Pria Arogan

Dengan langkah panjang dan cepatnya, seorang pria sangat tergesa-gesa memasuki sebuah ruangan yang akan menjadi tujuannya saat ini. Sudah beberapa kali panggilan demi panggilan telah menyambar telinganya dengan tegas. Sangking banyak tugas yang meliliti otaknya, dengan terpaksa ia mengabaikan panggilan tegas itu.

Pria itu menghirup nafasnya dalam-dalam saat tangannya sudah menyentuh handel pintu yang dingin itu. Kali ini ruangan yang ia masuki adalah ruang kerja ayahnya yang ada dimansion milik ayahnya ini. Jangan anggap sepeleh jika sang ayah sudah mengamuk.

Ceklek

Pria itu membuka pintunya dengan hati-hati, seakan takut jika sang pemilik ruangan ini tergganggu.

"Kau terlambat 15 menit" ucap sang ayah saat pria itu sudah sepenuhnya memasukkan badannya kedalam ruangan itu. Pria itu menutup kembali pintunya.

"Hanya 15 menit? Itu tak terlalu lama" balas pria itu. Dirinya pun heran, entah kemana perginya rasa takut tadi.

"Bukan soal lamanya, namun tentang kedisplinan dalam waktu" balas Sang Ayah dan membalikkan kursinya hingga seringaian diwajahnya dapat dilihat oleh pria yang masih berdiri dipintu dengan tangan yang dimaksukkan kedalam saku.

"Sudahlah aku tak mau membahas soal itu, aku harap kau takkan mengulangi kelakuanmu yang suka mengulur waktu itu" sambung sang ayah.

Pria muda itu menghembuskan nafasnya gusar dan menunduk sekilas lalu beralih menatap mata sang ayah.

"Adaapa Ayah memanggilku?" tanya Pria muda itu.

"Tidak terlalu penting juga, Ayah han--"

"Jika Ayah hanya menyuruhku untuk terus memantau gadis itu, sudah pasti akan kulaksanakan" potong pria muda itu, sang ayah hanya terkekeh. Ia tak marah dengan apa yang dilakukan putranya tadi, yaitu memotong ucapannya. Walaupun ia sangat tak suka dengan seseorang yang suka memotong ucapannya

"Ku ingatkan lagi, jangan sampai kau mencintainya" tegas sang ayah.

"Mencintai gadis kumuh sepertinya? Yang ada aku akan menghancurkannya hingga ia terjatuh sedalam samudra" balas pria muda itu dengan senyuman kecutnya.

"Bagus"

🔫🔫🔫

Milan, Italy

Madrick menghempaskan tubuhnya diatas ranjang yang empuk sambil bertelanjang dada. Saat ini, ia benar-benar sangat lelah. Yang benar saja, ia terbang ke Amerika hingga kembali ke Italy tanpa beristirahat. Bahkan di pesawat dia hanya fokus pada perusahaannya.

Mandrick menatap langit-langit kamarnya. Sebuah senyuman terukir dari sudut bibirnya saat dalam benaknya terdapat wajah cantik Olivya. Mad sangat merindukan gadisnya. Ya, sangat merindukan. Jika saja bukan soal rencananya, sudah Mad pastikan bahwa Olivya akan tinggal bersamanya saat ini. Berhubung ia tak ingin rencananya kacau, Mad akan dengan berat hati membiarkan gadisnya berdekatan bebas dengan siapapu, walau dalam hatinya ia merasa sakit. Seperti saat ini, Olivya semakin dekat dengan pria yang bernama Bryan itu. Mengingat pria itu, tangan Mad sudah gatal untuk segera melenyapkannya, bahkan seluruh keluargannya. Tapi ia tahan, karena tak ingin rencananya hancur karena keegoisannya.

Cling

Bunyi ponsel miliknya pertanda ada pesan masuk. Mad bangkit dari baringan tubuhnya dan berjalan menuju nakas, dimana tempat ponselnya berada. Mad menautkan alisnya saat melihat pesan dari anak buahnya yang bertugas untuk menjaga Olivya, yaitu Philip Cyriston. Pesan itu berisikan vidio yang berdurasi satu menit. Rasa penasaran menyelubungi diri Mad untuk segera memutar vidio tersebut.

Diremasnya ponselnya dengan kuat hingga menimbulkan sedikit keretakan. Disana, di vidio itu berisi seorang gadis yang sedang menangis dipelukan seorang pria. Tangan mereka saling bertautan, sama-sama menguatkan dan memberi kekuatan.

