"Aku sampai jauh-jauh datang ke mari karena merindukan mainan ranjangku, Nona!"
***
Aku melangkah pergi, tak mampu mendengar lebih banyak lagi penghinaan dari Tuan Leonel, juga tak memiliki kuasa untuk melawannya.
Sesampainya di meja pantry, aku menyobek catatan pesanannya, menempelkannya pada dinding pesanan dengan kesal.
"Kau kenapa?" tanya Bass, dia adalah Barista cafe.
"Segera buat pesanan ini, kita kedatangan tamu agung," ucapku sembarangan. Kemudian meraih nampan berisi kopi yang sudah siap saji untuk kubawa ke meja pelanggan yang lain.
Saat aku melewati meja Tuan Leonel, ia terus mengawasiku, seperti aku ini adalah buronan, atau target bidikan, dan aku terus bersikap acuh mengabaikannya berusaha agar tetap tenang.
"Silahkan," ucapku sopan pada sepasang muda-mudi, menyajikan kopi pesanan mereka.
Aku berbalik, kembali melangkah menuju pantry, namun seseorang menarik tanganku hingga aku duduk di pangkuannya.
Tuan Leonel.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" gumamku rendah tertahan. Seketika kami menjadi pusat perhatian orang-orang.
"Kalau jalan, lain kali hati-hati, Nona." ucapnya seolah memberi jawaban pada seluruh pelanggan cafe apa yang barusan terjadi. Dengan kata lain aku yang tak hati-hati sehingga jatuh ke dalam pangkuannya. Menjijikkan.
Aku berdiri, merapikan rok mini yang kukenakan, dan menghentakkan kaki berjalan dengan kesal, namun senyum puas dari bibir Tuan Leonel terus mengembang, membuatku ingin mengumpat karena kesal.
"Dasar maniak!" gumamku marah saat aku sudah sampai di pantry.
"What's wrong, girl?" tanya Bass, memberikan nampan lain yang berisi dua ekspersso, pesanan Tuan Leonel dan temannya.
"Bisa kau membantuku?" tanyaku penuh harap.
"What?" tanya Bass memicingkan mata.
"Kau saja yang mengantarkan pesanan ini ke meja mereka, kumohon!" pintaku seraya memohon dengan gaya sedikit manja.
Bass terdiam, ia nampak berpikir sesaat, melihat ke arah meja Tuan Leonel yang masih terus melihatku.
"Okay, kau berhutang satu bantuan padaku," ujar Bass setuju, ia melangkah membawa nampan itu bersedia membantuku, namun ia menghitung kebaikannya ini sebagai hutang yang harus kubayar.
"Fine," jawabku sambil mendorong pelan tubuhnya agar segera bergerak.
Tatapan mataku dan Tuan Leonel saling bertemu, mengunci cukup lama dalam diam dengan jarak cukup jauh. Bass yang mengantar pesanannya, dan aku mencebik penuh kemenangan karena berhasil menghindarinya.
Malam semakin larut, satu persatu para pelanggan telah meninggalkan cafe, kami tutup saat pukul 11 malam. Dan Tuan Leonel masih berada di tempatnya.
Bukankah itu terlalu aneh? Untuk orang besar sepertinya yang membuang-buang waktu hanya untuk duduk di sana menghabiskan tiga cangkir ekspresso? Bahkan dia pernah mengatakan padaku dulu bahwa waktunya sangat mahal, tapi kali ini dia sendiri yang membuang-buang waktu, tidak konsisten.
Aku merapikan meja pantry, setelah bersih dan rapi, aku mulai merapikan meja dan kursi pelanggan, Bass nampak berbicara dengan Tuan Leonel jika cafe kami harus segera tutup, dan untunglah, itu berhasil, Tuan Leonel beserta temannya berdiri, kemudian keluar dari cafe.
Jika kuperhatikan, Tuan Leonel tidaklah semenyeramkan seperti saat pertama aku kenal, maksudku, dia tidak seburuk itu, karena aku yakin, andai ia mau, dengan kekuasaannya, ia akan mudah menghubungi pemilik cafe sederhana ini dan mengunciku, tapi itu tak ia lakukan. Lalu kenapa? Entahlah.
Aku menghembuskan napas lega melihat kepergiannya. Bass menghampiriku yang tengah menata kursi.
"Siapa dia? Aku tahu dia datang ke mari untuk dirimu, bahkan dia tak melepas pandangannya barang sedetik pun darimu, kau juga terlihat jelas jika kau menghindarinya, apa sesuatu terjadi di antara kalian?"Bass membantuku menata kursi, juga mencercaku dengan berbagai pertanyaan.
"Dia iblis yang menjelma sebagai manusia," jawabku ketus membuat Bass tertawa.
"Iblis setampan itu, siapapun tidak akan menyesal untuk bisa bersama dengannya."
"Cih, tahu apa kau?" kudorong pelan dada Bass, dan aku melewatinya. Menuju ruang staf untuk berganti pakaian serta mengambil tasku.
"Kenapa tidak? Aku juga mau dengannya, jika dia mau denganku," ujar Bass seraya tertawa.
Aku mencebik kasar mendengar jawaban Bass, dia memang pria yang kehilangan jalan yang benar, kau tahu? Pisang makan pisang. Yah, begitulah.
"Diam kau, Bass!" teriakku dari dalam ruang staf.
