Setelah selesai mandi dan berpakaian Kimora duduk di depan meja rias, entah kenapa tidak ada rasa ngantuk di dirinya padahal ini sudah jam 3 pagi. Kimora memandangi wajah cantik nya di pantulan cermin.
Dia tersenyum simpul lalu kembali mengambil rokok dari tas nya membuka jendela kamar nya dan duduk memandangi luar jendela yang masih gelap.
“Kapan takdir akan berpihak kepadaku?” lirih nya sembari menarik dalam rokok yang sedang menempel di jari-jarinya.
“Hufhh...”Kimora hanya bisa menghembuskan nafas nya kasar, bayang-bayang wajah kedua orang tua nya masih begitu jelas di pikiran nya.
Tadi pagi-pagi sekali dia memang sudah berziarah ke makam kedua orang tua nya, sudah lima belas tahun Kimora jadi anak yatim piatu. Usia yang sangat-sangat muda untuk merasakan kerasnya hidup. Namun mau bagaimana semuanya sudah bertakdir begitu juga Kimora.
Selama lima belas tahun ini kimora merasa hidup di ketidak adilan, namun mau bagaimana lagi dia juga tidak punya bukti untuk mengungkap siapa sebenarnya dalang di balik pembunuh kedua orang tua nya.
Kimora membuka sebuah laci yang ada di sebelah ranjang nya, dia mengambil foto nya dan kedua orang tua nya. Hanya itu lah satu-satunya kenangan yang di miliki oleh Kimora bersama kedua orang tua nya, foto itu pun dia dapatkan dari media sosial ibu nya yang kemudian di cuci kan oleh Kimora.
Bagaimana tidak semua barang-barang, kenangan mereka sekeluarga lenyap terbakar bersama rumah mereka dan kedua orang tua kimora sepuluh tahun yang lalu.
Kimora memeluk erat foto itu, lagi dan lagi air mata jatuh membasahi pipi mulus nya. Dia kembali teringat kejadian lima belas tahun lalu. Saat Kimora mencoba membuka matanya, dia merasa tubuhnya tidak bisa bergerak karena kini sekujur tubuhnya di penuhi dengan perban.
Mata Kimora mencoba menyapu seisi ruangan itu dengan matanya, dia merasa ruangan itu begitu aneh. Lalu beberapa menit kemudian kimora mendengar ada langkah kaki seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu.
“Dok pasien sudah sadar dok.” Ujar seseorang yang tidak di kenal kimora, ingin rasanya Kimora menoleh ke sumber suara namun sepertinya lehernya susah di gerakkan karena perban.
“Jangan banyak bergerak dulu ya adek manis.” Kini suara seorang pria yang datang menghampiri kimora.
Kimora merasa tubuhnya terasa panas dan pedih,
“saya di mana?” tanya Kimora yang se kuat tenaga mengeluarkan suaranya.
“Kamu di rumah sakit, kamu tenang ya.” Ujar sang dokter.
Perlahan kimora mulai mengumpulkan potongan-potongan ingatan nya, kenapa dia bisa sampai di tempat ini. Kimora langsung menangis histeris saat mengingat apa yang sudah terjadi kepada keluarga nya dan kedua orang tua nya.
“Mama dan papa saya di mana, saya mau pulang.” Tiba-tiba Kimora ingin bangkit dari tidurnya.
“Eh tenang dulu Kimora, papa dan mama mu baik-baik saja, sekarang kamu fokus ke kesembuhan kamu dulu ya.” Sang dokter mencoba menenangkan kimora.
“Tidak aku mau ketemu mama-dan papa.” Kekeh Kimora yang berusahan turun dari ranjang, namun karena banyak pergerakan Kimora merasa pedih di sekujur tubuhnya. Karena kimora mengamuk dan tidak bisa di tenang kan akhirnya sang dokter menyuntikkan obat penenang kepada Kimora.
Perlahan kesadaran kimora mulai menghilang dan selanjutnya dia tidak tau apa yang terjadi.
Entah sudah berapa lama Kimora tidur di atas ranjang rumah sakit itu, dan saat dirinya bangun Kimora menyadari dirinya masih berada di tempat yang sama dan seluruh perban itu masih melekat di sekujur tubuhnya.
Pada akhirnya seorang pria berbadan tegap yang sepertinya seumuran dengan papa nya Kimora datang menghampiri Kimora.
“Bagaimana keadaan mu sekarang gadis kecil, apa masih terasa sakit?” suara berat itu mengalihkan perhatian Kimora.
“Om siapa?” tanya Kimora dengan rasa sedikit takut.
