Bab 2

Saat adzan subuh berkumandang, Nia membangunkan Anaa dan Yuna, mereka harus pergi ke sumur untuk mengambil wudhu sebelum anak-anak yang lain bangun dan mereka pasti harus antri di sumur.

Meski masih merasa sangat mengantuk, mereka bertiga pun pergi ke sumur dengan hanya mengandalkan senter kecil Yuna.

Namun saat mendekati sumur, langkah Yuna dan Anaa terhenti saat mereka melihat seorang gadis berdiri di dekat sumur sementara Via terus melangkah seolah tidak melihat siapa-siapa.

"Ni-Nia. Siapa itu?" Tanya Anaa gelagapan karena kini Nia tepat berada di hadapan gadis kecil itu.

"Siapa apanya?" Tanya Nia bingung.

"Itu, Mbak. Di depanmu...." dengan takut Yuna menunjuk gadis itu namun Nia tetap tak melihatnya.

"Jangan bercanda deh, ayo cepat! Nanti yang lain keburu datang," seru Nia yang membuat Anaa dan Yuna semakin ketakutan.

"Nia! Ada anak kecil di depan kamu!" Teriak Anaa akhirnya namun Nia tak melihatnya.

"Anak kecil? Dimana?" Tanya Nia, ia mencari anak yang di maksud namun ia tak melihat siapapun.

Anaa dan Yuna sudah menjerit histeris dan mengajak Nia pergi, namun Nia masih mencari anak itu hingga tiba-tiba anak itu menghilang.

"Dimana?" tanya Nia lagi.

"Di belakang ... kepala!" Teriak Anaa dan Yuna bersamaan, karena di tepi sumur, ada kepala yang bergerak-gerak. Nia menoleh dan seketika ia menjerit histeris karena kini ia melihat hantu itu.

"AAHHHH!"

Ketiganya langsung berlari terbirit-birit kembali ke padepokan bahkan Yuna sampai kehilangan sandalnya.

***

Kejadian tadi subuh membuat Anaa dan kedua temannya itu hanya bisa menggigil, apalagi saat mereka menceritakannya pada teman-teman yang lain, mereka justru di tertawakan, dan ada yang bilang Anaa kualat karena tidak percaya hantu.

Di perjalanan pulang ke rumahnya, Anaa melihat ada sesajen yang merupakan seikat bunga, botol yang berisi air dan juga sesuatu yang di bungkus dengan daun pisang berada di bawah pohon bambu.

"Sesajen, Mbak," kata Yuna yang bergidik.

"Paling nanti juga di makan ayam, mubazir itu makanan di buang-buang," tukas Anaa sinis.

Sesampainya di rumah, Anaa merasa bingung karena tiba-tiba rumahnya sudah ramai, ada beberapa tetangganya yang datang.

Anaa menghampiri Rumi, kakak perempuannya yang saat ini sedang bersama dua adik laki-laki Anaa, Alif yang berusia 9 tahun dan Iqbal yang berusaha 13 tahun, sementara kedua orang tua mereka merantau di kota.

"Ada apa, Mbak? Kok banyak orang?" Tanya Anaa berbisik.

"Mbak Yanti sakit, Kata orang Mbak Yanti kena santet," celetuk Alif yang langsung di bekap mulutnya oleh Iqbal.

"Sakit? Kemarin masih sehat," ucap Anaa.

"Sebaiknya kamu bawa adik-adik ke kamar!" titah Rumi dan Anaa pun menurut saja.

Ahmad sendiri tidak habis fikir kenapa istrinya tiba-tiba jatuh sakit padahal saat tengah malam tadi masih sehat.

Saat Ahmad membangunkan istrinya untuk sholat subuh, tiba-tiba sang istri tampak kesakitan dan ia tak bisa bersuara, selain itu, ASI-nya juga tak keluar sehingga Arif terus menangis karena haus.

Orang-orang berdatangan dan meyakini Yanti telah terkena sihir namun Ahmad masih yakin, istrinya mungkin hanya sakit biasa.

"Orang bilang, santet yang di kirimkan itu biasanya berbentuk api," tukas Boni yang merupakan suami Kona.

Ahmad yang mendengar itu langsung teringat pada cerita istrinya tadi sebelum tidur, yang mengatakan seperti melihat percikan api di atas ranjang.

"Apa kamu melihat tanda-tanda yang aneh, Ustadz Ahmad?" tanya Boni.

"Kata Yanti, dia melihat percikan api di atas ranjang saat aku masih sholat," jawab Ahmad yang membuat orang-orang semakin yakin bahwa itu sihir.

"Mereka pasti menargetkan Ustadz. Tapi karena Ustadz masih sholat, akhirnya sihir itu tidak bisa masuk dan justru masuk ke ke istrimu," tukas warga yang lain.

"Apa mungkin si Agung yang melakukannya?" Sambung warga yang lain.

"Astagfirullah, hati-hati jika kita berbicara apalagi tidak ada bukti sedikitpun!" Tegas Ahmad. "Segala penyakit yang ada, pasti datangnya dari Allah dan Allah yang akan memberi kesembuhan. Aku akan membawa Yanti ke Dokter hari ini, aku yakin dia hanya sakit biasa," tuturnya panjang lebar.

Hari itu juga, Ahmad membawa Yanti ke Dokter seorang diri, sementara Rumi di tugaskan untuk menjaga Arif dan adik-adiknya di rumah.

Karena jarak rumah sakit yang cukup jauh, juga jalan desa yang kecil serta masih bebatuan, butuh waktu yang lama bagi mereka untuk sampai ke rumah sakit.

Sementara di rumah, Anaa menceritakan tentang hantu yang di lihatnya pada adik-adiknya namun adik-adiknya justru tertawa, menganggap Anaa hanya berbohong.

Tak lama kemudian Rumi mendatangi Anaa, ia meminta Anaa menjaga Arif karena Rumi harus pergi ke sungai untuk mencuci baju.

Anaa manut saja, sementara kedua adiknya pergi bermain entah kenapa.

Anaa tiduran di samping keponakannya yang masih tertidur, hingga tiba-tiba Anaa merasakan ada tangan yang meraba tangannya. Berfikir itu tangan keponakannya, Anaa justru memainkan jari jemari kecil itu yang terasa begitu lembut dan dingin, Anaa bahkan tertawa sendiri saat ia menggelitik telapak tangan bayi itu, berfikir keponakannya pasti akan merasa geli, namun tiba-tiba Anaa melihat kedua tangan Arif bertumpu di atas perut Arif. .

Anaa yang terkejut langsung beranjak duduk, ia menatap ke sekelilingnya namun ia tak melihat apapun. Anaa menatap tangannya sendiri, sentuhan tangan bayi itu terasa begitu nyata namun Anaa mencoba mengabaikan hal itu.

Terpopuler

Comments

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

💫R𝓮𝓪lme🦋💞

lanjuttt🤩🤩🤩

2022-09-09

2

Siska Agustin

Siska Agustin

ngeerriii....

2022-09-08

2

Ita Imus

Ita Imus

semakin kita takut maka Saiton makin senang menggoda kita Anna 😁

2022-09-07

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!