Bersama Erick

"Aaahh?" teriakku kaget, melihat seseorang yang sudah berdiri tegap menjulang di hadapanku dengan sorot mata tajam seperti hunusan pedang.

Monster itu.

Tuan Leonel datang, aku tahu aku telah membuat kesalahan, tapi aku benar-benar tidak menyangka jika ia akan repot-repot menemuiku, secepat ini.

"Ah,,, Tuan?" aku berteriak, Tuan Leonel mencengkeram pergelangan tanganku, menarikku ke dalam ruang staf, Bass yang melihat kami dari meja pantry hanya menatapku geli, dengan senyumnya yang mengembang lebar, dasar otak me.sum. Aku tahu apa yang ada di pikiran pria salah jalan itu.

"Brak!" pintu ditutup kasar.

"Aaahh!" Tuan Leonel mendorong tubuhku hingga punggungku menabrak dinding, ia merentangkan kedua tanganku ke sisi kiri dan kanan, kedua pahanya bahkan kedua pahaku tepat di tengahnya, hingga aku tak mampu membuat pergerakan, yang artinya tubuh kami saling menempel sempurna. Keterlaluan.

"Tuan, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, kau menyakiti tanganku!" teriakku putus asa. Bayangan malam itu kembali muncul memenuhi benak di kepala, di mana aku yang telah menyerahkan tubuhku, melepaskan mahkotaku, merelakan kesucianku untuk ia nikmati.

Hatiku bergetar, dengan jantung yang berdebar-debar, bukan debaran halus yang membuat wajahku menghangat seperti kemarin, tapi sebuah debaran yang membuatku takut, seperti dulu.

Kurasakan tubuh Tuan Leonel yang sudah mengeras di bawah sana menekan perutku, sial, aku bahkan masih ingat bagaimana bentuknya yang besar, panjang, tegak dan berurat, astaga.

Bisa kucium aroma mint dari napasnya yang berhembus, dadanya naik turun karena napasnya yang memburu.

"Kau tahu kesalahanmu?" lirih Tuan Leonel tenang, namun penuh penekanan.

"He em, iya, a-a aku tahu," aku menganggukkan kepala beberapa kali, panik. Bulir bening mulai menetes dari sudut mata, kala kurasakan tubuhnya semakin menghimpit tubuhku, dan wajahnya semakin mendekat, masuk menelusup ke ceruk leher, menghirup aromanya dalam-dalam, Seketika tubuhku meremang, ada desiran hangat di dalam sini.

"Berhenti bekerja," lirihnya sangat pelan di telingaku.

Ini adalah salah satu poin perjanjian kami, Tuan Leonel memintaku untuk berhenti bekerja karena aku yang tak memiliki waktu, kuliah, bekerja, belajar, mengerjakan tugas, ditambah mengajari Erdhan.

"B-be berikan aku sedikit waktu, k-ka kasihan Bass. Dia belum ada teman yang membantu,"

Tuan Leonel bertindak kurang ajar, ia menyesap leherku dengan sesapan kecil yang sangat lembut, membuatku men.de.sah tanpa sengaja.

"Aaahh,,,,"

Ia melepaskanku, menarik diri dan tersenyum penuh kemenangan.

"Hanya sentuhan kecil, Nona. Tapi kau sudah mende.sah. Jika kau ingin_"

"Tidak," potongku cepat. Panik.

Tun Leonel tertawa kecil, mundur beberapa langkah, membuatku kicep, malu, tubuhku masih gemetaran atas apa yang barusan ia lakukan. Sentuhannya sukses membuat jantungku berdegup tak karuan.

"Kapan?" tanya Tuan Leonel.

"Hah? Apa?"

"Berhenti bekerja,"

Aku bernafas lega, sempat berpikir jika dia membahas urusan ranjang.

"Satu Minggu, beri aku waktu satu Minggu,"

"Tidak, itu terlalu lama,"

"Lima hari,"

"Tiga hari,"

"Empat hari,"

"Dua hari,"

"Oke, tiga hari, deal, beri aku waktu tiga hari untuk mencarikan Bass pengganti."

Tuan Leonel tak mendebat, ia berjalan menuju pintu, membukanya, kemudian berhenti dan berbicara tanpa menoleh ke arahku.

"Buka ikatan rambutmu untuk menutupi lehermu, aku meninggalkan tanda merah kecil di sana, itu hukumanmu!"

Da.mn

Sial, benar-benar sial. Tuan Leonel keluar meninggalkanku. Segera kulepas karet yang menguncir rambutku ala ekor kuda, menggerainya rapi menutupi leher yang tadi ia sesap.

***

Cafe tutup seperti biasa, saat pukul 11 malam. Aku dan Bass membereskan kursi, meja, dan membersihkan semua sampah.

"Aku akan resigne,"

"Hemm?" Bass yang menggeser kursi berhenti bergerak, menatapku dalam penuh tanya.

"Iya, aku akan berhenti bekerja di cafe, kau,,,, carilah karyawan baru yang bisa membantumu, buat iklan, atau tawari temanmu yang butuh pekerjaan,"

"Jangan bicara sembarangan, Retania, kau adalah partner terbaikku selama ini, aku masih bertahan di cafe ini juga karena dirimu,"

Yah, dulu Bass pernah sempat ingin keluar dari cafe ini, karena gaji yang diberikan owner sangat kecil, tapi aku yang memaksanya untuk tetap bertahan, dan kini aku yang malah akan berhenti.

"Kenapa? Ada apa? Apa ada masalah?"

Aku hanya diam, tak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan Bass, Bass pun tak lagi mendesakku untuk bicara. Ia hanya memelukku hangat.

"Jangan pergi, bagaimana denganku?" lirih Bass membuatku merasa haru, tak terasa setetes air mataku berlinang. Kami sudah bersama cukup lama.

Benar, aku harus bertahan, demi Bass, dulu dia juga bertahan demi aku, kini, bagaimana mungkin aku bisa meninggalkannya begitu saja? Aku harus bicara pada Tuan Leonel. Harus.

***

Pagi ini aku menemani Crishtie pulang ke rumahnya, ia sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter.

Keadaan Crishtie lebih baik, ia sudah mulai menampakkan senyum khasnya yang ceria, meski wajahnya masih terlihat pucat karena tak bermake up.

Erdhan sama sekali tak menjenguknya, atau sekedar menanyakan kabarnya, tapi Crishtie sudah cukup lega dengan dilakukannya tes DNA kemarin, ia sangat yakin jika janin yang dikandungnya adalah anak Erdhan, karena meski ia pernah melakukan hubungan itu pada pria lain sebelum ia menjalin hubungan dengan Erdhan, tapi hanya Erdhan lah yang bermain tanpa pengaman. Mengeluarkannya di dalam.

Usai mengantar Crishtie, aku kembali melangkah menuju kampus, supir Uncle yang mengantarku.

Mobil berhenti di pom bensin, aku menunggu sambil membuka buku, mempelajari materi yang sempat tertinggal. Namun di sebelah sana, kulihat mobil Erick yang juga mengisi bensin. Sama seperti kemarin, kaca pintu mobilnya terbuka lebar, menampakkan Erick yang tengah bersama Pricsilla.

Mobil Erick jalan. Haruskah aku mengejar? Bagaimana dengan kuliahku?

Kubuka ponsel, menggulir layar pada kontak pesan Erick.

"Kau di mana? Bisa kita bertemu?" pesan terkirim, centang dua abu-abu berubah biru, aneh. Karena Erick sedang menyetir, tapi dia bisa membalas pesan masuk secepat ini, atau mungkin Pricsilla yang membukakannya.

"Kapan, sayang? Jangan sekarang, aku sedang mengantar mom ikut senam, bagaimana kalau nanti malam?"

Mengantar mom? Senam? Bohong.

"Oke, kutunggu kau di cafe malam ini."

"Baik, aku merindukanmu,"

"Aku juga,"

Tulisan online di room chat Erick berubah menjadi terakhir dilihat. Mobil yang kutumpangi juga sudah melaju menuju kampus, ada perasaan aneh berkecamuk mengusik ketenangan hati, entah mengapa aku begitu yakin jika sesuatu pasti terjadi. Hubungan antara Erick dan Pricsilla. Tidak mungkin jika mereka hanya teman.