“Jangan takut anak manis, om teman papa mu, dan om yang akan merawat kamu dan membantu kamu menemukan pembunuh kedua orang tua mu.” Jelas sang pria yang kini duduk di sebelah Kimora.
Kimora melihat tidak ada kebohongan di mata pria itu, Kimora lagi-lagi menangis, dia benar-benar belum bisa terima kalau mama dan papa nya sudah meninggal dunia.
“Jangan menangis, kamu anak yang kuat persis seperti almarhum papa mu.” Sang pria mengusap air mata Kimora.
“Kim mau ketemu mama papa.” Ujar Kimora di isak tangisnya.
“Iya sayang, kamu akan bertemu mereka nanti, tapi untuk sekarang Kimora harus semangat untuk sembuh ya. Kimora mau membalas orang-orang yang sudah membunuh kedua orang tua Kimora kan?” tanya sang pria yang mengelus lembut kepala Kimora.
“Iya...” jawab Kimora yang kini sudah mulai tertanam dendam di di dirinya.
Bayangan kedua orang tua nya, dan mbak art nya terbunuh di depan matanya begitu jelas tertanam di kepala Kimora.
“Tapi om punya permintaan kepada Kimora.” Ujar sang pria lagi.
“Apa?”tanya Kimora.
“Mulai hari ini kimora harus menutup identitas kimora dari siapapun ya, biar para pembunuh orag tua kimora tidak tau kalau kimora masih hidup. Karena kalau mereka tau kimora masih hidup nanti mereka akan membunuh kimora juga.” Lanjut sang pria.
“Iya,,”Kimora mengangguk.
“Lalu bagaimana kalau Kimora mau ketemu nenek, tante dan yang lain nya?” tanya Kimora yang merindukan sanak saudara nya yang lain.
“Kimora harus menahan rindu dulu, ingat ya kim dendam untuk kematian kedua orang tua kimora lebih penting dari segalanya.” Kimora mulai di doktrin dan berkat doktrin dari sang pria akhirnya tertanam lah dendam di diri Kimora.
“Nama om siapa?” tanya Kimora lagi.
“Panggil saja om Dave.” Ujar sang pria.
“Baik om Dave, apa om yang menyelamatkan Kimora dari kebakaran itu?” tanya Kimora lagi.
“Hmmm, dan untuk kedepan nya om lah yang akan menjaga Kimora.” Ujar nya sembari mengangguk.
“Terimakasih om.” Kimora kini merasa punya semangat hidup, benar kata om Dave Kimora tidak bisa tinggal bersama nenek atau tante nya, karena sang pembunuh kedua orang tua nya akan mengetahuinya dan bisa jadi menghabisi dirinya juga.
Sesuai janji nya kepada mama nya Kimora harus tetap hidup dan membalaskan dendam orang tua nya.
“Tunggu lah bagian mu, akan ku pastikan anak ini yang akan membuat mu hancur.” Batin Dave yang kini merasa punya senjata baru.
Beberapa minggu pun berlalu, Kimora sudah bisa keluar dari rumah sakit, namun semua tidak sesuai dengan harapan. Wajah cantik milik Kimora itu kini menghilang, kini Kimora berubah menjadi si buruk rupa dengan sekujur tubuh di penuhi dengan luka bakar.
Kimora saja sampai pingsang saat pertama kali melihat kondisi nya yang sekarang, namun sepertinya berbeda dengan Dave, dia tetap bisa menerima Kimora dan memperlakukan gadis malang itu dengan baik.
Mereka pun pulang ke rumah Dave, rumah yang cukup megah sebelas dua belas dengan rumah Kimora dulu.
Kimora memang sudah nyaman dengan om Dave, karena sepertinya obrolan keduanya nyambung. Dan perlahan Kimora mulai bisa menerima kondisi fisiknya yang sekarang.
Lalu setelah tinggal di rumah Dave Kimora di berikan pendidikan home schooling di perlakukan sangat baik oleh Dave seperti anak sendiri. Perlahan tapi pasti kehidupan Kimora mulai membaik, walaupun di rumah dia hanya terus belajar dan belajar namun karena kasih sayang yang tulus dari Dave akhirnya kimora merasa nyaman hidup bersama Dave.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Rika93
𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵 𝘨𝘬 𝘵𝘶𝘩𝘩 𝘴𝘪 𝘋𝘢𝘷𝘦..
2022-09-30
0
Cybax Bay
Tuh jahat kan?
2022-09-29
0
Cybax Bay
Apa om ini yg membunuh org tua kimora??
2022-09-29
0