Pagi hari Di sebuah mansion mewah
"Hey, apa yang kalian lakukan? Mengapa kalian hanya duduk saja dan tidak melatih putraku?" bentak pria bertubuh besar yang tak lain adalah Darold Archer ketua dari klan mafia bernama Black Wolf.
"Maaf tuan, tuan muda sejak tadi tidak ingin berlatih, kami sudah membujuknya sebisa kami, namun tuan muda tetap tidak ingin keluar dari kamarnya," ujar salah satu pelatih bela diri Calvin.
Sementara di kamarnya, Calvin seorang anak remaja berusia 17 tahun justru sedang asik membaca komik sambil berbaring di atas kasurnya yang empuk.
Tok tok tok
"Masuk," sahut Calvin santai.
"Calvin! Daddy menyuruhmu berlatih bukan bermalas-malasan seperti ini," geram Darold kepada putra tunggalnya itu.
"Maaf Daddy, hari ini Calvin lelah sekali, bisakah jika latihan hari ini diliburkan dulu?" rengek Calvin.
"Tidak bisa, jika berlatih saja kau sulit disiplin, bagaimana kau bisa jadi pemimpin!" cecar Darold, "sekarang pergilah berlatih, atau semua koleksi komikmu ini Daddy bakar sampai tidak tersisa," lanjut Darold mengancam.
"Iya Dad, Calvin akan berlatih sekarang." Calvin bangkit dari tempat tidurnya dengan malas lalu keluar menemui pelatihnya.
-
"Calvin berlatihlah dengan tekun, kau adalah satu-satunya calon pewaris kepemimpinanku, jika kau tidak disiplin dan tekun berlatih, maka kau tidak akan bisa menghadapi musuh dan pesaingmu." Papar Darold pada Calvin yang saat ini tengah berlatih.
"Iya Dad, Calvin mengerti," sahut Calvin.
--
Pagi ini, Michel sedang melakukan rutinitas paginya dengan berlatih sebelum berangkat ke sekolah.
"Mama, kenapa setiap akan latihan, Michel selalu disuruh bawa beban ditangan, punggung dan kaki Michel?" tanya Michel asal untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa lelah yang mulai menghampirinya.
"Karena dengan mengangkat beban, kekuatan otot tangan, punggung dan kakimu bisa bertambah, dan juga bisa membuat ototmu terasa lebih bugar," jelas Nola.
"Tapi Ma, Michel kan sudah kuasai teknik bela diri yang mama dan papa ajarkan, Michel bahkan sudah remaja, tentu kekuatan Michel semakin kuat. Jadi kenapa harus latihan seperti ini lagi?" tanya Michel lagi.
"Menguasai teknik saja tidak cukup tanpa kekuatan dan kebugaran otot, Michel. Bahkan meski usiamu sudah remaja, jika kekuatan ototmu tidak dilatih, maka yang ada kekuatanmu hanya sampai disitu saja, tidak akan meningkat. Jika kamu memukul lawan, namun pukulanmu sendiri tidak memiliki kekuatan, bagaimana kamu akan melumpuhkan lawan?" terang Nola
"Oh gitu yah Ma," sahut Michel sembari mengangguk.
"Coba deh, sekarang kamu angkat beban itu dengan tanganmu." Michel mengikuti instruksi Nola dengan mengangkat beban yang lumayan berat.
"Nah, tahan sampai 30 menit yah jangan dilepas," ujar Nola.
"Baik Ma." Michel menuruti perintah Nola, meski sesekali ia menghapus peluh yang semakin gancar keluar dari keningnya, ia tetap berusaha bertahan.
Hingga 30 menit pun berlalu.
"Michel, sekarang turunkan bebannya." Michel kembali menuruti instruksi Nola.
"Nah, sekarang coba gerak-gerakkan tanganmu, dan coba juga ayunkan pukulanmu pada samsak tinju itu." Nola mengarahkan Michel.
Michel mulai menggerak-gerakkan tangannya, kemudian iya mengayunkan pukulannya pada samsak tinju.
Bugh
"Apa yang kamu rasakan Michel?" tanya Nola.
"Rasanya tanganku seperti sangat ringan Ma, terus saat memukul, aku seperti memukul pelan tapi ternyata sangat keras." Nola tersenyum mendengar jawaban Michel.