"Arrrggghh" teriak Mad. Wajahnya sudah memerah menahan amarah yang sudah memuncak. Gadis yang sedang menangis dividio itu adalah Olivya dan laki-laki yang sedang menenangkannya adalah Bryan.

"Seharusnya aku yang menenangkanmu saat kau menangis Vya, bukan pria brengsek itu. Arrghh" suara Mad menggema di kamarnya. Untung kamarnya kedap suara.

Mad mengambil kaos abu-abunya di lemari dan langsung memakainya, lalu menyambar kunci mobilnya dan pergi keluar kamar. Mad menuruni anak tangga dengan sangat cepat dan tak memperdulikan sapaan dari pelayannya yang terpenting saat ini ia akan menarik gadisnya dan membawanya ke mansionnya. Untuk urusan rencana, Mad akan menyusun ulang rencana itu.

"Tuan" panggil Gaston menghentikan aksi Mad saat hendak membuka pintu mobil.

"Ada pesan dari Reca, Anda akan ada meeting dengan perusahaan Green Glamour dua jam lagi" ucap Gaston. Recansia Burnexly adalah sekertaris pribadi Mad.

"Katakan pada Reca, untuk saat ini dia yang akan memimpin meeting nya. Jika pertemuannya berjalan lancar, gajinya akan kutambah untuk bulan ini. Aku ada urusan" balas Mad dan mulai masuk kedalam mobil sport nya lalu menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi.

Gaston menggeleng-gelengkan kepalanya melihat aksi tuannya itu. Gaston tau, jika saat ini Mad sedang dilanda kemarahan. Bahkan Gaston sudah menganggap Mad adalah anaknya. Ia tak akan mengkhianati Mad bagaimanapun keadaannya.

🔫🔫🔫

Olivya P.O.V

Saat ini aku menumpahkan seluruh air mataku pada pria yang saat ini sedang merangkulku dan menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya. Aku mencurahkan seluruh penderitaanku padanya saat dimana orang tuaku bahkan keluargaku meninggalkanku.

Pria itu adalah Bryan. Bryan sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Aku serasa punya seseorang dalam hidupku.

"Sstt sudah, tenanglah Oliv" ucapnya sambil mengelus pundaku. Aku melepaskan rangkulannya saat aku sudah merasa sedikit tenang dengan isak tangisku. Dia tersenyum kearah ku, tangan besarnya menghapus jejak air mataku. Beruntung masih ada pria baik dihidupku.

"Maaf Bryan. Karena kecengenganku, bajumu harus basah karena air mataku" ucapku dengan canggung.

"Ah tak apa Oliv, Nanti juga kering" balasnya dengan lembut.

Tiba-tiba aku merasakan tubuhku ditarik oleh seseorang hingga aku menubruk permukaan empuk. Aku melebarkan mataku saat aku menabrak dada bidang seseorang.

"Dont touch his. She is my girl" desis seseorang yang sedang merengkuh pinggangku.

Aku sadar, aku meberontak minta dilepaskan oleh pria yang tak kukenal ini. Semakin aku memberontak, semakin erat pula ia merengkuh pinggangku.

"Hey bung, tanpa kau sadari kau menyakiti gadisku dengan merengkuh pinggangnya terlalu erat!" ujar Bryan dengan santai. Bahkan dia mengatakan jika aku adalah gadisnya.

"Gadismu kau bilang, heh? Dia hanya milikku. Milik Madrick Vallencio seorang." desis orang yang bernama Mad itu.

Tunggu tunggu, sepertinya aku mengenal nama itu tapi dimana ya? Harum maskulinnya sangat membuatku ingin tidur.

"Lepaskan aku, pinggangku sakit" ucapku dengan berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku.

Mad melepaskan rengkuhan tangannya tapi sepertinya ia tak membiarkanku bebas. Ia menggenggam  tanganku sangat kuat, takut jika aku pergi darinya. Heh? Dasar pria aneh!

Mad menarikku menuju mobilnya dan menyuruhku untuk masuk, namun aku menolak. Bagaimana aku bisa ikut dengan pria yang tak kukenal?

"Masuk Vya." desisnya dengan tatapan tajam saat aku menolak untuk masuk kedalam mobilnya.

"Gk mau, aku tak mengenalimu. Bagaimana aku ikut dengan orang yang tak kukenal?" balasku.

Dapat kulihat dia sedang menggeram marah. Aku kaget saat ia mendorongku secara paksa masuk kedalam mobil sportnya ini, setelah itu dia menutup pintunya dengan sangat kecang. Dasar pria arogan, bagaimana kalo mobil bagusnya ini rusak? Emang seberapa kaya dia? Lihat tampangnya saja biasa saja.

