Bertemu Di Seminar

Sinar matahari pagi memasuki kamar mewah Tuan Leonel melalui kaca jendela tinggi yang telah dibuka tirainya.

Perlahan aku membuka kedua mata lamat-lamat, seluruh tubuhku terasa sakit, pegal dan area intiku di bawah sana sangat perih.

Pikiranku menerawang ke kejadian semalam, Tuan Leonel benar-benar brutal, ia tak terpuaskan. Mengulanginya lagi dan lagi, entah sampai berapa kali, tapi aku tak perlu cemas, khawatir akan hamil, karena Tuan Leonel selalu mengeluarkannya di luar. Meski kami bermain tanpa pengaman.

Kudapati Tuan Leonel yang sudah bersiap di depan cermin meja riasnya, ia nampak rapi dengan setelan formal, mengenakan jam tangan bermerk di pergelangan tangan kirinya.

"Kau sudah bangun?" tanyanya tanpa menoleh.

Aku duduk beringsut ke dipan ranjang, menarik selimut tebal menutupi tubuhku yang polos hingga sebatas dada. Pasti saat ini terdapat banyak tanda kepemilikan yang menghiasi leher, dada dan beberapa titik lainnya di tubuhku, hasil karya Tuan Leonel.

"Mandilah, kau bisa sarapan dulu di rumahku sebelum pergi, jika kau mau. Tapi aku tidak bisa menemanimu lebih lama, yah, meski tak menampik jika aku masih ingin, kau sangat memuaskan, aku suka tubuhmu," ujarnya tanpa malu.

Apakah itu sebuah pujian? Atau penghinaan? Aku benar-benar sudah seperti seorang ja.lang sekarang.

"Pengacaraku sudah mengurus semuanya, Harry sudah dibebaskan,"

Ia mendekat, mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Melempar sebuah kartu ke pangkuanku.

"Hadiahmu, aku tidak peduli akan kau gunakan untuk apa, yang jelas aku sudah membayarmu." tukasnya kemudian pergi begitu saja meninggalkanku keluar dari kamarnya.

Kupejamkan kedua mataku menumpahkan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata, aku sedih, kini aku bukan lagi gadis yang suci, aku telah ternodai.

***

Aku turun melewati tangga mewah berkarpet merah setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian.

Di lantai bawah ruang tengah yang luas dan mewah, kutemui pria tua yang membantuku agar bisa bertemu dengan Tuan Leonel.

"Tuan," sapaku berdiri di belakangnya, ia tengah memberi perintah pada seorang pelayan untuk mengerjakan sesuatu.

Pria tua itu menoleh, melihatku teduh kemudian ia tersenyum tulus.

"Kau boleh pergi," ucap pria tua pada pelayan wanita muda dengan nada bicaranya yang khas, santun dan sopan.

"Baik, Butler!" ujar pelayan wanita muda yang memanggil pria tua dengan sebutan Butler, kepala pelayan.

"Terimakasih," ucapku lirih sepenuh hati.

Pria tua itu semakin tersenyum lebar, mengangguk, mengusap rambutku, kemudian pergi.

Aku keluar dari mansion Tuan Leonel dengan perasaan hampa, yah, aku bahagia mendengar Kak Harry telah dibebaskan, tapi aku juga sedih dengan keadaan diriku saat ini, yang telah ternodai.

***

Waktu demi waktu berlalu.

Kondisi Kak Rachel semakin membaik, ia bahkan sudah bisa menjalani hidupnya secara normal sekarang setelah mendapatkan donor hati, meski sesekali masih harus datang ke rumah sakit untuk kontrol dan check up, tapi setidaknya ia tak lagi batuk darah atau pun jatuh sakit.

Aku menggunakan kartu dari Tuan Leonel untuk membiayai pengobatan Kak Rachel, juga menggunakanya untuk biaya kuliah.

Kak Harry dan Kak Rachel mendesakku untuk mengaku, dari mana aku bisa mendapatkan semua uang itu, dan aku tak memiliki pilihan lain selain berkata jujur pada mereka. Bahwa aku telah menyerahkan diriku pada Tuan Leonel.

