Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD

"Kamu nggak marah aku menampar pacar kamu?" tanya Embun sesaat setelah mobil yang dikemudikan Aby melaju. Embun melirik ke belakang dan melihat Vania menatap marah dengan tangan terkepal. 

Sementara Aby melirik Vania di belakang sana melalui kaca spion, lalu kembali terfokus pada jalan di depan. Pagi ini jalan cukup lengang, tidak seperti biasanya di mana mereka kerap terjebak kemacetan. 

"Kenapa harus marah? Vania memang salah."

"Dia akan marah sama kamu karena membela aku." 

Embun sudah mampu menebak bahwa setelah ini Vania dan Aby akan bertengkar hebat. Tetapi, anehnya Aby malah terlihat biasa saja, seolah tak ada beban. 

"Sangat wajar kalau kamu menegur dia dengan cara seperti itu. Dia memang sudah keterlaluan." 

Embun menarik napas dalam. "Aku nggak benci sama Vania. Aku cuma nggak suka kata-katanya yang kasar." 

"Dia memang gitu kalau marah. Biarkan saja." 

Kening Embun terlihat mengerut. Ada beberapa pertanyaan yang hinggap di hatinya. Aby yang biasanya sangat menjaga perasaan kekasihnya itu, justru kini terkesan mengabaikan. 

Benar saja, sejak berpisah di kedai makan pagi tadi, entah sudah berapa puluh kali ponsel milik Aby berdering hingga menjelang siang. Namun, Aby tak memerdulikan. Bahkan membiarkan baterai ponsel melemah hingga mati dengan sendirinya. 

Membuat Vania uring-uringan hampir seharian. Wanita terisak-isak di toilet kampus sambil menatap layar ponsel. 

"Semakin hari Aby semakin mengabaikan aku. Semua ini karena Embun." 

**** 

Malam pun tiba. 

Aby menuju rumah sakit setelah menyelesaikan pekerjaan. Waktu menunjuk pukul tujuh malam ketika ia tiba di rumah sakit. Punggungnya yang terasa pegal bersandar pada sandaran mobil. Beban pikiran turut membuat tubuhnya mudah lelah. 

Pria itu mengeluarkan ponsel dari dashboard. Baru saja layar ponsel menyala, sudah ada puluhan pemberitahuan panggilan tak terjawab dan juga pesan masuk yang berasal dari nomor kontak Vania. 

Aby memilih mengabaikan dan segera melangkah melewati sebuah pintu kaca otomatis. Namun, langkahnya yang cepat mendadak terhenti saat mendapati sesuatu. Embun sedang duduk di kantin rumah sakit bersama seorang pria. 

"Dewa?" 

Meskipun posisi keduanya duduk membelakangi, namun Aby sangat yakin sosok pria yang bersama istrinya adalah Dewa. Dilihat dari warna kemeja yang digunakan menyerupai warna kemeja Dewa saat ke kantor tadi. 

"Mau ngapain sih itu orang?" Aby bermonolog, dengan tatapan tak lepas dari Embun dan Dewa. 

Tak ingin menciptakan jawaban sendiri dalam benaknya, Aby segera mendekat. Dari tempatnya berdiri, ia dapat mendengar obrolan keduanya. Embun yang selama ini bersikap sangat dingin terhadapnya, justru terlihat sangat ceria saat bersama Dewa. Wanita itu bahkan beberapa kali terdengar cekikikan hanya dengan candaan garing dari Dewa. 

"Ehem ...." Suara deheman Aby membuat keduanya menoleh bersamaan. 

Embun terdiam beberapa saat ketika menyadari keberadaan suaminya, sedangkan Dewa tampak tidak begitu peduli. 

"Sudah malam, kenapa masih di luar?" tanya Aby kepada Embun. Namun, pertanyaan itu sebenarnya ia tujukan kepada Dewa sebagai sindiran. 

"Aku ada urusan sama Kak Dewa," jawab Embun. 

Aby berjalan semakin mendekat hingga posisinya berdiri tepat di samping meja. Ia menarik pergelangan tangan istrinya. "Sudah malam. Ayo, masuk!" 

Menyadari tatapan tidak suka dari Aby, Dewa pun memilih mengalah. Pria itu segera melirik arloji di pergelangan tangannya.  "Ya udah, Embun. Kamu masuk aja. Aku juga harus pulang sekarang." 

"Iya, Kak. Hati-hati di jalan, dan terima kasih untuk bantuannya." 

Tanpa menunggu balasan dari Dewa, Aby sudah menarik Embun menjauh dari kantin. Sungguh sebuah sikap yang membuat Dewa geleng-geleng kepala. 

.

.

.

Dua hari berlalu. 

Kondisi ayah sudah membaik dan telah mengantongi izin dari dokter untuk kembali ke rumah, tentunya dengan sebuah catatan penting bahwa emosinya harus selalu dijaga dan tidak boleh banyak berpikir. 

Hal ini membuat Embun sedikit cemas dan mempertimbangkan untuk menunda gugatan cerai yang akan ia layangkan kepada suaminya. Tetapi, meskipun menunda, keinginannya untuk menggugat cerai Aby sudah mantap. 

Malam harinya, seluruh keluarga berkumpul dengan makan malam bersama.

Aby dan Embun duduk berdampingan. Aby yang seharian belum makan sedang menikmati menu spesial buatan Embun dengan lahap.  

"Masakannya Embun enak, ya?" puji bunda sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut. "Kita nggak salah pilih mantu ya, Ayah. Aby aja lahap begitu." 

"Iya, Bunda. Ayah juga suka masakan Embun." Pria paruh baya itu melirik putranya. "Oh ya, By ... kapan kamu mau ajak Embun bulan madu? Nanti ayah minta orang siapkan tiket dan hotel." 

Sejenak Aby melirik kedua orang tuanya bergantian. "Kapan-kapan  aja, Ayah. Kan dokter bilang Ayah nggak boleh banyak pikiran." 

"Loh, yang mau bulan madu kan kamu," seru sang bunda. 

"Maksudnya nanti aja, Bunda. Kalau ada waktu longgar. Aku masih banyak kerjaan di kantor." Aby berusaha menolak sehalus mungkin. Sebab dirinya dan Embun tidak mungkin berbulan madu. Terlebih, Embun sudah mengutarakan niatnya untuk menggugat cerai.

"Kalau urusannya sama kerjaan tidak akan ada habisnya," potong bunda cepat. "Kamu ajaklah Embun bulan madu. Ayah sama bunda 'kan mau cepat punya cucu dari kamu." 

Hampir saja Aby tersedak. Ia melirik Embun yang sudah menundukkan kepala menyembunyikan kesedihan di wajahnya. 

.

.

.

Selepas makan malam, ayah duduk di ruang televisi dengan tayangan berita olahraga yang menjadi favoritnya.

Kebetulan malam itu mereka tengah kedatangan kerabat dekat. Sebuah bingkisan cantik sudah ada di atas meja.

"Makasih, Nak. kamu jadi repot," ucap bunda kepada wanita yang baru saja ia peluk sebagai sambutan hangat.  

"Nggak kok, Bunda. Kebetulan Mas Awan juga sedang cuti, jadi bisa antar ke mana-mana hari ini."

Bunda tersenyum.  "Oh ya, Embun ... kamu masih ingat dengan sepupunya Aby yang waktu itu bunda kenalkan dengan kamu?" Embun menatap wanita cantik di hadapannya sambil berusaha mengingat-ingat. "Itu loh sepupunya Aby yang namanya Awan," sambung bunda.

Ingatan Embun berputar ke beberapa hari lalu. Ia masih ingat, wanita dengan pakaian serba tertutup itu datang bersama suaminya ke resepsi pernikahannya.

"Aku ingat, Bunda. Kak Pelangi, kan?" tanyanya.

