Pedang Elemental Raja Iblis
Di hutan yang tenang di mana sinar matahari bersinar melalui dedaunan yang lebat, angin bertiup membuat suasana di sekitar hutan menjadi tidak terlalu panas.
Di iringi dengan suara roh yang berterbangan di sekitarnya, suara air juga bergema melalui sela-sela pepohonan dengan suara yang cukup samar-samar.
Seorang remaja laki-laki tengah membuka mulutnya lebar-lebar karena terkejut dan berdiri diam.
Dia melihat seorang gadis cantik yang ada di depan matanya dengan keadaan setengah telanjang. Apalagi gadis tersebut mengguyur tubuhnya dengan air sungai yang terlihat dingin dan menyejukkan.
Splash
Gadis itu memiliki mata besar dengan pupil merah delima dan bibir merah ceri yang lembap dan tipis.
Kulit putihnya sehalus susu dan juga cukup mempesona. Kakinya yang ramping dan indah menghilang di bawah permukaan air yang riak.
Namun apa yang menarik perhatiannya lebih dari segalanya adalah rambut merahnya yang menyala-nyala seperti bara api yang membakar udara.
Rambutnya terlihat basah hingga menempel di tubuhnya yang indah seperti sebuah porselen.
Remaja itu yang memiliki nama Kaizo, merasakan keringat dingin mulai terbentuk di punggungnya.
Bagian paling penting dari otaknya pasti menyuruhnya untuk lari. Namun, tubuhnya tidak mau bergerak. Seolah-olah dia terpesona akan adegan yang terlalu nyata dan penuh dengan keindahan surga.
Matanya yang lembab dan indah berkedip saat dia melihat penyusup yang muncul secara tiba-tiba.
Ekspresinya langsung kosong. Sepertinya dia belum sepenuhnya memahami situasinya. Dia bahkan belum menutupi dadanya yang kecil dan masih berkembang.
Tick
Setetes air yang membasahi rambutnya, jatuh dari poni gadis muda itu. Dengan suara tetesan air itu, kesadaran Kaizo di tarik kembali dengan paksa ke kenyataan.
"Kamu..." gumam Kaizo yang tersandung kata-katanya.
Dia kemudian segera mengalihkan pandangan matanya dari gadis setengah telanjang yang masih berdiri tak bergerak dengan ekspresi yang mudah di tebak.
Kaizo menggosok belakang kepalanya. "Kurasa aku harus bilang, ini kecelakaan besar? Ini pasti kecelakaan yang tidak menguntungkan bagi kita berdua."
Pada saat ini, Kaizo membuat dua kesalahan fatal.
Pertama adalah dia mulai tersandung dengan membuat alasan yang tidak masuk akal. Pilihan terbaik yang harus dia ambil adalah memanfaatkan kenyataan bahwa gadis itu bingung dan segera melarikan diri.
Dan kesalahan lainnya adalah dia mengatakan hal yang harusnya tidak dia katakan. Itu adalah kesalahan yang membuatnya jatuh ke dalam kondisi terburuk.
"Meskipun ini kecelakaan, aku telah melihatmu seperti ini." Kaizo berbicara dengan wajah memerah, kemudian menundukkan kepalanya. "Aku sungguh minta maaf."
Sampai saat ini, dia masih baik-baik saja. Apa yang dia katakan tidak ada yang salah, tapi apa yang menjadi masalah adalah kata yang dia ucapkan setelahnya.
"Kamu tidak perlu khawatir. Aku adalah anak laki-laki yang sehat. Tentu aku tidak memiliki minat seperti itu." Kaizo melirik ke arah dada gadis muda yang ada di depannya. "Aku tidak tertarik pada tubuh seorang anak kecil dan itu tidak membuatku ingin menyerangmu."
Dia akhirnya menginjak ranjau darat raksasa dan menggali kuburannya sendiri.
Keheningan sedingin es jatuh hingga angin dingin sejuk tidak dapat mereka rasakan kembali.
Gadis itu perlahan mengangkat lengannya dan rambut merah melingkari panjangnya ke bawah. Bahunya sedikit bergetar. Itu bukan karena dia kedinginan, tapi Kaizo tidak menyadari fakta penting itu.
"Enam belas..." bibir halus merah tipis gadis itu menggumamkan sesuatu yang aneh dan Kaizo mengangkat alisnya ke atas. "A-aku enam belas tahun!"