Kecewa, itu yang pertama kali tergambar jelas di muka Kak Harry dan Kak Rachel, mereka terpukul dan sangat sedih atas apa yang sudah kulakukan, tapi kami tak memiliki pilihan lain. Selain mencoba menerima semua takdir yang sudah terjadi dengan ikhlas.

***

"Kau berangkat pagi hari ini?" tanya Kak Rachel yang tengah mengoleskan selain kacang ke roti Kak Harry, kami tengah sarapan bersama di meja makan.

"He em!" jawabku hanya bergumam karena tengah mengunyah makanan.

"Ada seminar dari seorang pengusaha, jadi seluruh mahasiswa diwajibkan datang ke kampus, untuk mengikuti materi." jelasku setelah menelan habis makanan di mulutku.

Kuraih segelas susu buatan Kak Rachel, meneguknya habis, mengelap mulut dengan sapu tangan, kemudian mengangkat tas punggung yang semula kuletakkan di kursi sebelah.

"Aku berangkat dulu, terimakasih sarapannya." kucium pipi Kak Rachel dan Kak Harry bergantian. Kemudian berlari kecil keluar dari rumah.

"Hati-hati!" seru Kak Rachel berteriak.

"Yes, Madam!" sahutku yang juga berteriak.

Aku berjalan cepat mengayuh kaki menjauh dari rumah menapaki trotoar jalan menuju halte bus, bus tingkat merah adalah sarana transportasiku sehari-hari, yang akan mengangarku kemana pun aku pergi.

Bus yang kunaiki berhenti di depan kampus, aku turun bersama beberapa mahasiswa lain yang juga menaiki bus yang sama.

"Reta!" suara cempreng seorang gadis yang berlari dari arah parkir mengejarku.

"Pagi, Crishtie," dia sahabatku.

"Pagi, Re."

Kami berjalan beriringan dengan cepat menuju aula kampus, tempat berlangsungnya seminar.

"Apa kau sudah siap dengan bahan speechmu?" tanya Crishtie.

"Yah, aku menyiapkannya semalam. Dan semoga itu bagus," jawabku kurang yakin karena terbatasnya waktu.

Aku ditunjuk untuk maju memberikan speech perwakilan fakultas. Itu membanggakan, tapi juga sedikit mencemaskan, takut apa yang akan aku sampaikan kurang memuaskan.

***

Ruang Aula sudah ramai sesak dengan kehadiran para mahasiswa di bangku masing-masing, aku dan Crishtie duduk bersebelahan di barisan tengah, bangku-bangku di sini tertata semakin ke belakang semakin tinggi.

"Kau tahu siapa pengusaha yang akan datang?" tanya Crishtie saat kami sudah duduk.

Kulepas tasku dan meletakkannya di atas meja.

"Mr. Royal Wimpie," jawabku santai. Membuka ponsel membaca kembali materi yang akan aku sampaikan di depan semua orang.

'Plak!'

"Auw!" satu pukulan dari Crishtie kuterima.

"Royal Wimpie itu nama perusahaannya, bukan nama pemiliknya," ketus Cristie yang membuka tas, mengeluarkan cermin dan lipstik merah kesayangannya.

Lihatlah, bibir merahnya yang masih merona kembali ia olesi lipstik itu, seperti biasa.

"Sama saja." balasku santai.

Aku memang tidak punya banyak waktu untuk mencari tahu, salam penghormatan hanya kutulis atas nama Mr. CEO Royal Wimpie, tak mencari tahu lebih nama asli pemiliknya.

Aku baru mengerjakan bahan speech semalam sepulang dari cafe, yah, aku bekerja paruh waktu mulai pukul 5 sore sampai 12 malam di sebuah cafe tengah kota. Membantu perekonomian keluarga, karena Kak Harry masih menganggur, tidak mudah baginya untuk bisa mendapatkan pekerjaan baru, setelah sebelumnya berita tentang dirinya yang menggelapkan uang perusahaan mencuat ke permukaan.

Suasana yang semula ramai kini hening tiba-tiba. Para dosen, dekan, rektor dan juga petinggi kampus datang memasuki aula. Berbaris di depan, bersama tamu agung yang menjadi alasan utama diadakannya seminar ini.

Tuan Leonel Dankar?