Tanpa aku sadari, aku menangis. Entah karena apa aku tiba-tiba menangis. Karena takut mungkin.

"Heh kenapa kau menangis?" tanya pria arogan itu yang saat ini sudah disebelahku, lebih tepatnya dibagian pengemudi.

"Tentu saja aku menangis, kau menculikku. Hiks...hiks.." ucapku dengan teriakkan.

"Oh ayolah Vya--"

"Bagaimana kau tahu namaku heh? Pasti kau sudah merencanakannya sebelum menculikku." aku tahu dia menggeram marah, mungkin karena aku memotong ucapannya.

"Dengar ini baik-baik Vya, Aku tidak menculikmu. Aku hanya mengamankanmu, okay?" balasnya.

"Oh God, mengamankanku dari apa? Apakah aku dalam bahaya?"

"Ya, kau dalam bahaya"

"Bahaya ten--"

"Kau ini cerewet sekali. Diamlah, dan biarkan aku menjalankan mobil ini" potongnya dan aku hanya bungkam. Aku tahu dia frustasi dengan kecerewetanku.

"Namamu Mad kan?" tanyaku saat mobil ini sudah berjalan membelah kota Milan.

"Hm" balasnya. Hufft menyebalkan, dia sangat cuek dan dingin.

"Hmm pria arogan--"

"Kenapa kau memanggilku pria arogan, heh? Bukankah kau sudah tau namaku?" potongnya dan aku tak memperdulikannya.

"Aku ingin beritahu bahwa ini bukan jalan arah apartemenku" ucapku.

"Siapa bilang aku akan membawamu kembali ke apartemenmu?" ucapnya. Aku membulatkan mata dan menganga lalu menangis.

"Kau menculikku, kau menculikku. Kau jahat, sangat jahat. Apa salahku sehingga kau menculikku? Apa yang kau mau dari gadis polos sepertiku?" kataku sambil memukul lengannya.

"Hey, Hey. Stop it" ucapnya dan aku hanya menghiraukannya.

Aku menghentikan pukulanku dan mengusap hidungku.

"Apakah kau akan mengurungku di gudang terus mengikatku atau kau memperkosaku setelah itu membunuhku? Apakah kau akan melakukan seperti yang di film-film itu?" tanyaku dengan polos. Setelah itu hening.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Bwahahahha" aku terkejut tiba-tiba pria arogan ini tertawa dengan sangat keras dan sangat memekikkan telinga.

"Dengar ini Vya, aku takkan melakukan hal konyol itu," ucapnya disela tawanya.

"Dan ya, buanglah pikiranmu itu karena kamu tidak akan mengalami hal seburuk itu dariku." ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk.

Tak lama kemudian, pria arogan ini membelokkan mobilnya disalah satu rumah bak istana. Dasar pria arogan, apakah dia tak punya rumah sampai harus membelokkan mobilnya dirumah orang lain?. Mobil ini berhenti di depan pintu yang menjulang tinggi. Aku menatapnya dengan penuh pertanyaan.

"Adaapa?" tanyanya, seakan tau arti tatapanku.

"Kenapa kau mengajakku ke rumah orang? Kau tak malu masuk ke rumah orang sembarang, heh?" balasku.

Dia menghembuskan nafas gusar lalu menatapku dengan tajam dan akupun juga menatapnya tak kalah tajam.

"Kau lihat tulisan itu?" ucapnya sambil menunjuk tulisan yang ditulis pada papan yang sepertinya berlapis emas.

"Vallencio's Mansion" ucapku sambil membaca tulisan yang ia tunjuk.

"Dan kau tentu sudah tahu namaku kan?" tanyanya lagi. Ah dia tidak langsung intinya, sangat bertele-tele.

"Ayolah jangan bertele-tele" ucapku frustasi.

"Jawab dulu pertanyaanku!" geramnya.

"Ya baiklah, namamu Madrick Vallencio. Itulah yang kudengar tadi dari mulutmu" ucapku pasarah.

Tunggu! Vallencio? Dan mansion ini Vallencio's Mansion. Artinya, pria arogan inilah pemilik mansion ini. Aku menatapnya dengan terkejut dengan menganga tak percaya.

"Jadi..??" aku menggantungkan ucapanku.

"Jadi akulah pemilik mansion ini" ucapnya dengan senyum kebanggaan. Heh dasar pria sombong.

"Kita terlalu lama didalam mobil. Ayo turun, Vya." acapnya lagi dan dia keluar dari mobil, setelah itu membukakan pintu mobilnya untukku.

