...Kisah Bermula...
Mereka semua sempat mewarnai kisah Rania yang sangat mendebarkan ini, begitu pula dengan beban Rania yang makin meningkat karena dia harus merelakan kalau dia harus cuti kuliah karena kehabisan biaya, apalagi saat ini dia sangat sulit mencari pekerjaan.
Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.
Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.
ooOoo
Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.
Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.
Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.
Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?.
Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri.
Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati.
"Ustadz!" Panggil seorang anak laki-laki yang berlari menghampiri sang Ustadz.
"Ia ada apa?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Nanti ngaji gak?" Tanya bocah kecil itu polos.
"Owh insyaallah, pengajian masih kita laksanakan seperti biasanya!" Jawabku.
"Kok Pak Ustadz, lagi jalan sendirian ajah?" Tanyanya lagi.
"Enggak, saya tadi sama Abang Iz tadi. Tapi sekarang tau dia kemana?" Jawabku menanggapi murid ku.
Aku Fadlan Al-Ghifari atau biasa di panggil Ustadz Fadlan, aku mengajar ngaji di salah satu Masjid di kampung ini. Walaupun sebenarnya yang mengaji sedikit tapi aku tetap melaksanakan yang penting aku bisa membagikan ilmu agama ku untuk anak-anak di kampung ini, walaupun tanpa di bayar sedikit pun. Tetapi jika ada yang bayar ya aku sangat bersyukur, di kampung kecil pinggiran kota Jakarta ini sebenarnya adalah tempat aku merantau. Dan sebenarnya aku orang asli Tasik, namun sudah lama juga tinggal di Jakarta.
Aku sendiri sebenarnya pernah bermukim di kampung aku, di salah satu pondok pesantren terkemuka di sana. Dan Alhamdulillah aku mendapat banyak sekali ilmu pengetahuan, dan juga aku berharap ilmu agama yang aku punya bisa di amalkan dan juga bisa aku bagikan ke anak-anak sehingga bisa bermanfaat baik di dunia maupun akhirat.
Aku sendiri sebenarnya mempunyai keluarga yaitu Abah dan juga Ambu di Tasik, tapi karena sekarang aku sedang tinggal di Jakarta terkadang rasanya sangat rindu dengan orang tua ku di desa.
Kemudian tiba-tiba ada seseorang berlari dari belakang dan menepuk pundak Ustadz Fadlan.
"Hei!" Serunya.
"Astaghfirullahaladzim, kamu ngagetin aku aja Iz!" Ujar Ustadz Fadlan saat di kejutkan oleh Abang Iz yang tiba-tiba datang dari belakang.
Abang Iz adalah teman dari Ustadz Fadlan Al-Ghifari, dia salah satu sahabat dari Ustadz Fadlan yang baru ia kenal di Jakarta. Untungnya ia bertemu dengan Abang Iz, sehingga ia memiliki teman dan juga Abang Iz yang mengajak Ustadz Fadlan untuk tinggal di rumahnya.
"Ia aku dari tadi nyariin kamu, tapi kamu nya gak ada!" Jawab Abang Iz.
"Ia maaf tadi aku jalan duluan, abis kamu lama benget sih aku jadi males nungguinnya." Ungkap Ustadz Fadlan.
"Kamu udah bawa belum peralatan yang tadi?" Tanya Abang Iz
"Owh iya ini aku bawa nih, aku kira kamu lupa?" Jawab Ustadz Fadlan kemudian memberikan sebuah buku tulis kepada Abang Iz
"Nah untung ajah tadi gak ketinggalan" Ujar Abang Iz
"Lagian kamu beli buku tulis buat apaan sih Iz?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Biasa, buat nulis kebutuhan nanti di Masjid. Abisnya buku yang lama udah penuh sama corat-coretan aku!" Jawab Iz
"Lagian kamu mah aya aya wae, sagala buku kamu pake buat corat-coret. Padahal kamu kan udah gede!" Ujar Ustadz Fadlan.
"Ia aku paling suka nulis soalnya" Jawab Iz
"Entar jadi pengajian bapak-bapak?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Enggak tau deh, kayaknya sih jadi soalnya banyak yang nyariin kamu. Soalnya kalau gak ada Ustadz Fadlan siapa yang mimpin" Jawab Iz
"Bukannya ada Pak Ustadz Syaiful?" Tanya Fadlan.
"Pak Ustadz Syaiful mah banyak jadwal ceramahnya, eta di kampung sabelah wae banyak atuh yang ngundang dia." Jawab Iz
Sudah hampir setahun aku tinggal di Jakarta, awalnya aku masih takut karena belum kenal siapa-siapa tapi untungnya ada Iz yang ternyata orang dari Tasik juga. Kalau ada dia aku berasa kayak ada keluarga, maklum aku sendirian dan juga belum ada tempat tinggal. Tapi untungnya Iz datang dan menolong aku, aku merasa terbantu dengan adanya Iz meskipun aku juga merasa malu karena terlalu merepotkan dia.
"Bagaimana sih Pak Tisna ini udah jatuh tempo kalau gak di lunasin juga maka semua barang di rumah bapak akan saya sita!" Ujar seorang lelaki berpakaian serba hitam, wajahnya menyeramkan dan sorot matanya tajam. Dia seorang depkolektor yang datang untuk menagih hutang, dan yang di tagih ialah salah seorang Bapak yang anaknya mengaji dengan ku.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Ustadz Fadlan.
"Hmmm" Bapak Tisna hanya tertunduk diam.
"Ini dia belum bayar hutang!" Ujar Depkolektor tersebut.
ooOoo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments