Mama

Jam 21.00 kafe tutup. Zelin membuang sampah keluar kafe dan mendengar suara teriakan anak kecil.

‘Duhh… apa lagi ini.' batinnya.

Zelin melangkah pelan menuju tempat sampah dengan sekantong sampah baru.

“Yaallah, anak siapa ini.” katanya sedikit berteriak.

Terlihat seorang anak kecil cantik. Kira-kira berumur 2 tahun memakai baju biru langit dan rambutnya yang masih pendek.

Anak kecil itu duduk diatas tumpukkan sampah, matanya berair dan kedua tangannya terangkat seperti ingin minta gendong.

Zelin menggendong anak itu dan langsung masuk kedalam kafenya.

“Kak Lia. kak." teriaknya sedikit cemas.

“Kenapa dek, kakak cuci piring.” jawab lia sambil membilas piring-piring itu.

Zelin datang sambil menggendong anak kecil.

“Astaghfirullah. Siapa ini dek?.” tanya Lia sedikit takut.

“Aku tidak tau kak, ketemu ditempat sampah, kasian. Dia minta gendong." kata zelin.

“Bawa kekamar dek, nanti kakak bikini dia susu dulu.” suruh Lia.

Zelin berjalan menuju kamarnya.

‘Kemaren kak Lia, sekarang anak ini. Besok siapa lagi tuhan?, apa ini rejeki yah?.’ batin Zelin.

Lia masuk kedalam kamar dengan segelas susu ditangannya, melihat Zelin yang sedang duduk bersama anak kecil itu diatas kasur.

“Kamu mau rawat dia dek?." tanya lia.

“Iya kak, tidam apa-apakan kita rawat dia?." tanya Zelin meminta izin.

“Yah tidak apa-apa dong dek, malah kakak seneng, punya temen waktu kamu kuliah." jawab Lia sambil mengelus kepala Zelin.

‘Hatimu bagai malaikat dek. Tanpa cacat dan iri hati. Semoga tuhan membalas kebaikanmu.’ ucap Lia dalam hati.

“Mamamam.” ucap anak kecil itu.

Sontak Lia dan zelin yang mendengar terkekeh ketawa melihat tingkah lucu anak kecil itu.

“Kita kasih nama Melfa aja yah kak?." semangat Zelin memberikan nama anaknya itu.

“Mmm. Bagus, boleh juga. Hallo Melfa, panggil aku Bunda Lia yah.” ucap Lia mengecup muncak kepala Melfa.

“Dan aku mama Zelin.” ucap zelin tak mau kalahpun.

Akhirnya malam itu mereka tertidur bertiga diatas ranjang.

Pagi ini seperti biasa, Zelin bangun jam 05.00, shalat subuh dan membangunkan Lia.

Jam 06.50 zelin masih didalam kamar. Bingung harus mengikat rambutnya.

“Kak rapikan rambut aku lagi boleh?.” ucap Zelin pada kakaknya Lia.

Lia masuk kedalam kamar dan mengikat rambut adiknya itu.

“Kamu udah gede loh dek, mengikat rambut yang rapi saja tidak bisa. Malah udah punya anak pula sekarang." ucap lia sambil merapikan rambut Zelin.

“Emang muka aku udah tua yah kak? akukan masih 15 tahun.” balasnya sambil cemberut.

Lia yang mendengar umur Zelinpun kaget.

‘Memang sih terlihat dari muka dia masih sangat muda, tapikan dia udah kuliah.' batin Lia.

“Tidak usah kaget kak, nanti aku certain deh, sekarang udah mau telat nih.” katanya sambil memakai sepatu.

“Kak nanti kalo Melfa bangun bikini susu dulu yah kak. Makasih banyak kak Lia, berangkat dulu.” ucapnya menitipkan Melfa yang sekarang berstatus sebagai anaknya.

***

Ospek berakhir. Mulai senin besok Zelin sah menjadi mahasiswa di kampus mewah ini. Hubungannya dengan Lia dan Melfa semakin hari semakin hangat. Zelin merasa bersyukur mempunyai orang-orang baru itu didalam hidupnya. Setidaknya sekarang, Zelin memiliki tujuan utama untuk sukses, yaitu untuk kakak dan anaknya.

Lia sedang sibuk di kafe hari ini, karena sabtu kuliah libur jadi kafe sedikit ramai. Zelin duduk di sofa kamarnya, melihat Melfa tertidur pulas di ranjang itu.

Zelin mengambil buku tabungannya, yang diletakkan didalam laci lemarinya.

‘ada 9 juta, tadinya mau beli baju buat kak Lia, tapi kasian kalau Melfa punya sedikit baju, bahkan dotnya saja belum ada. Mainan buat melfa, dan kursi dorong. Kira-kira cukup tidak yah.’ bahasnya didalam hati.

Setelah shalat ashar Zelin memanggil Lia yang tengah memberekan meja dan kursi di kafe. Sekarang sudah mulai sepi.

“Kak Lia, shalat dulu yuk, habis itu mandi, kita jalan-jalan ke mall bentar." ajak Zelin.

Zelin melihat jam karet hitam ditangannya. Sudah jam 16.00.

“Kak, ada yang mau kakak beli gak?, sekalian kita beli buat peralatan Melfa." ajak Zelin.

"Tidak dek, tabung aja dulu duitnya, kamu butuh nanti untuk kuliah kamu." jawab Lia.

Mereka ke mall berjalan kaki, karena dekat dari rumah. Hanya melewati sebuah taman dan di seberangnya ada gedung bertingkat.

Zelin dan Lia masuk kedalamnya. Melfa sekarang digendong Zelin, karena Lia pasti lelah bekerja dari pagi, pikirnya.

Menaiki escalator dan sampai dilantai yang menjual perlengkapan bayi.

Zelin mendudukan Melfa disalah satu kereta dorong untuk mencoba nyaman atau tidaknya.

“Mamamama.” ucap Melfa dengan lucunya.

“Eh Al.” ada tangan yang memegang bahu Zelin.

Zelin membalikkan badannya, dan melihat Bayu dan 2 orang temannya.

“Mamamama." ucap Melafa

Zelin kembali menggendong Melfa.

“Anak lo al?.” tanya Bayu, dengan nada sedikit kecewa.

“Eh iya Bay. Ini kenalin, kakak aku yang di kafe kamaren." jawab Zelin sambil memperkenalkan Lia.

Mereka bersalaman, begitu juga 2 orang teman Bayu.

“Ini temen gue, Raska dan ini Dani." ucapnya memperkenalkan temannya.

“Eh hai. Yaudah aku duluan yah Bay dan yang lainnya." ucap Zelin sedikit kaku.

“Iya Al”, jawab Bayu dan dibalas anggukan juga oleh yang lainnya.

Setelah membeli peralatan Melfa dan baju-bajunya, Zelin mengajak Lia membeli mukenah dan sajaddah.

“Di rumah Cuma ada satu mukenah yang bagus kak, nanti kalo lebaran kita pasti susah buat shalat id bareng, hmmm. Kita beli mukenah ya kak." ajak Zelin sambil memegang tangan lia.

“Ya sudah. Ayok dek." jawab Lia.

Akhirnya mereka bertiga masuk kedalam toko yang khusus untuk perlengkapan ibadah.

“Warna apa kak yang bagus?." tanya Zelin.

“Hm. Coklat susu kayaknya bagus dek.” jawab Lia.

“Bener juga yah kak, beli dua saja yah kak, biar modelnya samaan. Kakak warna coksu kan? Aku warna hitam." pilih Zelin.

Mereka keluar dari mall itu dengan banyak bahan bawaan. Kereta dorong tadi sudah digunakan, agar Melfa lebih nyaman.

Mereka berhenti dulu ditaman. Duduk dan istirahat. Zelin melihat Lia yang sedikit kelelahan.

“Kakak capek yah? biar aku saja yang bawa, kakak dorong kereta Melfa saja." ucap Zelin.

“Terima kasih yah dek, udah ngertiin kakak.” ucap Lia yang sedikit tidak enak.

“Tak apa-apa kak. Aku masih kuat kok, hehe." jawabnya sambil nyengir.

Mereka duduk sebentar dan kembali ke rumah. Melfa sudah tertidur waktu dijalan, dan Zelin memindahkannya kekasur. Menatap dengan penuh kasih sayang wajah dari anak kecil yang sudah menjadi putrinya itu.

“Dek.” panggil Lia yang baru selesai membereskan peralantan yang mereka beli tadi.

"Iya kak." jawab Zelin sambil tersenyum.

“Terima kasih, kakak tidak bisa berkata apa-apa lagi sama kamu. Karena kebaikan dan ketulusan hati kamu, kakak ngerasa punya keluarga lagi sekarang, dan kita rawat Melfa sama-sama yah dek." tutur Lia dengan tulus.

“Iya kak. Semua sudah direncanakan, kita hanya bisa lalui ini semua. Aku juga bersyukur punya melfa dan kak Lia. Apa kak Lia ada rencana buat kuliah?." tanya Zelin sambil memegang punggung tangan Lia.

“Liat nanti saja dek, yang penting adek lulus dulu.” balas Lia

“Iya kak, secepatnya aku bakalan lulus, dan waktunya kakak kuliah. Hmmm, tidak apa-apakan kak kalo kakak kuliahnya telat?." tanya Zelin dengan hati-hati.

“Tak apa-apa dek, menuntut ilmu tidak kenal usiakan?." balas Lia sambil tersenyum.

"Manusia baik, tidak pernah menganggap dirinya baik."

Terpopuler

Comments

Bunny-Lavender🐰💜

Bunny-Lavender🐰💜

Aku suka ceritanya

2021-01-11

0

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

up up up.... 🎉🎉🎉

ijin promo thor 🍿🍿🍿


jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",

kisah cinta beda agama 🍿🍿🍿


jgn lupa tinggalkan like and comment ya 🍿❤️❤️❤️

2020-10-16

2

Iliana Pratista

Iliana Pratista

bguus crtany

2020-10-15

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!