Tumpangan ke rumah sakit

"Dia memiliki seorang putra?" gumamku lirih penuh tanda tanya.

***

Aku baru saja selesai mandi, mengenakan setelan baju tidur celana panjang dan kemeja lengan pendek, bermotif bulan bintang warna biru, menggulung rambut yang basah dengan handuk sehabis keramas. Cari mati memang tidur di larut malam yang sangat dingin seperti ini, ditambah keramas pula. Badanku sampai menggigil dan terpaksa mematikan AC.

Kuraih ponsel di atas nakas dekat ranjang tidur, membuka aplikasi IG melihat beberapa postingan teman yang muncul di beranda. Kebiasaan sebelum tidur.

Kulike satu persatu postingan yang muncul, dan satu postingan IG seorang teman kampus menarik perhatianku lebih lama.

Pricsilla12_00

Pricsilla adalah teman sekelasku di kampus, hubungan kami cukup baik meski tak begitu dekat, dalam unggahan IGnya, ia memposting sebuah foto selfie dirinya sendiri, tapi ada yang menarik perhatianku, ia tengah berada di dalam sebuah mobil yang sangat kukenal. Apalagi sebuah bantal Minion di jok belakang yang nampak sebagai background gambar, itu adalah bantal yang biasa kupakai jika aku dan Erick tengah dalam perjalanan jauh.

Mobil Erick, apakah Pricsilla naik di mobil Erick? Berdua? Kapan? Apa mereka berteman?

Aku mulai over thinking, memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi, atau tidak, tentang hubungan di antara mereka, ada rasa kurang suka yang menyergap relung hati, cemburu? Mungkin, meski aku belum yakin mencintai Erick sepenuhnya, namun kami sudah berkomitmen, dan jika ada pengkhianatan yang Erick lakukan, aku tentu tidak akan terima. Karena aku tidak suka penghianatan, dalam bentuk apapun.

Kugerakkan cepat kedua jempolku untuk memberikan unggahan Pricsilla sebuah komentar.

Reta_N14

"Cantik,"

Tulisku di kolom komentar, setelah itu kututup aplikasi IG dan menaruh ponsel kembali ke atas nakas, membuka handuk yang menggulung kepala, menaruhnya di gantungan, kemudian membaringkan tubuh yang serasa remuk karena kelelahan di atas ranjang, menerawang ke arah langit-langit kamar tentang dua hal yang kini memenuhi isi kepala, Tuan Leonel yang sudah memiliki seorang anak, dan juga Pricsilla yang mungkin naik mobil Erick.

Malam membawaku tidur dalam lelap, mengistirahatkan tubuh untuk memulihkan energi yang telah terkuras hari ini. Melupakan sejenak segala sesuatu yang mengganggu pikiran.

***

"Aku berangkat!" seruku mencium pipi Kak Rachel yang tengah memasak di dapur.

"Sepagi ini? Tidak sarapan dulu?"

"Nanti siang aku pulang!" seruku sambil berlari ke luar dari dapur.

Kak Harry tengah fokus pada laptop di sofa ruang tamu.

"Kak, aku berangkat!" aku mencium pipi Kak Harry sekilas.

"Hem,,,," gumamnya enggan menanggapi lebih, masih fokus dengan layar laptopnya.

Kak Harry memang gencar mencari pekerjaan, selain itu, ia juga membuat aplikasi permainan yang lumayan menghasilkan pounds untuk mencukupi kebutuhan.

***

Aku berlari menyusuri trotoar jalan menuju halte bus, bukan menuju kampus, tapi rumah sakit, kuterima kabar Crishtie yang masuk rumah sakit pagi ini, asisten rumahnya yang menghubungiku.

"Nona Crishtie jatuh pingsan di kamar mandi, Nona Re. Tolong segera kemari, saya merasa takut menjaganya seorang diri, Tuan dan Nyonya masih belum bisa saya hubungi," ujar Nory, assiten rumah Crishtie, suaranya yang bergetar dan isak tangisnya jelas terdengar sangat panik dan cemas.

Bus tingkat merah yang kutuju hampir melaju, aku berlari mengejar sambil terus meneriaki dari kejauhan, terlambat, bus itu meluncur cepat meninggalkanku yang baru sampai di halte.

"Aahh,,,, sial!" kesalku memukul udara, Napasku terengah dan dadaku sesak, namun perjuanganku terasa percuma, aku harus bersabar untuk menunggu kedatangan bus selanjutnya.

Kubuka tas punggungku, merogoh ke dalam mengambil ponsel yang tadi kusimpan. Terdapat banyak panggilan tak terjawab dari Nory, dan aku menekan panel telepon untuk menghubungi kembali.

Tak butuh waktu lama untuk sambungan teleponku diterima.

"Nona Re?"

"Bagaimana kondisi Crishtie?"

