Di Markas Black Wolf
"Apa? ada yang mencoba meretas situs data kita?" Darold membulatkan matanya terkejut.
"I-iya tuan," jawab Ferdi dan Roby bersamaan.
"Lalu kenapa kalian tidak menangkapnya? bukan kah kalian sudah ku bayar mahal agar bisa menjaga keamanan data-data perusahaan dan klan?" Hardik Darold kepada Roby dan Ferdi.
"Maaf tuan, kami sudah berusaha menjaganya, sekarang data tuan sudah aman kembali, hanya saja pelaku peretasan tidak bisa kami temukan." Ferdi berbicara sambil menunduk takut melihat kemarahan bosnya.
"Bagaimanapun caranya, kalian harus menjaga keamanan dataku, kalau sampai kalian gagal, aku tidak segan-segan menghabisi kalian," ancam Darold dengan mata yang sudah memerah.
"Dan satu lagi, cepat temukan gadis kecil yang bernama Rachelia Edward itu, aku khawatir dia akan menjadi boomerang bagiku di kemudian hari," perintah Darold kepada semua anak buahnya yang saat ini sedang berkumpul di Markas.
"Siap Tuan" sahut seluruh anak buah Darold Archer.
Darold kini kembali ke mansion mewahnya yang hanya ditinggali oleh ia dan putra semata wayangnya. Sementara istri Darold sudah menceraikannya karena tidak ingin hidup dalam lingkaran permusuhan dan dunia bawah tanah.
Rossa adalah ibu Calvin yang pergi meninggalkan Darold saat ia menyadari kalau saat itu ia tengah hamil. Ia memberanikan diri untuk menjauh saat itu karena ingin melindungi dirinya dan Calvin dari dunia ayahnya yang sangat berbahaya.
Namun sayangnya, lokasi persembunyiannya berhasil diketahui oleh anak buah Darold sehingga selama kehamilan Rossa, Darold terus memantaunya tanpa sepengatahuan Rossa.
Hingga saat Rossa berhasil melahirkan Calvin ke dunia, Darold dan anak buahnya datang untuk mengambil Calvin darinya untuk dijadikan pewarisnya kelak. Rosa benar-benar hancur saat itu, pasalnya Darold mengambilnya secara paksa tak ubahnya seperti penculikan.
Usaha Rossa untuk menjaga Calvin kini sia-sia, anak yang ingin ia jaga justru dibawa pergi oleh orang berwatak iblis seperti Darold.
Sementara, Rossa saat ini tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mengambil Calvin dari Darold sebab dia sendiri telah diasingkan ke sebuah desa yang ia sendiri tidak tahu dimana.
Darold pulang ke rumahnya saat tengah malam. Sebelum tidur, ia menyempatkan diri untuk melihat Calvin di kamarnya.
Ceklek
Darold masuk ke dalam kamar Calvin, ia melihat putranya itu sudah tidur dengan begitu nyenyaknya.
"Maafkan Daddy, kau harus merasakan kekurangan kasih sayang dari seorang Ibu karena kerjaan Daddy ini."
"Tapi nasi sudah menjadi bubur, Daddy harus selalu berupaya mempertahankan apa yang sudah Daddy usahakan sejak dulu. Ini juga agar kau bisa hidup bahagia dan semua yang kau inginkan bisa Daddy penuhi." Setelah berbicara pada Calvin yang sudah tertidur, akhirnya Darold keluar dari kamar Calvin.
Ceklek
Mendengar suara pintu tertutup, Calvin yang awalnya tidur kini membuka matanya.
"Sebenarnya apa kerjaan Daddy sampai membuat Mommy meninggalkan Daddy? Apakah Mommy benar-benar sudah meninggal? kenapa Daddy bicara seolah Mommy belum meninggal?" Calvin bertanya sendiri dalam hatinya.
Calvin benar-benar penasaran dengan Mommy, wanita yang ia sendiri tidak tahu bagaimana rupanya. Darold selalu mengatakan padanya kalau Mommy sudah meninggal, namun Darold tidak pernah mengajaknya untuk mengunjungi makam Mommy.
"Suatu saat jika aku sudah memiliki kekuasaan dan penghasilan sendiri, aku akan mencari Mommy dengan caraku sendiri tanpa sepengetahuan Daddy," gumamnya lalu kembali memejamkan matanya dan tidur.
--
Satu tahun kemudian
Bugh bugh bugh, suara pukulan samsak tinju dari halaman belakang rumah kian terdengar memenuhi seluruh ruangan di rumah yang cukup sederhana.
Michel yang kini berusia 16 tahun dengan semangat 45 sedang melatih kemampuan bela dirinya. Tak hanya melatih kemampuan tinju dan tendangannya, ia juga melatih kecepatan larinya setiap hari. Bahkan saat ini, diusianya yang masih sangat belia, ia sudah memiliki kecepatan lari yang luar biasa, yaitu 100 meter hanya dalam 10 detik.
Wajah Michel semakin memperlihatkan kecantikannya diusianya yang semakin beranjak dewasa. Meskipun saat keluar rumah ia akan memakai kacamata bulat dan tebal dengan rambut yang di ikat, namun tetap saja itu tak mampu menutupi kecantikan alaminya.
Hari ini merupakan hari kelulusan Michel di SMA, karena kejeniusan yang ia miliki, ia bisa lebih cepat menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas pada usia 16 tahun.
Siang itu, setelah menyandang predikat lulusan terbaik, Michel pulang dengan ceria, sesekali ia bersenandung meski suaranya tidak semerdu suara penyanyi profesional, namun itu sudah sangat menghiburnya.
Saat tiba di sebuah jalan sepi, ia tiba-tiba dihadang oleh lima pria, menurut desas-desus yang menyebar, mereka adalah preman desa yang sering kali meresahkan warga terutama anak gadis di desa itu.
"Hai gadis culun, apa boleh kami melihat wajahmu tanpa kacamata?" kata salah satu pria itu.
"Betul, sepertinya kamu ini sangat cantik," timpal temannya yang lain.
Michel sedikit mundur untuk menghindari para preman yang semakin mendekat, namun tanpa di duga, kelima preman itu justru mengelilinginya dan tidak memberikan kesempatan kepada Michel untuk pergi.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
moha aja 1 desa sama michel
2024-02-16
1
Feradina
Seru banget cerita ini😆
2023-07-10
2
moms 3 anak
hajaaar michel biar gak neko2. mreka
2022-09-28
2