Kedua mataku membulat sempurna saat melihat orang yang sangat kukenal, seseorang yang paling ingin kujauhi dan tak pernah lagi ingin aku temui di dunia ini. Seseorang yang telah merenggut keperawananku meski aku yang merelakannya.

"Re, bangun!" bisik Crishtie yang sudah berdiri.

Aku tersadar dari kacaunya pikiran, semua mahasiswa sudah berdiri memberikan penyambutan pada mereka yang berbaris di depan. Aku kemudian berdiri.

Tuan Leonel sepertinya tak melihatku, tentu saja, aku berkumpul di tengah ratusan mahasiswa, tapi aku mulai berdebar, bagaimana nanti jika saatnya aku maju untuk memberikan speech mewakili fakultas? Dia pasti akan melihatku saat itu.

Acara berjalan lancar, Tuan Leonel Dankar memberikan materi tips sukses di usia muda, ia juga menawarkan lowongan pekerjaan bagi mahasiswa yang ingin bekerja paruh waktu di perusahaannya, selain itu, ia juga memberikan beasiswa untuk beberapa mahasiswa yang membutuhkan. Dan namaku ada dalam salah satu daftar penerima beasiswa itu.

Acara berlanjut, satu persatu mahasiswa perwakilan fakultas maju untuk membacakan visi misi dan juga keluh kesah mereka, dan tibalah giliranku untuk maju.

"Nona Retania Baker, dari fakultas ekonomi." seru MC menyerukan namaku, tepuk tangan terdengar meriah memberikanku semangat.

"Re, semangat!" lirih Crishtie sambil mengangkat tangannya yang terkepal sedikit rendah. Aku tersenyum padanya sambil mengangguk.

Kulangkahkan kakiku menuruni anak tangga menuju depan stage, hatiku berdebar dan jantungku berdegup kencang, bukan karena aku akan membawakan speech mewakili fakultas, tapi aku takut karena Tuan Leonel Dankar yang sudah melihatku, menatapku tajam dengan sorot mata yang sulit kuartikan. Namun aura dingin itu begitu kuat menyelimutinya.

Setelah sampai di stage depan, aku terus berjalan menaiki podium, kemudian berhenti di tablet mic dan aku berbalik untuk melihat audience.

Tak kuhiraukan Tuan Leonel yang duduk di kursi kebesaran urutan barisan paling depan, berjejer dengan para petinggi kampus, terus menatapku tajam. Aku hanya menatap lurus ke para mahasiswa tanpa berniat meliriknya, berpura-pura tak melihatnya adalah jalan ninjaku.

Kutarik napas dalam, menghembuskannya perlahan, menenangkan hati yang bergemuruh riuh.

"Hai, semua, aku Retania Baker, mahasiswi fakultas ekonomi semester 4," kumulai speech dengan bersikap tenang, menjelaskan materi dan aku berhasil menyampaikannya dengan baik.

"Terimakasih, semoga kita semua akan menjumpai kesuksesan," kalimatku terakhir menyelesaikan speech.

Aku turun dari podium, berjalan menaiki anak tangga menuju tempat dudukku, masih mengabaikan Tuan Leonel, yang tadi namanya kusebut saat speech dengan nama perusahaannya. Aku tahu, dia masih menatapku.

"Kau luar biasa, aku bangga padamu," Crishtie memelukku, kubalas dengan tersenyum manis dan juga memeluknya, menyembunyikan rasa tak karuan dalam lubuk hati yang akan Crishtie mengerti.

***

Acara seminar telah usai, mahasiswa mulai menyebar ke tempat tujuan masing-masing.

"Re, aku duluan, ya? Atau kau mau bareng?" tanya Crishtie saat kita melewati koridor kampus.

"Tidak, kau duluan saja, aku ingin ke toilet dulu," jawabku.

Crishtie pergi dan aku berjalan menuju toilet. Sampai pada saat aku melewati koridor yang sangat sepi lumayan gelap, karena hanya satu lampu yang menyala sehingga cukup remang, seseorang tiba-tiba membekap mulutku.

"Emmpph!" ia menarikku dan mengunci tubuhku di dinding.

"Long time no see, Nona?"

