Malam hari setelah pesta ulang tahun Tari berlangsung,
Tari nampak sibuk membersihkan ruang keluarga.
Tidak biasanya Tari tertarik melakukan pekerjaan rumah seperti ini.
Maklum saja, sebagai anak tunggal, orang tuanya tidak memaksanya untuk melakukan pekerjaan rumah walaupun ia bisa mengerjakan semuanya.
Ditengah pekerjaannya, Tari merasa sangat mengantuk dan ingin membasuh wajahnya.
•••
Ia berjalan menuju toilet terdekat yang ada di sebelah kamar orang tuanya.
Pintu kamar orangtuanya nampak terbuka sedikit.
Di tepi kasur, tampak wanita paruh baya sesenggukan menangis di samping suaminya yang sudah tertidur lelap.
Tari memandang ibunya dengan mata berkaca-kaca.
Ingin rasanya Tari menghampiri ibunya dan menyeka air matanya.
Tapi tidak ada sedikitpun keberanian untuk melangkah karena Tari paham betul alasan dibalik tangis ibunya.
•••
Setelah cukup lama memandangi ibunya, Tari melangkah kembali ke ruang keluarga. Ia semakin mempercepat ritme kerjanya diiringi tangisnya yang pecah tak tertahankan.
Belum berhenti disana, Tari berjalan menuju dapur bergegas mencuci tumpukan piring kotor masih dengan air mata yang mengalir deras dipipinya.
Sekitar jam 4 pagi, ia selesai melakukan pekerjaannya dan kembali ke kamarnya. Ia merebahkan diri dikasurnya, menatap langit-langit kamarnya.
•••
Tanpa disadari jam menunjukkan pukul 6 pagi, Tari tersentak dari lamunannya dan bergegas mandi untuk bersiap berangkat kerja.
Tari berjalan menuju meja makan, tampak ayah dan ibunya sudah duduk sambil berbincang.
Berbeda dengan yang dilihatnya tadi malam, ibunya tersenyum sumringah saat melihatnya.
•••
"Tumben sudah bangun dan siap nak? biasanya jam 6.30 baru bangun." kata Bu Lusi sambil menuang nasi goreng ke piring Tari.
"Iya ma... hari ini harus ke kantor pagi."Jawab Tari sambil meminum susu coklat dihadapannya.
"Soal Oma gak usah diambil pusing ya, mama percaya nanti kamu pasti ketemu jodohmu, lambat sedikit gak masalah kok." Kata Bu Lusi sambil mengelus tangan Tari.
"Iya ma, pa... makasih atas dukungan dan pengertiannya. Tari berangkat dulu ya." Jawab Tari sambil mencium tangan dan pipi kedua orang tuanya.
Sampai di halaman depan, Ia segera masuk dan mengendarai sedan merah miliknya.
•••
Sebenarnya hari ini tidak ada agenda khusus dari kantor untuk berangkat pagi.
Tari berangkat pagi sebenarnya ingin menghindari orang tuanya, karena ia takut orang tuanya marah kepadanya.
Tak disangka, orang tuanya malah menyuruhnya untuk tidak memikirkannya.
Hal ini malah semakin menyayat hati Tari, karena ia menyaksikan ibunya menangis tadi malam dan pura-pura tegar dihadapannya.
Saat mobilnya terhenti di lampu merah, Tari menundukan kepalanya diatas stir mobil dan menangis.
"Ma maafkan Tari ma... Mama pasti malu kemarin, Tari janji akan buat mama dan papa bahagia nanti." Kata Tari sambil menangis sejadi-jadinya.
Tangis Tari terhenti karena suara klakson dari kendaraan di belakangnya yang tak sabar karena lampu sudah berwarna hijau.
Tari yang panik, malah mengoper porsenelingnya ke tanda R, mobilnya mundur dan menabrak mobil besar di belakangnya.
"Duh... apa itu? Mati aku!" Kata Tari sambil segera keluar dari mobilnya.
•••
Tari berlari menghampiri mobil SUV hitam yang ditabraknya. Tidak lama pemilik mobil itupun keluar dari mobilnya.
Tatapan Tari justru beralih ke pemilik mobil itu yang memiliki postur tubuh tinggi kekar berbalit seragam khas mahkamah agung.
Tari terdiam saat pemilik mobil menyapanya.
"Bu Jaksa kok mobil saya ditabrak?" dengan senyum yang menampilkan lesung pipit dikanan dan kirinya.
"Maaf tadi saya panik jadi salah oper porsenelingnya." Kata Tari gugup
"Hei Tari, makanya jadi orang jangan panikan dong. Gimana mau di selesaikan sekarang atau nanti nih?" Kata laki-laki itu sambil tersenyum lagi.
"Dia kok tau namaku?" Gumam Tari dalam hati sambil menutup name tag yang ada di seragamnya.
"Kamu lupa aku? Masa gak kenal? Aku aja ngenalin kamu padahal kamu sudah berubah drastis" Kata laki-laki itu sambil tersenyum dan menunjuk name tag di baju seragamnya.
Tari menatap name tag pria itu yang bertuliskan "Tommy Prasetya".
Spontan Tari ternganga tidak percaya dan menutup mulutnya.
"Dia kan... Dia kan..."Tari berkata dalam hati.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Selamat membaca😀
Mohon dukungannya✌️
Betha🙋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
As-Sana (IG: rain_session
Akhirnya ketemuu Tommy ya Tari. 😚😚
salam kenal kak😊
2020-06-27
1