BAB 5. semakin dekat dan semakin jauh

Suasana pagi ini di kantor ini telah ramai ,berdatangan karyawan memenuhi ruangan tempat kerjaan masing masing begitu pun dengan winda, telah duduk di kursi nya sebagai sekertaris.

Dengan raut wajah yang banyak masalah yang selalu ia pikir kan tentang rumah tanggah nya selalu ada saja pertengkarang dengan suami.

Sambil melamun apa yang akan dia lakukan dengan rumah tangga nya itu.

Sampai tidak melihat bos nya sudah di depan wajah nya, saking asik dengan dunia nya sendiri.

Sampai tepukan di pundak nya menyadarkan dari lamunan winda.

Saat melihat siapa yang menepuk, yang tadi nya mau marah malah tidak jadi saat melihat siapa yang ada di depan meja kerja nya.

" eh pak , selamat pagi pak fikar " jawab winda sambil tersenyum hambar menatap bos nya lalu membuang pandangan.

"Pagi juga, sambil menatap winda dengan pandangan gak biasa sedangkan rendi sang asisten hanya diam melihat aja antara bos dan sekertaris nta"

Kamu ada apa kenapa seperti nya hari ini gk semangat" tanya" pak fikar.

Gak ada kok pak cuma masalah rumah tangga aja, biasa lah pak" jawab winda tampa melihat pak fikar.

"Oh yaudah lanjutkan kerja kamu, saya masuk dulu"

langsung berjalan keruangan direktur"

" Iya paksilakan, kata winda"

kemudian melanjutkan kerjaan yang tadi, gara -gara memikirkan rumah tangga nya.

Sedangkan di tempat lain, di tempat kerja ikhsan, selalu diam dari masuk ruangan kerja nya, sampai karyawan lain yang merasa binggung, tumben sang menejer tidak seperti biasa nya sambil bertanya dalam hati.

"Hai bro ada apa, tumben diam aja gak kaya biasa nya.

tanya temen ikhsan yang bernama dika, namun beda devisi"

" Gak papa cuma lagi pusing aja masalah kerjaan, kata ikhsan" dengan bohong.

Oh ada yang serius, kalo ada masalah bilang aja sama aku, siapa tau bisa bantu kamu" ucap dika.

Iya santai aja kok gk ada yang serius " jawab adit dengan tersenyum hambar.

" Yaudah gue lanjut kerja lagi ya" kata dika."

" Mengangukan kepala aja."

kemudian melanjutkan kerjaan nya yang belum selesai karna siang ini harus di serahkan ke bos nya.

Hari pun sudah siang waktu nya jam makan siang,

para karyawan pada keluar untuk mencari makan siang,

ada yang di kantin ada juga yang di luar kantor begitu pum dengan ikhsan.

Karna tadi pagi dia tidak makan sama sekali di rumah karna gak berselera untuk makan.

Ia kini beranjak dari kursi tempat kerja nya, berjalan keluar kantor karna ingin makan di luar baut mengisih perut nya yang lagi keroncongan itu, sambil menaikin mobil nya untuk mencari resturan.

Di kantor winda pun sama, waktu nya ia istirahat jam makan siang, membereskan meja lalu beranjak keluar,namun sebelum sampai sampai lief, bos nya memanggil nya.

" Winda kamu mau keluar cari makan siang kan. iya pak"

yaudah bareng sama saya aja kebetulan saja juga mau cari makan siang."

" Oh yaudah pak mari, sambil berjalan di belakang sang bos.

" kamu ngapain jalan di belakang saya emang nya kamu bodyguard saya , jalan di samping saya."

Baik pak "jawab winda.

Saat masuk lief di dalam nya hanya ada mereka berdua di dalam nya dan terjadi keheningan.

Tak lama kemudian pintu lief terbuka dan mereka berjalan keluar dari kantor.

Namun sesudah mereka keluar dari kantor ada 2 orang karyawan yang sedang ngomongin antara bos dan sekertaris itu.