Begitu gadis muda itu meneriakkan kalimatnya, rambut merahnya berdiri. Api merah berputar di sekitarnya hingga membuat air yang menutupi sebagian tubuhnya menguap ke atas membentuk udara panas.
Huh?
Kaizo membuka matanya lebar-lebar karena terkejut dengan apa yang di katakan gadis muda itu. "Enam belas tahun!? Sungguh? Seorang anak berusia enam belas tahun dengan dada yang menyedih—!?"
Kaizo dengan cepat menutup mulutnya yang tidak segera ingin mengatakan apa yang sedang dia pikirkan, tapi itu sudah sepenuhnya terlambat.
"Tidak bisa di maafkan." kata gadis muda itu dengan suara yang rendah dan dingin. "Je-jelas tidak bisa di maafkan! Ka-kau iblis pengintip, mesum, cabul!"
Pada saat ini, Kaizo tiba-tiba merasakan firasat buruk mendatanginya. Dia kemudian memperhatikan bahwa pepohonan di sekitarnya membuat gemerisik rendah seperti bisikan yang menakutkan.
Whooshh
"Apa itu angin?" gumam Kaizo merenung, memikirkan dari mana angin itu datang. Hingga tak lama kemudian, dia menyadari sesuatu. "Tidak! Ini bukan angin. Ini...!?"
"Kekuatan api merah, penjaga api yang tak pernah padam! Sekarang adalah waktunya kamu untuk mematuhi kontrak darah kita, maju dan laksanakan perintahku!"
Dari bibir gadis muda itu muncul sebuah mantra dalam bahasa roh yang tidak sulit untuk di terjemahkan.
Bersamaan dengan suara udara yang mengalir ke ruang hampa, cambuk yang terbuat dari api muncul dari kehampaan dan mendarat di tangan gadis itu.
"Seorang «Elementalist»!"
Kaizo menyadari saat dia menatap gadis itu sekali lagi.
Seorang Elementalist bisa mengendalikan sesuatu dari dimensi yang berbeda selain dari dunia ini, tempat yang mereka sebut sebagai dunia lain, «Alam Roh».
Elementalist yang di maksud adalah seorang pengguna elemen yang ada di dunia, lebih tepatnya gadis yang telah membuat kontrak dengan roh yang tinggal di dunia lain itu.
Mereka dapat menggunakan berbagai jenis roh dan dengan bebas menggunakan kekuatan mereka. Seperti halnya apa yang di lakukan gadis di depan Kaizo. Dia telah mengontrak roh tipe api yang agresif.
Kenyataan bahwa gadis muda itu adalah seorang Elementalist bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Bagaimanapun, ini adalah area di mana para Elementalist hebat dari negara lain berkumpul.
(Mengejutkan sekali bahwa dia bisa menggunakan «Ether» yang sangat susah di pelajari untuk membangkitkan kekuatan sejati dari elemen dan roh.)
Cara roh di panggil dan di bentuk setelah datang ke dunia ini dapat di bagi menjadi dua kelompok utama.
Yang pertama adalah bentuk yang muncul sebagai gumpalan kekuatan suci yang tanpa ada batas ruang, tak bermassa dan dalam bentuk tak tentu.
Ini murni pemanggilan kekuatan roh dan di gunakan terutama sebagai katalis ketika sihir roh di gunakan.
Bentuk pemanggilan lainnya adalah bentuk paling murni yang memanggil bagian dari keberadaan roh itu sendiri dan mewujudkannya di dunia.
Pemanggilan ini membutuhkan sejumlah besar kekuatan suci dari tubuh. Dan di atas itu semua, mereka sangat sulit untuk di kendalikan jika tidak memiliki kontrol sihir yang cukup tinggi.
Jadi, mereka yang mampu memanggil keberadaan roh di katakan sebagai elit di antara jajaran Elementalist.
Lebih jauh lagi, gadis yang ada di depan matanya saat ini tidak hanya menggunakan kekuatan roh, tapi dia juga menggunakan kekuatan itu dalam bentuk Ether yang sangat di optimalkan untuk penggunaannya.
"Apakah aku sekarang berada di dalam situasi hidup dan mati?" gumam Kaizo saat pikiran itu tiba-tiba menghantamnya dengan keras seperti kenyataan.
Di mana «Cambuk Api» yang dia pegang menyentuh permukaan air, semburan uap putih naik ke atas. Sementara itu, gadis muda tersebut masih menatapnya dengan raut wajah yang sangat marah.
