Datang ke cafe

"Re, aku duluan, ya? Atau kau mau bareng?" tanya Crishtie saat kita melewati koridor kampus.

"Tidak, kau duluan saja, aku ingin ke toilet dulu," jawabku.

Crishtie pergi dan aku berjalan menuju toilet. Sampai pada saat aku melewati koridor yang sangat sepi lumayan gelap, karena hanya satu lampu yang menyala sehingga cukup remang, seseorang tiba-tiba membekap mulutku.

"Emmpph!" ia menarikku dan mengunci tubuhku di dinding.

"Long time no see, Nona?"

DEG

***

"Hah, hah, hah," Tuan Leonel melepas tangannya yang membekap mulutku saat aku hampir kehabisan oksigen, Napasku tersengal dengan dada naik turun, dan aku terkejut.

Bagaimana Tuan Leonel tiba-tiba ada di sini? Menarikku?

Aku menatapnya tak kalah tajam, menutup rasa takut dengan sisa keberanian.

"Kita tidak memiliki urusan apapun, Tuan. Jadi jangan menggangguku dan biarkan aku pergi," aku hendak melangkah ke sisi kiri, namun tangan kekar Tuan Leonel sebelah kanan menahan dinding mengunci pergerakanku.

Aku berpindah ke sisi kanan, dan yang terjadi sama, tangan kirinya menahan dinding.

"Apa maumu?" tanyaku langsung pada intinya.

"I want you, again," jawabnya dengan suara berat yang parau, sorot matanya berubah sayu. Dan dia memperhatikan bibirku.

Tubuhku gemetaran, bayangan malam itu kembali berputar memenuhi pikiran. Betapa Tuan Leonel yang bermain dengan brutal. Mereguh kenikmatan dari menjamah tubuhku, mendesak diriku, bedkali-kali, lagi dan lagi.

"No, I don't!" jawabku lugas.

"Kenapa? Kau tidak merindukanku, Nona?" jemarinya mengelus wajahku lembut, sangat pelan, membuat tubuhku meremang, bulu kudukku berdiri dan darahku berdesir hebat.

"No, big no!" jawabku dengan suara yang bergetar.

Dahiku berkeringat, aku panik. Matanya berpindah menatap tajam mataku, kedua manik kami bertemu dan saling mengunci cukup lama dalam diam.

"Aku akan membayarmu mahal,"

Kudorong kasar dada Tuan Leonel hingga tubuhnya mundur sedikit menjauh dariku. Ia tertawa remeh. Mengulum bibir bawahnya menghela napas kasar, kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, bersandar santai pada dinding koridor yang lain.

"Berhenti memandangku sebagai wanita ja.lang, Tuan. Kau tahu alasannya kenapa aku sampai melakukannya, karena aku terpaksa." tangisku pecah meski tanpa suara, buliran-buliran bening itu luruh satu persatu membasahi pipi.

Aku membuka tas, mengeluarkan dompet dan menarik satu kartu dari sana.

"Terimakasih, aku sudah menggunakannya cukup banyak, kurasa itu sudah cukup dengan harga diriku yang anda beli waktu itu, dan saya tidak mau lagi meski kau memberikan seluruh hartamu," kutarik satu tangan Tuan Leonel, menyerahkan kartu miliknya yang pernah ia berikan padaku, dan aku menaruhnya dalam genggaman tangan Tuan Leonel tanpa melepas tautan mata kami yang saling menatap tajam.

"Re?"

Aku menoleh, terkejut, seorang pria yang sudah sangat kukenal suaranya menyerukan namaku.

"Erick?"

"Kau di sini?" Erick mendekat, kutarik tanganku yang menggenggam tangan Tuan Leonel dengan cepat setelah kartu itu berpindah tangan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Baby?"

Erick adalah pacarku, kami menjalin hubungan sejak satu tahun yang lalu.

Gugup, takut, panik, itu yang menderaku saat ini.

"Kau menangis?" tanya Erick menyentuh wajahku.

"Ah, emph, t-ti tidak!" aku menggeleng cepat, mengusap wajahku dengan kasar.

"Mr. Dankar?" Erick baru menyadari seseorang yang ada di depanku. Tuan Leonel mengulas senyum, dan Erick nampak begitu senang, ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Tuan Leonel, dan Tuan Leonel menerima jabatan tangannya.

"Apa yang kalian berdua lakukan di sini? Oh, s.h.i.t, jangan katakan jika pacar saya sampai menangis karena bisa bertemu dan berjabat tangan dengan anda, seperti yang kulihat tadi, kalian sedang berjabat tangan, apa begitu, Mr. Dankar?" tanya Erick antusias diiringi tawa renyah.