" Hei liat itu, winda dan bos jalan berdua, gatel banget sih winda itu padahal udah punya suami loh " kata sih A."

" Iya gak tau malu banget sih udah punya suami masi aja kegatelan sama bos kita" kata sih B."

" Udalah gak usah ngomongin dia mending kita cari makan, ntar ada yang denger kita ngomongin mereka kita kena pecat lagi, aku sih gak mau ya " kata sih C."

Iya bener, yaudah yok kekantin kita " ucap sih b dan sih a.

Di dalam mobil ada winda dan bos nya tersebut, dari masuk mobil sampai sekarang belum ada pembicaaan, hanya ada suara kendaraan yang kedengeran, sampai winda membuka percakaapan duluan.

" Oh ya pak, emang kemana pak rendi kok gak sama bapak aja keluar cari makan siang."

"Rendi itu ada keperluan di luar, maka nya saya ajak kamu tadi."

Padahal itu cuma trik fikar aja biar bisa lebih dekat dengan winda.

" Oh gitu ya pak."

" Iya."

Kita mau makan siang di mana pak " ucap winda pada pak fikar.

Kamu mau nya di mana "tanya pak fikar.

Loh kok saya pak, kan tadi bapak yang ngajak saya, jadi saya ikut saya saja " jawab winda yang menatap pak fikar.

" Baik lah klo gitu biar saya saja yang pilih kan dimana kita mau makan, tutur fikar sambil menatap winda dengan tersenyum penuh makna pada winda.

Tak lama kemudian mobil mereka berhenti di kafe dua hati, yang ramai pengunjung karna waktu makan siang.

" Kita makan siang di sini aja ya, ini tempat yang sering saya datangin kalo mau makan siang."

" Boleh pak."

" Yaudah yok kita masuk, ucap fikar."

Berjalan memasuki kafe yang lagi ramai itu penuh dengan pengunjung yang lagi makan.

Kita mau duduk di mana pak" tanya winda.

" Hmm, sambil melihat sekeliling, sampai menemukan tempat kosong di pojok, di sana aja kaya nya lebih nyaman " tutur fikar.

"Mengangguk saja winda, sambil berjalan ke meja.

Kamu mau makan apa" tanya fikar sambil melihat menu makanan di buku menu.

Saya terserah bapak aja" ucap winda dengan tersenyum.

Baik lah, mbak saya pesan kepiting saus tiram dua, nasi putih, dan minum nya jus jeruk dua, itu saja" jawab fikar.

" baik pak mohon tunggu bentar."

Sambik menunggu makanan datang mereka mengobrol.

Winda kamu kalo di luar jam kerja jangan panggil saya bapak, panggil aja saya mas " ujar fikar sambil melihat winda dengan tersenyum tipis.

Saya jadi gak enak pa, kalo manggil bapak dengan sebutan itu " jawab winda sambil tertunduk kepala nya menatap lantai.

"Gak papa, kan saya sendiri yang minta kamu memanggil seperti itu ."

Baik lah mas, sambil tersenyum malu menatap fikar lalu membuang pandangan, malu di tatap terus sama fikar " jawab winda.

" Nah gitu kan enak di denger, kata fikar."

Tak lama kemudian makanan pun datang, dan langsung makan dengan pelan.

Saat makan pun pandangan fikar menatap ke depan winda, seperti ada yang sepesial.

Winda yang sedang makan tidak menyadari itu, masi tetap makan terus dan tidak tau kalo ada yang terselip dekat bibir nya.

Tiba - tiba tangan fikar menyentu bibir winda itu, dan spontan winda pun terkejut.

" Maaf tadi ada nasi di dekat bibir kamu maka nya aku berniat mengambil itu, kata fikar."

" Oh ya pak,gak papa sambil tersenyum."

Yaudah lanjut lagi makan nya, setelah ini kita langsung ke kantor lagi " ucap fikar.

" Baik pak."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!