Waktu terus berjalan, Michel kecil kini telah tumbuh menjadi gadis cantik yang tangguh dan cerdas. Usianya kini telah memasuki 15 tahun, dan dalam waktu satu tahun ke depan, ia akan segera lulus dari Sekolah Menengah Atasnya. Kecerdasannya yang diatas rata-rata, membuat Michel masuk dalam program akselerasi disekolahnya, sehingga usianya saat ini lebih muda dibanding teman-teman sekelasnya.
Hingga saat ini, Michel masih setia dengan kacamata bulat khasnya dan rambut yang selalu di kepang dua. Sehingga banyak temannya dan orang-orang di desanya yang masih saja memandang remeh padanya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan mudahnya mengatakan Michel adalah gadis culun dan jelek, mereka juga selalu berusaha merundungnya, meski usaha mereka selalu gagal.
Jika dulu ia menangis saat di perlakukan buruk oleh temannya, maka sekarang tidak lagi. Nasehat Nola saat itu masih ia ingat jelas sampai saat ini.
"Menangis tidak akan menyelesaikan apa-apa jika kamu lakukan dihadapan orang banyak, justru itu akan membuatmu terlihat lemah dimata orang lain. Meskipun menangis itu manusiawi, tapi menangislah hanya saat kamu sendiri, sebab akan ada saja orang yang tertawa puas saat melihatmu menangis, meskipun mungkin ada juga orang yang ikut sedih ketika melihatmu menangis."
Pengalaman demi pengalaman dari perlakuan buruk teman-temannya selalu ia jadikan pelajaran untuk membentuk perlindungan bagi dirinya untuk kedepannya.
Hari ini, Michel berjalan menyusuri lorong sekolah menuju ke ruang kelasnya. Tatapan remeh dan aneh dari temannya tidak lantas membuat Michel merasa rendah diri. Ia justru terlihat santai dan acuh, hingga ia tiba di depan pintu kelasnya. Sejenak ia berhenti di depan pintu itu lalu menelisik ke setiap sudut pintu, apakah ada sesuatu mencurigakan yang kiranya dapat mengenai dirinya saat ia berjalan masuk ke ruangannya.
Dan benar saja, ia melihat sebuah tali terselip di atas pintu, yang kemungkinan saat Michel memaksa membuka pintunya, maka pintu itu akan menarik sesuatu dan mengenai dirinya pada akhirnya.
Dengan lincah, Michel memotong tali itu dan menyambungkannya pada sebuah karet gelang, sehingga jika pintu itu dibuka sedikit, maka itu tidak akan menyebabkan pergerakan pada barang yang rencananya akan tertarik ke arahnya. Namun, jika pintunya dibuka lebar, maka barang tersebut akan tertarik lebih keras dari sebelumnya.
Ceklek
Michel membuka pintu sedikit dengan perlahan. Semua mata teman-teman kelasnya tertuju padanya kali ini, seolah-olah mereka sedang menantikan sebuah pertunjukan seru di hadapan mereka. Namun sayangnya, pertunjukan itu tidak terjadi, Michel dapat melihat dengan jelas raut wajah bingung dan kecewa dari beberapa temannya terutama Darco dan Dara, saudara kembar yang kemungkinan menjadi pencetus ide gila itu.
Dengan senyum tipisnya, Michel duduk dibangkunya. Kini gilirannya untuk menonton sebuah pertunjukan tidak terduga.
“ck, kali ini apa lagi sih masalahnya sampai rencanaku tidak berhasil?” lirih Darco sambil berjalan ke arah pintu dan diikuti oleh Dara. Mereka merasa kesal karena rencana mereka selalu saja gagal. Tanpa pikir panjang, Darco langsung membuka lebar pintu kelas itu, dan
Bugh
Sebuah penghapus papan tulis kapur berhasil mendarat tepat di wajahnya. Dara yang melihat saudara kembarnya terkena penghapus itu ikut meringis. Seolah ia dapat merasakan rasa sakit dan malu yang datang di waktu yang sama. Wajah yang awalnya tampan kini berubah bak badut sirkus dengan taburan serbuk kapur putih yang menempel sempurna di wajahnya.
Beberapa teman kelas Michel sontak tertawa melihat pertunjukan itu, namun tidak sedikit yang langsung pura-pura tidak melihat demi menjaga perasaan sahabatnya itu, apalagi saat mendapat tatapan tajam dari Darco.
Michel sendiri sempat tertawa pelan namun ia langsung berpura-pura acuh saat Darco dan Dara beralih menatap tajam padanya.
--
Di sebuah markas
"Bagaimana? apa kau sudah menemukan anak Edward yang bernama Rachelia Edward?" tanya seorang pria dewasa dengan tubuh tinggi besar.
"Belum tuan, kami sudah berusaha mencarinya kemana-mana, bahkan sampai ke luar negeri, namun hasilnya nihil," ujar pria yang di duga anak buah dari pria besar itu.
"Si*l, dimana sebenarnya anak itu? Aku sangat yakin kalau sampai saat ini dia masih hidup."
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
si Etez
jenius ya si Michel? 😍
2022-11-19
3
si Etez
Bener banget itu kak, jika kita menangis dihadapan org banya tentu tak sedikit yang menertawakan kita
2022-11-19
2
ujungpena90
Bener banget kak. Akan lebih puas jika target merasa lemah.
2022-11-12
2