Aku turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam mansion bak istana ini. Kami disambut dengan hangat para maid disini. Tapi yang kulihat, pria arogan ini hanya menganggap sapaan pelayannya angin lewat.

"Hei, dia menyapamu," ucapku memukul bahunya.

"Lalu?"

Aku mengehembuskan nafas gusar.

"Balaslah sapaannya walau hanya dengan senyuman."

"Hanya orang tertentu yang bisa mendapatkan senyumanku ini, Vya."

"Hah sombong sekali dirimu ini." balasku.

Pria arogan ini menarikku menuju tangga. Aku menginjakkan kakiku pada anak tangga yang berlapis karpet merah dan dipinggirnya penuh dengan permata. Pria arogan ini terus menyeretku hingga aku berhenti didepan pintu bercat putih. Didepan pintu ini, tertulis namaku. Olivya Vallencio. Hei, dia salah menuliskan kepanjangan namaku.

"Hey, pria arogan! Kenapa kau mengubah nama belakangku menjadi namamu?" ucapku tak terima.

"Karena kelak kau akan menyanding namaku." balasnya.

"Mimpi saja kau, mana bisa aku menikah dengan orang yang sama sekali tak ku cinta." balasku.

"Maka itu, mulailah mencintaiku mulai detik ini,"

"Dan ya. Jangan lupa untuk selalu selipkan namaku dihatimu." sambungnya.

"Tidak, aku tidak bisa mencintai orang yang telah menculikku. Namaku akan tetap OLIVYA MACRIME." ucapku penuh penekanan pada namaku.

"Ayolah Vya, aku tidak menculikmu. Aku hanya mengamankanmu dari orang-orang yang berlaku jahat padamu"

"Kenapa kau selalu memanggilku Vya?" tanyaku

"Ya karena itu namamu. Jika itu bukan namamu, untuk apa aku memanggilmu Vya." balasnya dengan santai

"Kau panggil aku Oliv saja."

"Tidak, aku tidak ingin memanggilmu Oliv."

Aku menaikkan satu alisku.

"Kenapa?"

"Ya karena nanti sama dengan orang lain. Aku ingin berbeda dengan yang lain"

"Tapi kan--"

"Ssssttt, kau ini. Kalau kita berdebat terus didepan pintu, kapan kita akan masuknya?" potongnya.

Pria orogan ini membuka pintunya dengan pasword canggih yang berada pada knop pintu. Dan saat pintu terbuka, terpampanglah sebuah kamar yang begitu luas dengan tembok berwarna biru dan putih, warna kesukaanku. Disana terdapat sebuah kasur berukuran besar berwarna putih lembut.

"Ini kamarmu dan soal pakaian, semua sudah ada dalam walk in closet. Jika kau butuh sesuatu, panggil saja maid menggunakan alat microphone itu." ucapnya dan hendak melangkah pergi. Namun aku tarik lengannya sambil menunjukkan ekspresi ketakutan padanya.

"Adaapa?" tanyanya.

"Itu, bisakah kau menyingkirkan pistol itu?" ucapku.

Dia menaikkan satu alisnya sebelum pada akhirnya membuka suara.

"Kenapa? Itu hanya hiasan dan tak ada pelurunya." ucapnya.

"Kau tahu? Aku sangat trauma dengan benda-benda seperti itu."

"Trauma kenapa?"

"Karena benda itu, nyawa keluargaku melayang. Ya walaupun yang melakukannya seorang mafia."

Pria arogan ini mengelus puncak kepalaku seraya tersenyum. Dia melangkah kearah hiasan pistol itu dan mengambilnya.

"Istirahatlah." ucapnya singkat dan berlalu melangkah pergi dan menutup pintu dengan pelan.

Aku berjalan kearah jendela dan kubuka tirainya yang besar dan sedikit berat itu. Disana terdapat taman bunga mawar putih. Seakan tak boleh ada yang menginjaknya, Ditengah taman itu terdapat jembatan yang akan menghubungkan taman bunga mawar putih dengan danau buatan. Rasanya aku ingin kesana dan memetik bunga itu.

Aku berlari menuju pintu, tapi aku sepertinya melupakan sesuatu. PASWORD PINTUNYA!!

***

To Be Continue

Terpopuler

Comments

ŔÒŚŚÀ ĆHÀÑ

ŔÒŚŚÀ ĆHÀÑ

ilove you tor🤩

2020-04-15

0

Neng Cila

Neng Cila

ceritanya bagus rapi penulisan'y👍

2020-02-27

0

Naomi Kim

Naomi Kim

Semangat buat my lovely author 😘 😘 😘 😘 😘
Ceritanya bgus

2019-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!