***

Aku dan Erick duduk di kursi ruang pantry, saling berhadapan, Bass memberikan waktu 10 menit untuk kami bicara, selama itu, dia yang akan mengendalikan cafe.

"Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanyaku langsung.

"Apa? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti,"

"Jujurlah, Erick, jika kau sudah tak lagi mencintaiku, dan ingin meninggalkanku, maka aku akan melepaskanmu,"

"Apa maksudmu? Apa yang kau bicarakan? Aku sangat mencintaimu, bagaimana kau bisa mengatakan itu?" tangan Erick meraih kedua tanganku, menggenggamnya erat kemudian mengecupinya.

"Ada apa? Hem?" tanya Erick lagi.

"Aku melihatmu bersama Pricsilla beberapa kali,"

Erick tersenyum tipis, ia kemudian berdiri, memelukku hangat, hingga wajahku menghadap dadanya. Ia mengelus rambutku, menciumi puncak kepalaku.

"Dia memintaku untuk menjadi mentornya, untuk mengerjakan tugas kuliah, itu kenapa kami sering bersama, kenapa kau tidak menyapaku jika melihat? Hem?"

Benarkah yang dikatakan Erick?

"Kau cemburu?"

Aku menggeleng pelan.

"Iya, kau cemburu," Erick menekan hidungku seperti anak kecil.

"Erick, hentikan. Retaniaku cemburu," tawa Erick menggelegar.

"Erick, diam." kami tertawa bersama, meski hatiku sangat ragu, tapi aku harus bersabar untuk saat ini, Erick tak mau mengaku.

Benar kata orang, sudah jelas terbukti pun kesalahan seorang pria di depan mata, dia tidak akan pernah mengakuinya, justru jika kita terus memaksa, maka kitalah yang hanya akan terlihat seperti orang gila.

***

Aku masuk ke dalam mobil Erick, ia menungguiku selama aku bekerja tadi, dengan memainkan ponsel duduk tenang di kursi pelanggan, menghabiskan dua cangkir coffee latte yang kusajikan. Kini dia akan mengantarku pulang.

"Sayang," Erick menyentuh tanganku, mendekatkan wajahnya padaku.

"Erick?"

Dia semakin mendekat, menarik tengkukku memiringkan wajahnya, mencium bibirku kemudian melu.matnya.

Aku tidak nyaman, ingin rasanya kudorong dada Erick agar ia berhenti menciumku, tapi aku tidak tega, Erick sudah menungguku begitu lama, dan sebagai seorang laki-laki, aku tahu, dia membutuhkannya.

Kupejamkan kedua mataku mencoba menikmati meski sulit, namun bayangan wajah Tuan Leonel tiba-tiba datang mengganggu.

Refleks, aku mendorong dada Erick. Nafasku tersengal. Tuan Leonel, kenapa aku harus melihat wajahnya bahkan saat kedua mataku terpejam?

"Why? Kau selalu menolakku, apa kau tidak sungguh-sungguh mencintaiku?" protes Erick sangat kesal.

"Sorry, sorry, b-bu bukan, bukan begitu, aku_ emmpphh," belum sempat aku menjelaskan, Erick sudah kembali menciumku, ia bahkan mencengkeram kedua tanganku dan mendesakku pada pintu mobil.

"Emmpphh!"

Erick menciumku dengan kasar, membuatku gugup, takut jika dia tak bisa mengendalikan diri.

"E_rick?"

"Eemmpphh!"

"DUGH!"

Sesuatu menabrak mobil Erick dari belakang, membuat mobil tergoyang dan sontak Erick melepaskan ciumannya di bibirku.

"S.hi.t.t, siapa yang menabrak mobilku?" teriak Erick marah.

Ia lekas keluar dari mobil. Nafasku masih terengah namun aku merasa lega, siapapun orang itu, aku harus berterima kasih padanya karena telah menolongku, secara tidak langsung.

Kudengar Erick yang berteriak marah-marah, kulihat pantulan mereka dari kaca spion. Erick berdiri berhadapan dengan seseorang yang berdiri tegap sangat tenang, berpakaian setelan jas berwarna hitam.

"Emilio?"