"Dokter yang memeriksanya masih belum keluar, Nona Crishtie masih dirawat di ruang IGD, Nona, cepatlah datang, saya takut!" kudengar isak tangis Nory semakin kencang, membuatku semakin gugup.

"Aku sedang dalam perjalanan, sebentar lagi sampai," bohongku, setidaknya kuharap itu bisa sedikit menenangkan hati Nory yang cemas. Setelah itu kumatikan sambungan telepon.

Bus tingkat merah yang kutunggu tak kunjung tiba, kenapa di saat butuh dan gugup seperti ini malah tak muncul juga transportasi yang kutunggu, haruskah aku memesan taksi online? Menambah sedikit biaya pengeluaranku hari ini untuk bisa segera menemui Crishtie.

Kugulir layar ponsel pada aplikasi taksi online, baru beberapa saat aku hendak membuat permintaan layanan, sebuah mobil hitam yang cukup familiar berhenti di depanku.

"Butuh tumpangan, Nona?"

Aku mendongak, melihat seseorang yang bicara padaku menawari tumpangan yang memang sangat kubutuhkan. Tuan Leonel.

***

"Tuan, bisakah kau melajukan mobilnya lebih cepat?" tanyaku gugup, pada pria yang semalam menemani Tuan Leonel, yang kini juga duduk di jok kemudi.

Tak ada jawaban yang kudapatkan, dari arah kaca reer-vision kulihat mata pria yang mengemudi bertemu kontak dengan mata Tuan Leonel, dan Tuan Leonel mengangguk pelan, barulah kurasakan laju mobil semakin kencang.

"Siapa yang sakit, Nona? Apa Kakakmu yang pernah kau ceritakan waktu itu?" tanya Tuan Leonel, kami duduk bersebelahan.

Aku menggeleng pelan, entah kenapa di pertemuan kami kali ini kurasakan hal yang berbeda, aku tak ingin menghindarinya dan aku merasa biasa saja, tak lagi merasa takut maupun terintimidasi.

Bahkan jika diperhatikan lagi lebih seksama, meski ia sudah berkepala tiga, Tuan Leonel sangat terlihat tampan, sorot matanya yang sesekali teduh, berubah tajam, dihiasi alis tebal yang berbentuk berwarna hitam, hidung mbangir yang mancung, rahangnya yang tegas, dahi seksi sedikit berurat di bagian pelipisnya, dan tatanan rambut yang rapi kekinian, juga jambang halus yang menghiasi sekitar wajah. Kulit Tan, tubuh tinggi tegap berotot, sempurna dengan perut sixpck yang sudah pernah kulihat seluruhnya. Cukup, tidak perlu kudeskripsikan seluruh bentuk tubuhnya.

"Bukan, temanku, Crishtie, yang sakit," jawabku jujur.

"Lalu kakakmu?"

Aku mendongak, menatapnya dengan tatapan berbeda, Tuan Leonel menanyakan Kak Rachel, apa aku tidak salah dengar? Ternyata dia memang tak seburuk itu, ia masih memiliki sedikit hati seperti manusia normal pada umunya.

Kualihkan pandanganku ke depan, melihatnya yang duduk santai bersandar di punggung jok, melipat kedua tangan sedada, dan kaki kanannya bersilang di atas kaki kirinya, membuat hatiku sedikit merasakan desiran aneh yang terasa hangat. Dia memang sangat tampan dan berkharisma.

"Dia baik, setelah mendapat donor hati, dan uang yang anda berikan pada saya, untuk biaya pengobatan,"

Tuan Leonel diam, tak lagi menanggapi, aku sedikit sungkan, memalingkan muka melihat ke luar dari kaca pintu mobil.

"Re?"

Aku menoleh, menatapnya yang juga melihat ke arahku,

"Iya, Tuan?"

"Bagaimana dengan tawaranku semalam?"

Aku terdiam, tak memiliki jawaban.

"Belum saya pikirkan, Tuan!" jawabku jujur.

Tuan Leonel kembali terdiam, dan kami melanjutkan perjalanan dalam keheningan, sampai mobil memasuki halaman rumah sakit. Berhenti di area parkir.

"T-tuan?" kuberanikan diri untuk mengatakan sesuatu yang sudah lama terpendam.

"Hem?"

"Terimakasih,"

"Hem!" ia mengangguk, masih dengan posisinya yang sama, duduk santai bersandar pada punggung jok, dengan tangan yang masih sedekap di bawah dada, dan kaki panjangnya yang menyilang. Menatap lurus ke depan, sama sekali tak berniat melihatku.

"Terimakasih karena sudah menolong saya hari itu, sekali lagi terimakasih," ucapku lirih, hatiku nyeri saat mengatakannya, bahkan kini mataku mulai buram karena genangan air mata yang kutahan.

