Saat mobil Olivia berhenti disebuah rumah, gadis itu tidak segera turun dari mobilnya.
Olivia menurunkan kaca jendela mobilnya, menyembulkan kepalanya dari sana untuk melihat rumah itu. Olivia menarik nafasnya dengan berat saat melihat rumah Lewis Simone.
Olivia segera turun dari mobilnya dan pada saat itu, supir pribadinya memberikan kopernya padanya.
"Nona Olivia, apa kau akan tinggal disini sekarang?" tanya supir pribadinya.
"Benar tapi hanya untuk satu bulan, pak Steve boleh pergi sekarang dan nanti aku akan menghubungi pak Steve jika aku butuh." jawabnya.
"Baik nona." Steve membungkuk hormat dan berlalu pergi.
Setelah kepergian supir pribadinya, Olivia masih berdiri didepan rumah itu dan kembali menarik nafasnya degan berat.
Sebuah rumah bergaya jepang, didepan rumah itu terdapat sebuah taman kecil dengan kolam kecil yang terdapat air mancur diatasnya, beberapa pohon bonsai tampak menghiasi taman disana sedangkan didalam kolam tampak beberapa ikan koi dan pohon teratai menghiasi atas kolam.
Olivia kembali menarik nafasnya dengan berat, ini sudah yang ketiga kalinya dia lakukan. Rumah bergaya jepang itu memang sungguh indah tapi?
Dia berharap didalam rumah itu akan seperti rumah-rumah yang ada di Amerika, semoga saja dibagian luarnya saja bergaya Jepang sedangkan didalamnya tidak.
"Kakek kenapa kau menjodohkan aku dengan seorang maniak jepang seperti ini?" gerutunya pelan.
Setelah berkata demikian, Olivia segera menarik kopernya untuk menghampiri pintu rumah itu.
Dengan pelan Olivia mengetuk pintu rumah itu, tidak lama kemudian seorang pria membukakan pintu rumah itu dan berdiri dihadapannya.
"Olivia Smith, orang yang paling tidak tepat waktu yang pernah aku temui." ucap Lewis Simone dengan dingin.
Dia menatap kearah Olivia dengan tajam sedangkan Olivia cuek saja, memangnya kenapa dia terlambat? Dia bukannya sedang bekerja.
"Jangan berisik." Olivia melemparkan kopernya kekaki Lewis dan menerobos masuk kedalam rumah Lewis melewati pria itu tanpa permisi lagi.
"Hei kau!!" Lewis mulai terpancing emosinya.
Apa-apaan gadis ini? Sudah terlambat dan membuatnya menunggu tapi sekarang melemparkan kopernya kearahnya. Apa Olivia mengira dia pelayannya?
Saat masuk kedalam rumah Lewis, mulut Olivia menganga. Ternyata interior rumah itu benar-benar membuatnya geleng kepala.
Semua interior berbahan kayu, dari lemari, kursi sampai meja semuanya terbuat dari kayu bahkan lantainyapun dihampari dengan tatami.
Disamping rumah terdapat sebuah taman kecil dan ruangan yang berada di sekitar taman dibatasi dengan pintu geser, atau disebut Shoji. Penggunaan pintu geser ini dimaksudkan agar cahaya matahari tidak terhalangi dan transisi antara dalam dan luar ruangan jadi seminimal mungkin.
Olivia kembali melihat rumah itu sambil menggeleng, dia segera keluar untuk melihat taman yang ada disamping rumah Lewis, walaupun kecil tapi taman itu tampak menyejukkan jiwa apalagi ditaman itu ditumbuhi dengan pohon bambu dan beberapa pohon lainnya.
Ditaman itu juga terdapat sebuah kolam renang dan gazebo, mungkin dia bisa berenang disana sewaktu-waktu.
Olivia jadi kagum, ini di Amerika bukan di Jepang, apa Lewis Simone berdarah campuran Amerika Jepang?
Entah kenapa dia jadi penasaran.
Olivia segera memutar langkahnya dan masuk kedalam setelah dia puas melihat taman itu, dia segera berjalan kearah Lewis yang masih berdiri dengan koper ditangannya.
"Hei kau berdarah Jepang ya?" Olivia berdiri didepan Lewis dan melihat Lewis dengan tajam.
"Tidak!" Lewis menarik koper yang dilemparkan oleh Olivia tadi dan meletakkan koper itu disamping Olivia.
"Lalu kenapa kau seperti seorang maniak?" tanya Olivia tanpa basa basi.