"Nah, itu dia maksud mama, sekarang kamu sudah paham kan?" tanya mama Nola dan Michel pun mengangguk paham.
-
"Ma, Michel berangkat sekolah dulu yah,"
kata Michel saraya meraih tangan Nola dan mencium punggung tangannya.
"Iya, hati-hati yah Michel, ingat selalu pesan mama," seru Nola sembari melambaikan tangan pada Michel yang semakin menjauh dari pandangannya.
Seperti biasa di sekolah, Michel mendapat perlakuan buruk yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Bahkan, semakin banyak teman sekolahnya yang tidak menyukai Michel karena kejeniusannya.
Tentu saja, Michel tidak akan menghiraukan itu semua, karena ia tahu, menghiraukam atau bahkan meladeni mereka, hanya akan membuang-buang waktu dan tenaganya secara percuma.
Seperti saat ini, Michel sedang kebagian tugas membersihkan toilet. Saat sedang fokus menyikat lantai, melalui genangan air di lantai, ia melihat pantulan bayangan Naya hendak menyiramkan air kepadanya.
Michel berusaha bersikap tenang, ia memilih untuk berpura-pura tidak tahu terlebih dahulu, namun saat Naya hendak menyiramkan air, Michel memanjangkan kaki lenturnya ke belakang sehingga mengenai kaki Naya dan itu berhasil membuat Naya kehilangan keseimbangannya berdiri dilantai yang licin. Alhasil, air yang hendak ia siramkan ke Michel justru berbalik menyiram dirinya sendiri akibat terjatuh.
"Ahh si*l," pekik Naya melihat Michel yang menampilkan wajah polosnya tanpa menoleh ke arahnya. Namun, saat melewati Naya, senyuman tipis muncul di bibirnya.
Kini jam pelajaran telah usai, semua anak-anak berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing, tak terkecuali Michel.
Dengan santai, Michel melangkahkan kakinya menyusuri jalan yang agak sempit menuju ke rumahnya yang berada di belakang desa.
"Kakak, itu dia orangnya." Naya mengadukan apa yang ia alami tadi kepada kakak sepupunya yang berusia 18 tahun.
Langkah Michel seketika terhenti saat dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang tubuhnya lebih tinggi darinya.
"Hey bocah, berani sekali kamu membuat adik kesayanganku basah kuyup! apakah aku harus memberimu pelajaran agar kau sadar?" sungut Bram, kakak sepupu Naya.
"Aku tidak pernah membuat Naya basah kuyup, dia basah karena ulahnya sendiri," kata Michel santai. Meski tubuh Michel lebih kecil dari Bram, namun ia sama sekali tidak merasa takut.
"Tetap saja, dia basah karena kamu yang membuatnya terjatuh," hardik Bram tak ingin kalah.
Michel tersenyum miring mendengar pembelaan Bram. "Pantas saja Naya berani merundungku, rupanya dibelakangnya ada kakak yang bukannya menegur kesalahannya, tapi malah mendukungnya, kasihan sekali.”
Bram sempat melongo mendengar perkataan Michel yang sangat berani dihadapannya, dan dia mengakui apa yang dikatakan Michel itu benar, hanya saja ia tidak ingin menelan ludahnya kembali.
"Berani sekali kau berkata begitu padaku," geram Bram mendekati Michel dan hendak mendorongnya ke belakang, namun dengan cepat Michel menghindar sehingga membuat Bram hampir terjatuh.
Bram memperbaiki posisinya kembali dan hendak memukul Michel, namun sekali lagi Michel berhasil menghindar. Michel ingin segera pergi, ia merasa tidak ingin meladeni Bram, namun Bram berhasil menangkap tangannya.
"Mau pergi kemana kamu?," ujar Bram sedikit meninggikan suaranya.
Tanpa berkata-kata, Michel langsung menendang sela*******n Bram dengan keras.
"Auu." Bram meringis sambil memegangi alat vitalnya itu.
Tentu saja itu adalah kesempatan yang baik untuk Michel segera pergi, ia tidak ingin ada yang melihatnya berkelahi, karena itu hanya akan menambah masalahnya nanti.
"Astaga, berani sekali anak itu," pekik Bram sangat dongkol dengan perlakuan Michel kepadanya.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
gede ny mti. jdi musuh
2024-02-16
2