"Ka-kamu punya nyali untuk datang ke sini!" gadis itu bergumam dengan suara gemetar dan ekspresi wajah yang merah seperti tomat yang matang.
(Wajahnya memerah. Apakah itu karena kemarahannya atau rasa malunya atas situasi ini? Aku tidak berani bertanya mengenai hal ini padanya.)
"Sungguh...! Ka-kau berani mengintip saat aku, Victoria Blade sedang mandi!" gadis itu berkata dengan tergagap dan terlihat sangat malu-malu.
Kaizo menggelengkan kepalanya dengan panik. "Tu-tunggu dulu, ini semua salah paham! Biarkan aku menjelaskannya secara lengkap terlebih dahulu."
"Aku tidak akan mendengar alasanmu yang hanya omong kosong itu! Berubahlah menjadi abu, dasar mesum!" teriak gadis itu dengan mengayunkan cambuk api yang menyala dengan ganas di tangannya.
Cambuk itu bergerak seolah-olah air yang menutupi sebagian tubuhnya tidak ada masalah sama sekali.
"Sial!" keluh Kaizo seraya mendorong tubuhnya ke semak-semak lebat yang ada di dekatnya.
Whooshh
Srash
Hampir pada saat yang bersamaan, cambuk api menyapu kepalanya. Bunga api merah yang tersisa di pohon-pohon yang telah di tebang, terlihat seperti sebuah kertas yang mudah di potong baginya.
Permukaan batang pohon yang di potong ternyata sangat halus dan tanpa ada bekas luka bakar. Serangan itu begitu cepat sehingga api tidak mempunyai waktu untuk menyulut pepohonan yang lain untuk terbakar.
Rambut di dahi Kaizo, terbakar setengah dan berkibar di sekitar mulutnya. Sementara itu, keringat dingin mulai terbentuk di dahinya dengan rasa panik yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
"I-ini lelucon, 'kan? Aku tidak akan mati seperti ini, 'kan?" Kaizo dengan gugup bergumam dan sedang memikirkan suatu cara untuk keluar dari kondisi ini.
Ada tarian tak berujung dari kilatan api merah yang memotong baik secara horizontal maupun vertikal di dalam hutan. Semak di sekitarnya di tebang dalam sekejap mata tanpa meninggalkan bekas.
Setelah kehilangan perlindungannya, Kaizo buru-buru lari untuk menyelamatkan hidupnya.
"Jangan menghindar, mesum!" panggil gadis itu sembari memutarkan cambuknya. "Aku tidak bisa membakarmu!"
Srash!
"Jangan meminta yang tidak mungkin! Dan aku bukan orang cabul!" Kaizo melemparkan kembali perkataan itu padanya dan berusaha menghindari cambuk yang terus menerus berayun seperti menguras nyawanya.
Kaizo lengah untuk sesaat dan pada saat yang sama, cambuk itu mengayun ke arah kaki dan menyebabkan percikan keras hingga membantingnya ke tanah.
Bangkit dari tanah, cambuk segera melompat ke arah hutan, menyebabkan lebih banyak pohon ditebang.
Untungnya di antara semua ketidakberuntungan yang Kaizo alami, bidikan gadis bernama Victoria itu cukup buruk. Ini memang masuk akal karena satu tangan menyembunyikan dadanya agar tidak terlihat.
Untuk menyembunyikan bagian terpentingnya, dia berjongkok di dalam kolam. Namun mengingat seberapa baik dia mampu menangani cambuknya dalam posisi seperti itu, dia pasti cukup terampil menggunakannya.
"Betapa sombongnya meskipun mesum." Victoria berteriak lagi pada Kaizo. "Tolong dengan patuh berubahlah menjadi abu dan tinggalkan dunia ini!"
"Aku bukan orang mesum! Tapi ngomong-ngomong..." Kaizo berhenti dan berbalik, ada sesuatu yang dia perhatikan selama beberapa waktu ini. "Kamu harus menutupi dirimu dengan benar. Celah di jari-jarimu tidak bisa menyembunyikan hal itu sepenuhnya."
Mendengar perkataan itu, Victoria berhenti bergerak dan seketika ekspresi wajahnya membeku. Kira-kira, apa yang di maksud Kaizo dengan mengatakan hal aneh itu?
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
malest
bagus
2024-03-03
1
KAGE UZUZURA
Hmm
2023-07-28
1
KAGE UZUZURA
RILL
2023-07-28
0