DEG

***

Terpopuler

Comments

Romla Niyah

Romla Niyah

v gv gv g by. .0

2022-12-09

0

Nini Andriani

Nini Andriani

padahal jantungnya udah mau berhenti 😏

2022-09-29

0

Nurjayani Yani

Nurjayani Yani

😊 pasti pak lionel kangen

2022-08-09

0

lihat semua
Episodes
1 Mendatangi mansion
2 Ke kamar tuan Leonel
3 Menyerahkan diri
4 Bertemu Di Seminar
5 Datang ke cafe
6 Diantar pulang
7 Tumpangan ke rumah sakit
8 Pergi menemui Tuan Dankar
9 Menemui Tuan
10 Datang ke apartemen Erdhan
11 Bertemu Darren
12 Monster
13 Bersama Erick
14 Mainan ranjang
15 Dibantu Bass
16 Diminta ke kamar
17 Ketiduran
18 Meta?
19 Mommy,,,
20 Hasil tes
21 Mengenang
22 Ke cafe bersama Darren
23 Darren patah hati
24 Cerita Sisil
25 Moment bersama
26 Pergi ke Club.
27 Pemandangan yang tak enak
28 Kau cemburu?
29 Pesan yang terabaikan
30 Tugas selesai
31 Perasaan yang menyiksa
32 Block
33 Ucapan selamat tinggal
34 Dua kisah yang berbeda
35 POV Leonel 1
36 POV Leonel part 2
37 POV Leonel part 3
38 POV Leonel part 4
39 POV Leonel part 5
40 POV Leonel part 6
41 3 tahun kemudian
42 Mr, CEO baru
43 Sedikit bermain
44 Ke mall bersama
45 Bayaran kecil
46 Ia melakukannya
47 Keputusan Leonel
48 Pov Author
49 Laura
50 Re datang
51 Perdebatan
52 Makan siang bersama Erdhan
53 Mereka Bertemu
54 Dia datang
55 Kembalilah padaku
56 Flash back on
57 Satu kecupan halus
58 Bangun pagi
59 Nyonya Annora datang
60 Vila?
61 Kebakaran
62 Matahari yang tenggelam
63 Bab #63
64 Bab #64
65 Bab #65
66 Tersangka sebenarnya
67 Bab #67
68 Bab #68
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Mendatangi mansion
2
Ke kamar tuan Leonel
3
Menyerahkan diri
4
Bertemu Di Seminar
5
Datang ke cafe
6
Diantar pulang
7
Tumpangan ke rumah sakit
8
Pergi menemui Tuan Dankar
9
Menemui Tuan
10
Datang ke apartemen Erdhan
11
Bertemu Darren
12
Monster
13
Bersama Erick
14
Mainan ranjang
15
Dibantu Bass
16
Diminta ke kamar
17
Ketiduran
18
Meta?
19
Mommy,,,
20
Hasil tes
21
Mengenang
22
Ke cafe bersama Darren
23
Darren patah hati
24
Cerita Sisil
25
Moment bersama
26
Pergi ke Club.
27
Pemandangan yang tak enak
28
Kau cemburu?
29
Pesan yang terabaikan
30
Tugas selesai
31
Perasaan yang menyiksa
32
Block
33
Ucapan selamat tinggal
34
Dua kisah yang berbeda
35
POV Leonel 1
36
POV Leonel part 2
37
POV Leonel part 3
38
POV Leonel part 4
39
POV Leonel part 5
40
POV Leonel part 6
41
3 tahun kemudian
42
Mr, CEO baru
43
Sedikit bermain
44
Ke mall bersama
45
Bayaran kecil
46
Ia melakukannya
47
Keputusan Leonel
48
Pov Author
49
Laura
50
Re datang
51
Perdebatan
52
Makan siang bersama Erdhan
53
Mereka Bertemu
54
Dia datang
55
Kembalilah padaku
56
Flash back on
57
Satu kecupan halus
58
Bangun pagi
59
Nyonya Annora datang
60
Vila?
61
Kebakaran
62
Matahari yang tenggelam
63
Bab #63
64
Bab #64
65
Bab #65
66
Tersangka sebenarnya
67
Bab #67
68
Bab #68

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!