Tuan Leonel tak menjawab, ia hanya mengulas senyum tipis dan melihatku dengan sorot mata yang lagi-lagi tak kumengerti.

"Erick, bisa kita pergi sekarang?" pintaku.

"Sure, Baby! Semua yang kau inginkan," jawab Erick yang memang selalu menuruti permintaanku selama ini.

"Baiklah, Mr. Dankar. Kami harus permisi dulu sekarang, terimakasih telah datang ke kampus kami, aku sungguh merasa sangat senang bisa bertemu dengan orang hebat sepertimu."

Aku menarik tangan Erick agar segera pergi. Meninggalkan Tuan Leonel yang tak memberikan sepatah katapun sebagai tanggapan.

***

Erick mengantarku pulang, ia tadinya ingin mengajakku nonton, tapi aku menolak karena merasa sangat lelah, entahlah, bukan lelah karena fisik, tapi tenagaku seperti terkuras habis usai bertemu dengan Tuan Leonel tadi di kampus. Bahkan sampai saat ini masih kurasakan tubuhku yang gemetaran.

"Are you okay?" tanya Erick menyadarkanku dari lamunan, mobilnya sudah berhenti di depan rumahku.

"Oh, sorry. Aku benar-benar banyak pikiran akhir-akhir ini, thanks, ya, Rick. Udah anterin pulang," ucapku sambil melepas seatbelt.

"Mau mampir dulu?" tanyaku menawari.

"Tidak, aku akan ke rumah Bern, mau bermain golf." jawabnya menolak untuk mampir.

Aku mengangguk mengerti.

"Baiklah, sampai jumpa,"

"Hei," Erick menahan tanganku yang hendak membuka pintu.

Aku menoleh, dan Erick mendekat.

"Jangan melupakan hadiah kecil yang sudah kunantikan,"

Wajah Erick mendekat, semakin dekat, ia mendaratkan ciuman di bibirku. Aku diam, tak membalas, juga tak menolak.

"I love you," lirih Erick membukakan pintu. Aku hanya tersenyum tipis menanggapi. Kemudian keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah.

Cinta? Apakah aku mencintai Erick? Entahlah, aku tidak yakin, aku bahkan merasa tak ingin jatuh cinta setelah kejadian malam itu, kehilangan kesucianku di tangan Tuan Leonel.

Aku merasa hina, tidak pantas untuk siapa saja, aku merasa diriku telah kotor dan ternoda, tapi Erick menerimaku, ia memperjuangkanku.

kami dipertemukan di sebuah acara kampus, Erick adalah Kakak Seniorku. Kami semakin dekat dari hari ke hari,

Ia kemudian menyatakan cintanya, awalnya aku menolak, namun setelah ia kembali mengatakan perasaannya berulang, kuberanikan diri untuk mengatakan padanya bahwa aku bukanlah gadis suci, aku telah kehilangan mahkotaku, dan Erick tidak mempermasalahkannya. Sejak saat itu, kami resmi jadian.

***

"Baik, akan segera saya sajikan," ucapku sopan pada pelanggan cafe setelah mencatat pesanannya.

Suasana cafe malam ini cukup ramai, sejak tadi aku belum mendapat waktu istirahat untuk sekedar melemaskan kaki yang sebenarnya sudah sangat pegal. Mondar-mandir ke sana ke mari mengantar pesanan.

"Silahkan," kusajikan tiga cangkir kopi di atas meja, beserta tiga potong kebab berisi daging sapi.

"Thankyou," ucap salah seorang pelanggan, dan aku tersenyum sambil mengangguk menanggapi.

"Pelayan!" teriakan seseorang menghentikan langkahku untuk kembali ke pantry. Aku lekas berjalan ke arahnya, yang duduk di meja tengah bersama seseorang yang hanya bisa kulihat punggungnya.

"Selamat malam, silahkan lihat buku menu dan membuat pesanan," ucapku fokus melihat buku catatan yang menggantung di leher, siap mendengar menu yang akan di pesan.

"Dua ekspersso pahit," ujarnya.

"Ada lagi?" tanyaku.

"Menu apa yang paling spesial?"

DEG.

Kuturunkan buku catatan dan melihat pelanggan yang baru saja melontarkan pertanyaan. Pria yang tadi hanya kulihat punggungnya.

"T-tu Tuan Leonel?"

"Kau begitu mengenal suaraku, Nona. Tapi kau tidak begitu pintar untuk mengingat aroma tubuhku, padahal kita sudah pernah bertukar keringat di atas ranjang,"

Tanpa sadar aku meremas buku catatan dalam genggaman, hatiku berdebar dan tiba-tiba terasa nyeri, setiap kali aku brtemu dengannya, itu selalu mengingatkanku dengan malam itu, apa lagi kalimatnya yang seringkali terdengar merendahkanku.