***

Terpopuler

Comments

VS

VS

Waah permainan masi harus nunggu sampe bab 20 nih

2022-11-27

0

There ajha

There ajha

bkn erdhan tp deren x mksdnya thor

2022-08-11

0

Nurjayani Yani

Nurjayani Yani

good,,manusia es😂

2022-08-09

0

lihat semua
Episodes
1 Mendatangi mansion
2 Ke kamar tuan Leonel
3 Menyerahkan diri
4 Bertemu Di Seminar
5 Datang ke cafe
6 Diantar pulang
7 Tumpangan ke rumah sakit
8 Pergi menemui Tuan Dankar
9 Menemui Tuan
10 Datang ke apartemen Erdhan
11 Bertemu Darren
12 Monster
13 Bersama Erick
14 Mainan ranjang
15 Dibantu Bass
16 Diminta ke kamar
17 Ketiduran
18 Meta?
19 Mommy,,,
20 Hasil tes
21 Mengenang
22 Ke cafe bersama Darren
23 Darren patah hati
24 Cerita Sisil
25 Moment bersama
26 Pergi ke Club.
27 Pemandangan yang tak enak
28 Kau cemburu?
29 Pesan yang terabaikan
30 Tugas selesai
31 Perasaan yang menyiksa
32 Block
33 Ucapan selamat tinggal
34 Dua kisah yang berbeda
35 POV Leonel 1
36 POV Leonel part 2
37 POV Leonel part 3
38 POV Leonel part 4
39 POV Leonel part 5
40 POV Leonel part 6
41 3 tahun kemudian
42 Mr, CEO baru
43 Sedikit bermain
44 Ke mall bersama
45 Bayaran kecil
46 Ia melakukannya
47 Keputusan Leonel
48 Pov Author
49 Laura
50 Re datang
51 Perdebatan
52 Makan siang bersama Erdhan
53 Mereka Bertemu
54 Dia datang
55 Kembalilah padaku
56 Flash back on
57 Satu kecupan halus
58 Bangun pagi
59 Nyonya Annora datang
60 Vila?
61 Kebakaran
62 Matahari yang tenggelam
63 Bab #63
64 Bab #64
65 Bab #65
66 Tersangka sebenarnya
67 Bab #67
68 Bab #68
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Mendatangi mansion
2
Ke kamar tuan Leonel
3
Menyerahkan diri
4
Bertemu Di Seminar
5
Datang ke cafe
6
Diantar pulang
7
Tumpangan ke rumah sakit
8
Pergi menemui Tuan Dankar
9
Menemui Tuan
10
Datang ke apartemen Erdhan
11
Bertemu Darren
12
Monster
13
Bersama Erick
14
Mainan ranjang
15
Dibantu Bass
16
Diminta ke kamar
17
Ketiduran
18
Meta?
19
Mommy,,,
20
Hasil tes
21
Mengenang
22
Ke cafe bersama Darren
23
Darren patah hati
24
Cerita Sisil
25
Moment bersama
26
Pergi ke Club.
27
Pemandangan yang tak enak
28
Kau cemburu?
29
Pesan yang terabaikan
30
Tugas selesai
31
Perasaan yang menyiksa
32
Block
33
Ucapan selamat tinggal
34
Dua kisah yang berbeda
35
POV Leonel 1
36
POV Leonel part 2
37
POV Leonel part 3
38
POV Leonel part 4
39
POV Leonel part 5
40
POV Leonel part 6
41
3 tahun kemudian
42
Mr, CEO baru
43
Sedikit bermain
44
Ke mall bersama
45
Bayaran kecil
46
Ia melakukannya
47
Keputusan Leonel
48
Pov Author
49
Laura
50
Re datang
51
Perdebatan
52
Makan siang bersama Erdhan
53
Mereka Bertemu
54
Dia datang
55
Kembalilah padaku
56
Flash back on
57
Satu kecupan halus
58
Bangun pagi
59
Nyonya Annora datang
60
Vila?
61
Kebakaran
62
Matahari yang tenggelam
63
Bab #63
64
Bab #64
65
Bab #65
66
Tersangka sebenarnya
67
Bab #67
68
Bab #68

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!