Minggu cerah. Bangun pagi rutin bersama. Dan langsung olahraga ke taman dekat rumah, sedangkan Melfa masih tidur sendiri dikamar.
Lelah berolahraga di taman mereka duduk di salah satu bangku taman, ngobrol layaknya teman dan saudara.
“Dek, beneran kamu umurnya 15 tahun?." tanya Lia dengan penasaran.
“Hahah. Iya kak, seminggu lagi 16 tahun." jawab Zelin santai.
“Sekarang udah kuliah?." tanya Lia lagi.
“Jadi tuh gini kak." jawabnya sambil menceritakan kisahnya.
Flashback on
Namanya Alzellina Putri Albareck, gadis cantik berparas indo ini memiliki rambut pirang dan ikal diujungnya. Lahir 16 Agustus 2000.
Ibunya berasal dari Belanda dan ayahnya Indonesia. Keluarga yang berkecukupan saat ayah masih ada. Setelah ayah meninggal semua perusahaan diambil alih oleh keluarga ayahnya, termasuk rumah mewah yang ditinggalinya saat berumur 7 tahun itu.
Zelin tinggal dirumah yang lebih kecil dari sebelumnya, tetapi tidak pernah ada pertanyaan yang dilontarkan karena takut ibu akan sedih.
3 tahun hidup bersama ibunya sekarang Zelin berumur 10 tahun dan sudah lulus sekolah dasar, karena Zelin masuk SD umur 5 tahun dan hanya butuh waktu 5 tahun juga baginya untuk lulus.
“Ibuu.. Elin boleh tidak potong rambut?." tanya z
Zelin kecil saat itu.
“Mmm. Emang Elin mau potong rambut? Ayah bilangkan anak kesayangan ayah ramburnya tidak boleh di potong." jelas ibunya dengan lembut.
“Tapi Elin kan udah mau masuk SMP bu, apa ibu ga capek merapikan rambut Elin terus.?” Tanya Zelin.
“Tidak dong sayang, kan kamu anak kesayangan ibu." jawab ibu sambil mencium puncak kepala Zelin.
Umur 12 tahun Zelin lulus SMP, dengan waktu 2 tahun. Dan langsung masuk SMA. SMA yang dimasuki Zelin sekarang adalah sekolah negeri biasa, jadi mau tidak mau dia harus sekolah 3 tahun sekarang. Alasan ibu karena keuangannya menipis.
Sampai dikelas 11 SMA, ibu meninggal karena kecelakaan. Itu menjadi pukulan keras bagi dirinya. Membayangkan hidup sendiri tanpa ada siapapun sekarang.
Uang yang tersisa di rekening ibu tidak banyak, hanya cukup sampai tamat SMA, dan dia selalu berhemat.
Kepintaran yang dia punya membuat Zelin mendapatkan beasiswa hingga lulus menjadi sarjana.
Dengan tekat yang penuh dengan keyakinan, akhirnya Zelin menjual rumah kenangannya bersama ibu.
Membeli sebuah rumah yang tidak terlalu luas dan membuka kafe dari sisa tabungannya adalah ide yang cemerlang saat itu.
Mencari lokasi yang bagus dan dekat dengan kampus. Sepertinya tuhan sangat baik kepadanya, dia menemukan rumahnya yang sekarang, bertemu dengan kak Lia dan anak angkatnya Melfa, memiliki teman kampus sebaik Bayu.
Flashback off
‘Ternyata kepahitan yang kita rasakan, tidak dapat dibandingkan dengan kepahitan yang orang lain rasakan yah.' gumam Lia didalam hati.
“Jadi sama Bayu Cuma temenan nih? kayaknya dia suka sama kamu dek." goda Lia.
“Haha. Aku Cuma anggap Bayu temen kak, lagian kakak kan tau aku masih kecil, belum mau mukirin pacaran dulu." tutur Zelin
“Iya deh iya, tapi memangnya kamu tidak mau menjelaskan ke Bayu tentang Melfa?, walaupun kamu bilang dia teman?." tanya Lia lagi.
"Mmm. Kayaknya tidak dulu kak, aku Cuma mau orang-orang yang tulus berteman sama aku, kalau tiba-tiba Bayu menjauh karena adanya Melfa aku tidak mungkin meninggalkan Melfa Cuma karena cowok yang tidak bisa terima aku apa adanya kak." jelas Zelin.
“Mmm. iya dek. Kakak dukung semua pilihan kamu, asal itu baik dan tidak merugikan orang lain." balas Lia sambil merangkul Zelin.
