Mommy,,,

"Meta?"

Darren mengernyit.

"Dia anjing tetanggaku," bisikku sangat pelan.

Tawa Darren pecah, ia tergelak hanya dengan mendengar kalimat sederhana yang tak ada lucu-lucunya.

Para pelayan sudah menyajikan makanan di piring kami, Tuan Leonel sudah mulai menyantap makanannya dengan tenang, sedangkan aku dan Darren makan sambil melanjutkan obrolan.

"Aku punya Rambo dan Ramon di mansion, mereka sangat kuat dan tangguh, jadi aku tidak mau bertemu anjing," celoteh Darren membahas dua anjing hitam berjenis shepherd yang hampir memangsaku semalam.

"Ck, kau payah, meta itu anjing yang lucu, imut, putih, menggemaskan, bukan seperti dua anjingmu yang galak dan menyeramkan itu," gerutuku sedikit kesal. Mengingat bagaimana mereka mengejarku semalam, dan itu karena Tuan Monster.

"Kau tahu? Meta mempunya teman yang sangat cantik, kau pasti akan langsung jatuh cinta padanya saat kau bertemu dengannya, yakin kau tidak mau bertemu meta?"

"Teman? Perempuan? Apa dia benar-benar cantik?"

"Hem,,,,"

"Seperti dirimu?"

Aku tersedak, mendengar Darren yang terkadang mengingatkanku dengan tingkah ayahnya, buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya, pepatah itu benar adanya.

Tuan Leonel ayah buaya, dan Darren adalah anak buaya.

Tuan Leonel mengulurkan segelas air putih ke arahku.

"Ini kedua kalinya kau tersedak karena celotehan Darren, apa kau sesensitif itu? Mudah baper oleh omongan anak kecil," Tuan Darren buka suara setelah diam dalam kebisuan sedari tadi.

Kuterima gelas yang ia berikan, meneguknya melegakan tenggorokan.

"Minta izin Daddy, kita berangkat siang ini." ucapku pada Darren sambil meletakkan kembali gelas minum.

"Daddy,,,," rengek Darren pada Tuan Leonel.

Tuan Leonel menatap putranya itu dengan serius, kemudian berpindah melihatku, segera kupalingkan muka melihat ke arah lain tanpa titik arah yang tentu. Yang penting menghindari tatapan matanya, karena entah mengapa, setiap mata kami bertemu, kurasakan sesuatu yang berdesir pelan di dalam sini.

"Sampai jumpa di rumah pukul 4 sore," ucap Tuan Leonel sambil berdiri, melangkah cepat dengan langkah kakinya yang lebar meninggalkan kami.

"Terimakasih, Daddy!" teriak Darren semangat.

Kuperhatikan Tuan Leonel yang keluar dari pintu kaca ke arah entah berantah, aku masih belum hafal dengan arah-arah mansion besar ini. Di sana, di luar pintu, Emilio sudah menunggu sambil membantu Tuan Leonel mengenakan jas mewahnya yang berwarna navy.

Tanpa sadar aku mengulas senyum melihat Tuan Leonel dari belakang punggungnya, ia mengagumkan, memiliki daya tarik tinggi, mahal, menantang, mendebarkan, dan? Brutal. Di malam itu, catat.

***

Aku dan Darren dalam perjalanan ke rumahku, di antar oleh salah seorang sopir, Sisil juga ikut bersama kami.

Sepanjang perjalanan aku memainkan ponsel, membalas satu-persatu pesan yang masuk. Darren kusibukkan dengan beberapa soal, ia begitu fokus berkonsentrasi pada buku, mengerjakan soal dengan bersungguh-sungguh.

***

Kak Rachel

"Dasar nakal, di mana kau? Aku menghubungi Bass menanyakanmu, dan dia bilang cafe tutup, ke mana kau sampai tidak pulang?"

Mampus, aku lupa memberikan kabar pada Kak Rachel.

"Kak Harry sampai tidur di ruang tamu menunggumu pulang, di mana kau, Re? Akan kupukul kau nanti,"

Tak kubalas pesan-pesan Kak Rachel, percuma, dia tetap akan marah, nanti saja saat sudah di rumah, aku akan menjelaskan semua padanya.

Crishtie

"Kau bisa menemaniku ke rumah sakit kan, besok? Hasil tes DNA-nya sudah keluar,"

^^^"Tentu, aku akan menemanimu, sayang,,,,"^^^

^^^"Bagaimana kabarmu? Apa sudah lebih baik?"^^^

^^^"Jaga kesehatan dan jangan pernah bertindak ceroboh lagi dengan melukai diri sendiri, ingat, ada makhluk kecil yang nanti akan membuatmu sangat bahagia,"^^^

Tiga deret pesan yang kukirim sebagai pesan balasan centang satu, Crishtie online dua jam yang lalu.

Tn. Leonel

"Kalian sudah berangkat?"

^^^"Dalam perjalan,"^^^

Dua centang abu-abu langsung berubah biru.

Tn. Leonel mengetik,,,, terjeda, mengetik lagi, berhenti lagi. Aku masih berada di laman kontak Tuan Leonel, tak berpindah menunggu apa yang ingin ditulisnya, namun hingga tulisan online itu berubah menjadi terakhir dilihat, tak ada lagi pesan yang kuterima.

Aneh.

***

Waktu terlewati lebih cepat saat kita sedang bahagia, seperti hari ini, tiba-tiba saja sudah pukul 3 sore.

"Terimakasih, sudah membolehkanku bermain di rumahmu, aku senang bisa mengenalmu, kau cantik, ehm, maksudku, meta, anjingmu, lucu dan cantik," Darren berjabat tangan dengan Elea, gadis kecil berambut pirang sedikit ikal di bagian ujung rambutnya yang jatuh menjuntai ke bawah, mereka berkenalan, bermain seharian, dan langsung berteman akrab.

"Sama-sama, aku juga senang kau datang," balas Elea mengulas senyum.

Aku membawa Darren pulang setelah kami berpamitan.

"Bagaimana hari ini? Kau senang?" tanyaku pada Darren saat kami sedang dalam perjalanan pulang.

"Luar biasa, Elea adalah temanku yang pertama, kurasa, kau memang benar, aku langsung jatuh cinta padanya, Elea sangat cantik," seru Darren antusias.

"Tapi?" wajah Darren yang ceria tiba-tiba murung.

"Apa dia juga mencintaiku? Aku kan lumpuh,"

Nyesss,,,,

Kalimat terakhir Darren sempurna meretakkan hatiku.

Kupeluk Darren dengan penuh kasih sayang.

"Orang yang mencintaimu dengan tulus, dia akan menerimamu apapun keadaanmu, seperti aku, aku yang langsung jatuh cinta padamu,"

"Kau mencintaiku?"

"Tentu saja, kau memiliki tangan yang kuat, untuk bisa kujadikan bantal tidur, yang nyaman."

"Apa lebih kuat dari tangan Daddy? Aku melihat kalian tidur satu ranjang pagi tadi,"

"Apa?" kaget.

"Aku masuk ke dalam kamarmu, tapi kalian belum bangun, kau tidur sangat nyenyak sampai mendengkur, Daddy memelukmu dari belakang, aku saja tidak pernah ia peluk seperti itu,"

S.h.i.t.t

***

Aku dan Darren telah sampai di mansion, bersamaan dengan Tuan Leonel yang juga baru tiba, ia hampir memasuki pintu utama.

"Daddy,,,," seru Darren menghentikan langkah Tuan Leonel, berbalik dan menghampiri kami.

"Leon? Darren?"

Sontak aku menoleh ke belakang, melihat seseorang yang baru saja menyerukan nama Tuan Leonel dan Darren.

"Mommy,,,,"

DEG

Panggilan yang Darren serukan pada wanita yang baru datang memasuki gerbang menyerukan namanya sempurna meremas hatiku seperti kertas, lecek.

Mommy, jika wanita itu mommy Darren, itu artinya?

Aku melihat Tuan Leonel dalam, dengan rasa yang entah mengapa terasa sakit di dalam sini.

Tuan Leonel menatap penuh arti wanita cantik yang berlari ke arah mereka, dengan sorot matanya yang sayu dan mulai merah, bahkan genangan buliran-buliran bening itu sudah memenuhi pelupuk mata. Di matanya yang sering kali menatapku dengan sorot tajam.

"Darren?" wanita berhak tinggi, gaun selutut, membawa tas jinjing branded itu berjongkok di depan Darren, memeluknya erat dengan isak tangis yang tak terbendung.

"Mommy, kau datang? Aku sangat senang," seru Darren terdengar ceria, sama cerianya saat ia bermain dengan Elea.

"Maafkan mommy karena begitu lama baru pulang,"

Usai memeluk Darren, wanita cantik itu berdiri, berpindah menjatuhkan diri ke dalam pelukan Tuan Leonel, mengalungkan kedua tangannya. ke belakang leher pria yang sudah membuat hatiku akhir-akhir ini berdesir hangat.

"Leon, aku merindukanmu," isak wanita itu yang tak mendapat tanggapan, kedua tangan Tuan Darren tetap diam di sisi kiri dan kanan, namun dapat kumengerti, dari sorot mata Tuan Leonel yang nanar, bahwa ia memiliki rindu yang teramat besar yang ingin segera ia tumpahkan, seperti buliran-buliran bening di pelupuk matanya itu yang mulai menetes.

Kupalingkan muka, air mataku sendiri pun mulai berlinang, entah mengapa lagi-lagi di dalam sini terasa begitu nyeri, sangat nyeri, sakit sekali, berkali lipat dari saat aku melihat Erick berada di dalam apartemen Pricsilla.