***
Pukul 00:13.
Kumatikan ponsel setelah melihat jam di layar, memasukkannya kembali ke dalam tas, kemudian berjalan kaki untuk pulang, jarak rumah dan cafe tempatku bekerja memang tak begitu jauh, hanya butuh 30 menit waktu tempuh untuk bisa sampai di rumah dengan berjalan kaki.
"Sseett!"
Sebuah mobil hitam berhenti di dekatku yang menyusuri trotoar.
"Masuklah, biar kuantar!"
Aku terperangah tak percaya, bagaimana Tuan Leonel masih ada di sekitar sini padahal ia sudah keluar dari cafe dari pukul 11 tadi? Apa dia sengaja menungguku? Kalau hanya kebetulan lewat, kurasa itu tidak mungkin.
"Tidak, terimakasih, rumahku cukup dekat." tolakku kembali melangkah menjauhinya.
Aku kembali berjalan dengan langkah yang lebih cepat, namun mobil Tuan Leonel kembali bergerak mengikutiku dan sekali lagi berhenti.
"Masuklah, aku sudah menunggumu sedari tadi," kini nada bicaranya terdengar lebih sopan dan lebih halus. Hatiku ragu, haruskah aku masuk dan bersedia menerima tawarannya untuk mengantarku pulang? Tapi, bukankah menolak seorang Leonel Dankar adalah hal yang percuma? Jika dia sudah mengintaiku, maka dia pasti tak akan melepaskanku.
***
"Brak!" kututup pintu mobil setelah aku masuk dan duduk di jok belakang bersebelahan dengan Tuan Leonel. Pria yang tadi menemani Tuan Leonel di cafe sedang mengemudikan mobil, sepertinya dia bawahannya, atau kaki tangannya, asistennya, atau apalah, aku belum tahu pasti.
Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang, namun sebentar lagi kami akan sampai, padahal rasanya aku baru masuk dan baru duduk.
"Berhentilah bekerja di cafe, kau tidak memiliki cukup waktu untuk istirahat jika kau menghabiskan separuh waktu malammu," ujar Tuan Leonel menyita perhatianku.
"Aku membutuhkan uang, hidup di London tidaklah mudah. Semua membutuhkan uang," jawabku lugas.
"Datanglah ke rumahku, kau akan mendapatakan pekerjaan yang lebih ringan dan tak memakan banyak waktu,"
Kedua mataku membola, menatapnya tajam dengan rasa kesal di dada.
"Biar kukatakan sekali lagi, Tuan. Aku tidak akan menjual tubuhku pada anda, yang kulakukan kemarin, semua itu karena keterpaksaan, jadi_"
"Aku butuh guru pengajar," ucap Tuan Leonel memutus ocehanku.
"Apa maksud anda?" mobil sudah berhenti di depan rumahku, tapi aku belum keluar dan masih melanjutkan obrolan dengan Tuan Leonel.
"Putraku membutuhkan guru yang bisa mengajarinya pelajaran sekolah, kau bisa datang ke rumah mulai besok jika kau bersedia, aku akan memberimu gaji tinggi seperti karyawan kantor yang sudah terverifikasi, jika kau berhasil mengajarinya, dan putraku bersedia kau menjadi guru pengajarnya."
Dahiku mengernyit. Aku tak begitu memahami apa yang Tuan Leonel katakan, atau sebenarnya paham, tapi sulit untuk kucerna.
"K-ka kau,,,, s-su sudah memiliki anak?"
"Yah," jawabnya santai, menatap datar lurus ke depan, sama sekali tak menatapku.
Aku terdiam, cukup tercengang mendengar fakta itu, Tuan Leonel ternyata sudah memiliki seorang putra, dan aku tak tahu apa-apa. Apa dia juga sudah memiliki istri? Atau seorang kekasih? Lantas bagaimana dia bisa membawaku ke dalam kamarnya waktu itu jika dia memiliki seorang wanita?
"A-a apa,,,, kau seorang duda?"
"Keluar!" usirnya cepat. Membuatku berjingkat, kaget.
"Atau kau ingin ikut pulang ke rumahku malam ini, Nona?" Tuan Leonel menoleh ke arahku, menatapku dengan sorot matanya yang nakal. Bahkan wajah kami terlampau dekat dalam posisi ini.
"T-ti tidak, tidak!" aku menggeleng cepat, menarik diri mundur, membuka pintu dan segera keluar dari mobilnya.
Mobil itu meluncur cepat membelah jalan sepi kota London, kala pintunya sudah kututup dari luar. Kurasakan debaran tak biasa dalam hatiku, sampai aku menyentuh dadaku sendiri dan jantungku benar-benar berdegup kencang, sebuah debaran yang sangat menggila, tapi bukan seperti debar-debar lalu oleh rasa takut, ini berbeda. Ada sesuatu yang salah.
"Dia memiliki seorang putra?" gumamku lirih penuh tanda tanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
VS
Diliat dr cara author mendeskripsikan leonel🤔🤔tak mungkin dy itu duda..masih muda ini…plus tampan
2022-11-27
0
panty sari
apakah akan jadi pendamping CEO atau hanya pemuas ranjang saja
2022-10-26
0
mama yuhu
dahhh.. Terima sj.. mayannnn dpt jackpot 😁☺😉
2022-08-04
1