"Terima kasih kak, aku bersyukur punya kakak dan Melfa. Kita bisa lewatin semua sama-sama kak, aku yakin semua itu akan bisa kita lewati." jawab Zelin.
Jam 7.30 mereka kembali ke kafe. Sedikit terlambat, takut Melfa bangun dan jatuh dari ranjang, mereka sedikit berlari masuk kedalam kafe. Dan benar saja terdengar suara tangisan Melfa yang sudah jatuh kebawah.
“Aduhhh. Maafin mama sama bunda yah sayang." ucapnya dengan rasa bersalah sambil menggendong Melfa.
Raut cemaspun terlihat dari muka Lia.
“Bawa kedokter saja dek, takut kenapa napa." ajak Lia.
Dirumah sakit masih terlihat wajah cemas dari kedua ibu ini, tapi syukurnya tidak terjadi apa-apa pada Melfa, mungkin hanya sedikit benturan.
“Tidak apa-apa bu, benturannya tidak terlalu keras sepertinya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." tutur dokter pria itu.
“Terima kasih dok”, jawab Lia.
Sedangkan Zelin tidak lagi bisa beridiri dan hanya duduk di sofa ruangan.
Lia dan Zelin merasa bersalah karena kelalaian mereka hampir saja membuat Melfa celaka.
Di kafe 11.00
Hari minggu, dan hari libur membuat kafe menjadi ramai sekarang. Apa lagi makanan disini lumayan murah dan enak, ditambah pelayannya cantik menjadi nilai plus untuk kafenya.
Bayu datang bersama kedua temannya, Raska dan Dani. Mencari tempat duduk yang disudut ruangan, tentu saja agar tidak terlalu berisik.
Zelin datang mengantarkan buku pesanan.
“Al, anak kecil kemaren itu anak lo?." tanya Bayu.
“Iya Bay, kenapa emang?." balas Zelin.
Muka Bayu terlihat marah, kesal dan ekspresi kacau lainnya.
“Mmm. ga kok. Oh iya kalian pesen apa?, cepet dikit."kata Bayu sedikit kesal kepada temannya.
Selesai makan, Bayu dan temannya langsung meninggalkan kafe, tanpa pamit atau bicara dulu kepada Zelin.
‘Huft. Minta penjelasan saja tidak. Sudahlah, mikirin orang terus kapan aku kaya."ucapnya dalam hati.
Semenjak kehilangan ayahnya, Zelin sangat jarang sekali mendengarkan kata orang-orang disekelilingnya. Baginya selagi tidak bikin dosa, buat apa kita dengeri omongan orang.
Di rumah mewahnya, Bayu, Raska dan Dani sudah duduk dikamar Bayu.
Bayu dan Dani sibuk dengan stik game mereka sedangkan Raska hanya berbaring di kasur king size itu.
“Menurut kalian, bener yah, Al udah punya anak?." tanya Bayu.
“Yaelah. Kenapa lo peduli banget sih?." jawab Dani
“Udah tau si Bayu suka sama Al." tambah Raska
Dani yang kaget mendengar ucapan Raska, langsung melempar stik gamenya.
“Lo apa-apan sih, main lempar-lempar aja”, kata Bayu
“Lo suka sama janda Bay?”, ceplos Dani,
“Ih apaan sih lo bedua ni, gosip aja kayak ibu-ibu di ujung komplekan kalo lagi nunggu kang sayur." jawab Bayu.
“Ya elah, mami lo juga ikutan kali di komplek depan”, kata dani.
Bayu yang kalah omongan langsung diam, Raska terlihat ketawa karena sifat teman-temannya ini.
Hari itu, Bayu hanya memikirkan bagaimana sifatnya pada Zelin nanti. Apa masih bisa dia menerima Zelin dihatinya atau hanya sekedar teman? Banyak pertanyaan kenapa bisa? Dan bagaimana bisa? Serta pertanyaan- pertanyaan lainnya di otak Bayu.
Sedangkan Zelin hanya harus menyiapkan mental untuk besok pagi dikampus. Semoga hal-hal baik selalu mengikutinya. Selalu ada doa itu disetiap akhir sujud Zelin ketika shalat.
"Kita hanya punya dua tangan yang cukup untuk menutup kedua telinga kita, dan tidak cukup untuk menutup mulut semua orang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Hye
ummmmmm🤔🤔🤔firasat kuat mengatakan kau akan kaya dalam masa terdekat😌😌
2022-07-25
1
Anggie Nifmala
Lanjuut
2021-06-27
0
Bunny-Lavender🐰💜
Aku pendukung Bayu sama Zelin 😆😂
2021-01-11
0