"Aku tidak memberikan bantuan itu secara percuma, kau sudah memberikan kepuasan dengan melayaniku sangat baik malam itu, sebagai mainan ranjangku," jawabnya menegaskan, sempurna membuat hatiku merasa semakin ngilu.

Aku menunduk, malu.

"Yah, aku tahu, tapi,,,, apa pun itu, aku tetap ingin berterimakasih, juga tumpangan anda kali ini," aku menundukkan kepala sedikit menghadapnya, kemudian membuka pintu, keluar dari mobil. Dan berlari menuju ruang IGD, untuk menemui Crishtie, atau Nory.

***

Terpopuler

Comments

VS

VS

Sama2 overthinking juga …kalau bs mw nyewa detektif dah untuk menyelidiki si erick ini

2022-11-27

1

Ismuto'ati Ismuto'ati

Ismuto'ati Ismuto'ati

Leon kamu sebenarnya orang baik. tapi kata2 mu selalu j bikin Re sedih.. ". mainan ranjang "

2022-08-07

0

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

pasti sire dikhianati sahabatnya

2022-08-03

0

lihat semua
Episodes
1 Mendatangi mansion
2 Ke kamar tuan Leonel
3 Menyerahkan diri
4 Bertemu Di Seminar
5 Datang ke cafe
6 Diantar pulang
7 Tumpangan ke rumah sakit
8 Pergi menemui Tuan Dankar
9 Menemui Tuan
10 Datang ke apartemen Erdhan
11 Bertemu Darren
12 Monster
13 Bersama Erick
14 Mainan ranjang
15 Dibantu Bass
16 Diminta ke kamar
17 Ketiduran
18 Meta?
19 Mommy,,,
20 Hasil tes
21 Mengenang
22 Ke cafe bersama Darren
23 Darren patah hati
24 Cerita Sisil
25 Moment bersama
26 Pergi ke Club.
27 Pemandangan yang tak enak
28 Kau cemburu?
29 Pesan yang terabaikan
30 Tugas selesai
31 Perasaan yang menyiksa
32 Block
33 Ucapan selamat tinggal
34 Dua kisah yang berbeda
35 POV Leonel 1
36 POV Leonel part 2
37 POV Leonel part 3
38 POV Leonel part 4
39 POV Leonel part 5
40 POV Leonel part 6
41 3 tahun kemudian
42 Mr, CEO baru
43 Sedikit bermain
44 Ke mall bersama
45 Bayaran kecil
46 Ia melakukannya
47 Keputusan Leonel
48 Pov Author
49 Laura
50 Re datang
51 Perdebatan
52 Makan siang bersama Erdhan
53 Mereka Bertemu
54 Dia datang
55 Kembalilah padaku
56 Flash back on
57 Satu kecupan halus
58 Bangun pagi
59 Nyonya Annora datang
60 Vila?
61 Kebakaran
62 Matahari yang tenggelam
63 Bab #63
64 Bab #64
65 Bab #65
66 Tersangka sebenarnya
67 Bab #67
68 Bab #68
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Mendatangi mansion
2
Ke kamar tuan Leonel
3
Menyerahkan diri
4
Bertemu Di Seminar
5
Datang ke cafe
6
Diantar pulang
7
Tumpangan ke rumah sakit
8
Pergi menemui Tuan Dankar
9
Menemui Tuan
10
Datang ke apartemen Erdhan
11
Bertemu Darren
12
Monster
13
Bersama Erick
14
Mainan ranjang
15
Dibantu Bass
16
Diminta ke kamar
17
Ketiduran
18
Meta?
19
Mommy,,,
20
Hasil tes
21
Mengenang
22
Ke cafe bersama Darren
23
Darren patah hati
24
Cerita Sisil
25
Moment bersama
26
Pergi ke Club.
27
Pemandangan yang tak enak
28
Kau cemburu?
29
Pesan yang terabaikan
30
Tugas selesai
31
Perasaan yang menyiksa
32
Block
33
Ucapan selamat tinggal
34
Dua kisah yang berbeda
35
POV Leonel 1
36
POV Leonel part 2
37
POV Leonel part 3
38
POV Leonel part 4
39
POV Leonel part 5
40
POV Leonel part 6
41
3 tahun kemudian
42
Mr, CEO baru
43
Sedikit bermain
44
Ke mall bersama
45
Bayaran kecil
46
Ia melakukannya
47
Keputusan Leonel
48
Pov Author
49
Laura
50
Re datang
51
Perdebatan
52
Makan siang bersama Erdhan
53
Mereka Bertemu
54
Dia datang
55
Kembalilah padaku
56
Flash back on
57
Satu kecupan halus
58
Bangun pagi
59
Nyonya Annora datang
60
Vila?
61
Kebakaran
62
Matahari yang tenggelam
63
Bab #63
64
Bab #64
65
Bab #65
66
Tersangka sebenarnya
67
Bab #67
68
Bab #68

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!