Aku masih berdiri mematung seperti orang bodoh yang tak berguna, terabaikan, ingin rasanya aku segera pergi dari sini, berlari entah kemana saja, namun kaki ini begitu berat tuk sekedar melangkah.

"Leon, apa kau tak merindukanku?"

Kurasakan Tangan kecil Darren yang meraih jemariku, aku menoleh. Ia mendongak menatapku sendu, dengan sorot matanya yang terlihat sedih, segera kuusap pipiku yang basah, dan aku mengembangkan senyum.

Aku berjongkok di hadapan Darren, mengulas senyum semanis mungkin, seolah mengatakan, tidak, aku baik-baik saja.

Tangan kecil Darren menyentuh pipiku. Kemudian memelukku. Tidak, aku tidak sepenuhnya diabaikan, Darren masih mengingatku.

Tuan Leonel?

Aku mendongak melihatnya, yang ternyata juga melihatku, tatapan mata kami bertemu, mengunci untuk beberapa waktu, mencoba saling menyelami perasaan di hati masing-masing yang tak dapat siapapun mengerti.

***

Episodes
1 Mendatangi mansion
2 Ke kamar tuan Leonel
3 Menyerahkan diri
4 Bertemu Di Seminar
5 Datang ke cafe
6 Diantar pulang
7 Tumpangan ke rumah sakit
8 Pergi menemui Tuan Dankar
9 Menemui Tuan
10 Datang ke apartemen Erdhan
11 Bertemu Darren
12 Monster
13 Bersama Erick
14 Mainan ranjang
15 Dibantu Bass
16 Diminta ke kamar
17 Ketiduran
18 Meta?
19 Mommy,,,
20 Hasil tes
21 Mengenang
22 Ke cafe bersama Darren
23 Darren patah hati
24 Cerita Sisil
25 Moment bersama
26 Pergi ke Club.
27 Pemandangan yang tak enak
28 Kau cemburu?
29 Pesan yang terabaikan
30 Tugas selesai
31 Perasaan yang menyiksa
32 Block
33 Ucapan selamat tinggal
34 Dua kisah yang berbeda
35 POV Leonel 1
36 POV Leonel part 2
37 POV Leonel part 3
38 POV Leonel part 4
39 POV Leonel part 5
40 POV Leonel part 6
41 3 tahun kemudian
42 Mr, CEO baru
43 Sedikit bermain
44 Ke mall bersama
45 Bayaran kecil
46 Ia melakukannya
47 Keputusan Leonel
48 Pov Author
49 Laura
50 Re datang
51 Perdebatan
52 Makan siang bersama Erdhan
53 Mereka Bertemu
54 Dia datang
55 Kembalilah padaku
56 Flash back on
57 Satu kecupan halus
58 Bangun pagi
59 Nyonya Annora datang
60 Vila?
61 Kebakaran
62 Matahari yang tenggelam
63 Bab #63
64 Bab #64
65 Bab #65
66 Tersangka sebenarnya
67 Bab #67
68 Bab #68
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Mendatangi mansion
2
Ke kamar tuan Leonel
3
Menyerahkan diri
4
Bertemu Di Seminar
5
Datang ke cafe
6
Diantar pulang
7
Tumpangan ke rumah sakit
8
Pergi menemui Tuan Dankar
9
Menemui Tuan
10
Datang ke apartemen Erdhan
11
Bertemu Darren
12
Monster
13
Bersama Erick
14
Mainan ranjang
15
Dibantu Bass
16
Diminta ke kamar
17
Ketiduran
18
Meta?
19
Mommy,,,
20
Hasil tes
21
Mengenang
22
Ke cafe bersama Darren
23
Darren patah hati
24
Cerita Sisil
25
Moment bersama
26
Pergi ke Club.
27
Pemandangan yang tak enak
28
Kau cemburu?
29
Pesan yang terabaikan
30
Tugas selesai
31
Perasaan yang menyiksa
32
Block
33
Ucapan selamat tinggal
34
Dua kisah yang berbeda
35
POV Leonel 1
36
POV Leonel part 2
37
POV Leonel part 3
38
POV Leonel part 4
39
POV Leonel part 5
40
POV Leonel part 6
41
3 tahun kemudian
42
Mr, CEO baru
43
Sedikit bermain
44
Ke mall bersama
45
Bayaran kecil
46
Ia melakukannya
47
Keputusan Leonel
48
Pov Author
49
Laura
50
Re datang
51
Perdebatan
52
Makan siang bersama Erdhan
53
Mereka Bertemu
54
Dia datang
55
Kembalilah padaku
56
Flash back on
57
Satu kecupan halus
58
Bangun pagi
59
Nyonya Annora datang
60
Vila?
61
Kebakaran
62
Matahari yang tenggelam
63
Bab #63
64
Bab #64
65
Bab #65
66
Tersangka sebenarnya
67
Bab #67
68
Bab #68

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!