bu, Syila belum menikah."
"Walah! Yo kok bisa toh, temenmu Ayu anaknya sudah 3. Ayo jangan kebanyakan pilih-pilih. Nanti keburu tua!"
"Doakan ya Bu, semoga Allah segerakan." Syila dengan santun membalas ucapan julid Bu Sari.
"Saya duluan ya Jeng Dewi, Syila."
Tak bisa dipungkiri hati Ibu mana yang tidak sakit saat putri tercintanya dikatakan sebegitu rupa.
"Bu." Syila paham raut wajah Ibunya kesal akan ucapan Bu Sari, mengusap punggung ibunya menenangkan.
"Cah Ayu, ra usah kuatir, jodoh, rezeki, maut gusti Allah yang atur. Wong kita hambanya tinggal usaha dan doa. Ra usah denger omongan Bu Sari yo! Si Mbok doakan semoga Syila segera dapat jodoh yang baik menurut gusti Allah." si Mbok menepuk tangan Syila sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak atas doanya Mbok. Aamiin. Semoga Allah mengabulkan doa si Mbok untuk Syila." Syila tersenyum bahagia betapa dikala ada manusia julid namun Allah masih menyisakan orang-orang berhati baik layaknya Si Mbok penjual candil.
Syila dan Bu Dewi mengambil motor diparkiran pasar segera pulang ke rumah.
Tanpa mereka sadari dari jarak tak jauh seorang tokoh masyarakat memperhatikan Syila dan Bu Dewi yang meninggalkan pasar.
"Bu, bukannya itu yang naik motor Bu Dewi istrinya Pak Hakim?"
"Betul Pak. Itu Dewi. Sepertinya yang bawa motor itu Syila putrinya."
"Bu bagaimana kalau ucapan Bapak tempo hari pada Ibu? Ibu setuju?"
"Ya kalau Ibu sih sebetulnya ingin Aditya dapat istri dan besan yang setara dengan kita Pak."
"Tapi anak Pak Hakim kan lulusan luar negeri. Ya bagus untuk keluarga kita. Apalagi cah lanangmu itu kerjanya bikin pusing Bapak. Kalau Aditya menikah dengan Syila, siapa tahu jadi keikut pinter, jadi bisa mikir!"
"Bapak ini, kok yo anak sendiri dijelek-jelekin sih! Wes terserah Bapak!"
"Pak Lurah, Bu Lurah mari kita lanjutkan. Saya akan menunjukkan tempat daur ulang sampah di pasar ini." petugas pengelola pasar memanggil untuk mengarahkan Bapak dan Ibu Lurah mereka.
...Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,...
...“Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat."...
...(HR. Bukhari Muslim)....
..._________🍃🌺🍃_________...
...Waalaikumsalam Wr.Wb....
...Reader jangan lupa support...
...Like dan Kembang Kopinya ya!...
...Terima Kasih sudah membaca karya Author...
...Alhamdulillah...
..._________🍃🌺🍃_________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
anak Ragil❤️💕
Hem bangga bisa nulis rapih semngat kk
2022-12-05
1
𝐈𝐬𝐭𝐲
begitulah nyir2an orang kampung 🤭
2022-11-16
1
ArgaNov
Hai Kak, aku singgah sampai bab lima dulu ya, nanti aku singgah lagi.
Aku tunggu kedatangannya di Tukar Jiwa🥰
2022-11-09
1