"Aku sampai jauh-jauh datang ke mari karena merindukan mainan ranjangku, Nona!"

***

Terpopuler

Comments

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎

eh eh.. tuan Leonel terbayang bayang terus nih wkwkkw 😂 gimana gak ada duanya yaa 😄

2023-02-01

0

Nini Andriani

Nini Andriani

Tuan Leoniel, liat kondisi dong klo mau ngomong gitu. Masa di tmpt yg rame orang sih 😤😠

2022-09-29

0

Nurjayani Yani

Nurjayani Yani

kan..kan,, pasti mau ituuuhh

2022-08-09

0

lihat semua
Episodes
1 Mendatangi mansion
2 Ke kamar tuan Leonel
3 Menyerahkan diri
4 Bertemu Di Seminar
5 Datang ke cafe
6 Diantar pulang
7 Tumpangan ke rumah sakit
8 Pergi menemui Tuan Dankar
9 Menemui Tuan
10 Datang ke apartemen Erdhan
11 Bertemu Darren
12 Monster
13 Bersama Erick
14 Mainan ranjang
15 Dibantu Bass
16 Diminta ke kamar
17 Ketiduran
18 Meta?
19 Mommy,,,
20 Hasil tes
21 Mengenang
22 Ke cafe bersama Darren
23 Darren patah hati
24 Cerita Sisil
25 Moment bersama
26 Pergi ke Club.
27 Pemandangan yang tak enak
28 Kau cemburu?
29 Pesan yang terabaikan
30 Tugas selesai
31 Perasaan yang menyiksa
32 Block
33 Ucapan selamat tinggal
34 Dua kisah yang berbeda
35 POV Leonel 1
36 POV Leonel part 2
37 POV Leonel part 3
38 POV Leonel part 4
39 POV Leonel part 5
40 POV Leonel part 6
41 3 tahun kemudian
42 Mr, CEO baru
43 Sedikit bermain
44 Ke mall bersama
45 Bayaran kecil
46 Ia melakukannya
47 Keputusan Leonel
48 Pov Author
49 Laura
50 Re datang
51 Perdebatan
52 Makan siang bersama Erdhan
53 Mereka Bertemu
54 Dia datang
55 Kembalilah padaku
56 Flash back on
57 Satu kecupan halus
58 Bangun pagi
59 Nyonya Annora datang
60 Vila?
61 Kebakaran
62 Matahari yang tenggelam
63 Bab #63
64 Bab #64
65 Bab #65
66 Tersangka sebenarnya
67 Bab #67
68 Bab #68
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Mendatangi mansion
2
Ke kamar tuan Leonel
3
Menyerahkan diri
4
Bertemu Di Seminar
5
Datang ke cafe
6
Diantar pulang
7
Tumpangan ke rumah sakit
8
Pergi menemui Tuan Dankar
9
Menemui Tuan
10
Datang ke apartemen Erdhan
11
Bertemu Darren
12
Monster
13
Bersama Erick
14
Mainan ranjang
15
Dibantu Bass
16
Diminta ke kamar
17
Ketiduran
18
Meta?
19
Mommy,,,
20
Hasil tes
21
Mengenang
22
Ke cafe bersama Darren
23
Darren patah hati
24
Cerita Sisil
25
Moment bersama
26
Pergi ke Club.
27
Pemandangan yang tak enak
28
Kau cemburu?
29
Pesan yang terabaikan
30
Tugas selesai
31
Perasaan yang menyiksa
32
Block
33
Ucapan selamat tinggal
34
Dua kisah yang berbeda
35
POV Leonel 1
36
POV Leonel part 2
37
POV Leonel part 3
38
POV Leonel part 4
39
POV Leonel part 5
40
POV Leonel part 6
41
3 tahun kemudian
42
Mr, CEO baru
43
Sedikit bermain
44
Ke mall bersama
45
Bayaran kecil
46
Ia melakukannya
47
Keputusan Leonel
48
Pov Author
49
Laura
50
Re datang
51
Perdebatan
52
Makan siang bersama Erdhan
53
Mereka Bertemu
54
Dia datang
55
Kembalilah padaku
56
Flash back on
57
Satu kecupan halus
58
Bangun pagi
59
Nyonya Annora datang
60
Vila?
61
Kebakaran
62
Matahari yang tenggelam
63
Bab #63
64
Bab #64
65
Bab #65
66
Tersangka sebenarnya
67
Bab #67
68
Bab #68

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!