"Jaga ucapanmu ya, aku ini besar di Jepang jadi aku sudah terbiasa seperti ini." Jawab Lewis dengan kesal.
"Oh aku kira kau seorang maniak." kata Olivia lagi.
Olivia kembali melihat rumah itu, interior yang ada sungguh membuatnya kagum. Rasanya rumah seperti itu membawa ketenangan bagi yang tinggal didalamnya dan dia rasa boleh juga, lagi pula dia hanya tinggal disana selama satu bulan jadi untuk apa dia terlalu serius melihat rumah Lewis Simone?
Tapi walau begitu dia bergumam saat melihat pajangan dan setiap interior yang ada, apalagi saat melihat sebuah pedang katana terpajang diatas sebuah meja dan sebuah baju jirah seorang samurai berada disamping katana itu.
Hal itu membuat Olivia semakin heran, Lewis Simone benar-benar orang aneh.
Lewis hanya melihat Olivia mengagumi rumahnya, dia membiarkan gadis itu melihat setiap interior rumahnya. Bukankah Olivia Smith hanya satu bulan saja tinggal dirumahnya? Saat sudah satu bulan gadis itu juga akan pergi jadi dia membiarkan gadis itu mengomentari setiap interior yang ada dirumahnya.
"Hei, tunjukkan dimana kamarku?" Olivia kembali mendekati Lewis.
"Apa sudah puas melihat rumahku?" sindir Lewis dengan tajam.
"Aku hanya melihat selera anehmu saja." sindir Olivia tidak mau kalah.
"Jangan sembarang berbicara, ini semua adalah seni."
Olivia hanya memutar bola matanya malas.
"Kau seperti seorang agen properti meneliti setiap sudut rumahku dan kau bilang semua ini selera anehku?" Lewis masih tidak terima karena baru kali ini ada orang yang berani menghina seleranya dan orang itu adalah Olivia Smith.
"Whatever, jadi cepat tunjukkan dimana kamarku." jawab Olivia malas.
Lewis menarik nafasnya dengan panjang, jangan sampai emosinya terpancing hanya gara-gara hal sepele.
"Ikut denganku." ajaknya.
Olivia segera menarik kopernya dan mengikuti langkah Lewis, saat mereka sudah tiba disebuah kamar Lewis membuka pintu kamar itu dan tanpa basa basi Olivia langsung masuk kedalam kamar itu.
Gagang koper yang ditariknya langsung terlepas dari pegangan tangannya sedangkan matanya terbelalak kaget.
Dimana ranjang untuk dia tidur, kenapa ruangan itu kosong hanya ada satu meja dan satu lemari serta sebuah pintu geser yang tidak tahu terhubung entah kemana?
"Hei Lewis, kau benar-benar maniak aneh, kau suruh aku tidur dimana?" Olivia memutar tubuhnya menatap Lewis yang sedang bersandar dipintu dengan tajam.
"Apa kau tidak tahu tepat tidur yang biasa dipakai oleh orang jepang?" tanya Lewis dengan santai.
"Apa? Jangan bilang!!" Olivia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
"Benar, karena ini dirumahku dan disetiap kamar tidak ada ranjang jadi kau harus tidur difuton."
"Apa? Jadi aku harus tidur dilantai?" Olivia jadi kesal.
"Benar."Lewis menjawab dengan santai.
"Tidak mau!! Bagaimana jika ada binatang dilantai rumahmu?"
"Tidak akan dan tidak ada!"
"Hei kau, kau harus memberikan ranjang untukku." pinta Olivia.
"Tidak bisa dan jangan coba-coba kau membelinya. Ingat kau berada disini hanya satu bulan jadi bertahan saja tidur dengan futon selama satu bulan."
Olivia menggenggam tangannya dengan erat, sepertinya Lewis sedang mengibarkan bendera perang padanya, awas saja!
"Dasar maniak si*lan!!" gerutu Olivia pelan.
"Apa kau bilang?" Lewis menatap Olivia dengan tatapan tajamnya.
"Tidak ada." kata Olivia sambil tersenyum dengan manis.
"Bagus, semoga betah kalau tidak juga tidak apa-apa." Lewis segera keluar dari kamar itu.
Olivia merenggangkan otot-otot tangannya, selama sebulan akan dia buat Lewis Simone yang tidak betah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
sherly
mantull kisah olive
2023-08-09
1
🍁K3yk3y🍁
nahhh semoga bisa olive
2023-01-27
0
ariasa sinta
6710
2022-02-14
0