"Iya. Maaf ya, waktu itu belum bisa ngobrol banyak," ucap wanita itu dengan ramah sambil melirik suaminya.

Aby dan saudara sepupunya tengah berada di teras depan. Sepertinya sedang terjadi obrolan seru.

"Biasanya kalau pengantin baru itu lebih cepat masuk ke kamar. Ini malah nongkrong di teras."

Aby menyorot sepupunya dengan kesal. "Bodo amat!" Lalu, menyeruput secangkir kopi dengan nikmat.

Bukannya mereda, kejahilan sepupunya itu malah semakin menjadi.

"Jadi gimana rasanya malam pertama, By?" Pria itu bertanya dengan frontal.

Mendadak kopi hitam yang baru saja akan diteguk oleh Aby menyembur keluar. Ia segera meraih selembar tissue dan menyeka bibirnya.

"Saudara durjana kamu, Wan," maki Aby. Namun, sepupunya itu hanya nyengir memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. 

"Gue nggak bermaksud bikin lo tersedak, loh," ujarnya tanpa rasa bersalah.

...***...

Terpopuler

Comments

Cinta Rodriques

Cinta Rodriques

awan SM Aby sama aja,awalnya bodoh jg....nolak pelangi 🌈

2024-01-10

0

Ney maniez

Ney maniez

tinggal in ajj

2023-12-27

0

ulviyah🐾

ulviyah🐾

mending Vania putus Ama Aby deh, kalau pun embun Ama Aby cerai dan Vania Ama Aby tetap pacaran, sifat Aby GK bakal kayak dulu lagi soalnya dia dah ada perasaan sama embun.. menjalin hubungan yang GK sehat hanya akan membawa petaka.. contohnya Sekarang aja, pernikahan embun Ama Aby GK baik2 aja Karna Aby emang udah pacaran Ama vania

2023-08-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : EMBUN DAN ABIMAYU
2 Bab 2 : Kamu Akan Luluh Dengan Dia
3 Bab 3 : Salah Atau Benar?
4 Bab 4 : ADA MASALAH APA?
5 BAB 5 : Hanya Ingin Memastikan
6 Bab 6 : Tidak Perlu Malu
7 Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?
8 Bab 8 : Kamu Sepeduli Itu Dengan Dia?
9 Bab 9 : Kalau Kamu Tidak Mau ... Maka Aku Yang Akan ....
10 Bab 10 : AYAH SAKIT?
11 Bab 11 : Posesif dan Kekanakan
12 Bab 12 : Tidak Bisa Tidur
13 Bab 13 : Apa-Apaan Ini?
14 Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD
15 Bab 15 : Camping Di Luar Kota?
16 Bab 16 : Apa Kamu Pernah Peduli?
17 Bab 17 : Akhiri Saja
18 Bab 18 : MENYUSUL?
19 Bab 19 : HILANG
20 Bab 20 : EMBUN DI MANA?
21 Bab 21 : Tidak Perlu Khawatir
22 Bab 22 : Kamu Lihat Orangnya?
23 Bab 23 : Siapa Pelakunya?
24 Bab 24 : Dia Kembali?
25 My Hot And Sexy Wife
26 Bab 26 : Pembatalan Pernikahan?
27 Bab 27 : Aku Mau Pulang
28 Bab 28 : PERGI ....
29 Visual Tokoh Utama
30 Bab 30 : Kesempatan Terakhir
31 Bab 31 : Bukankah Sudah Jelas?
32 Bab 32 : HANCUR
33 Bab 33 : Memperbaiki Segalanya
34 Bab 34 : Talak Di Malam Pertama
35 Bab 35 : Menagih Janji
36 Bab 36 : Upaya Untuk Rujuk?
37 Bab 37 : Mengakhiri Dengan baik-baik
38 Bab 38 : Meluruskan Kesalahpahaman
39 Bab 39 : Masih Berusaha
40 Bab 40 : Bersamamu
41 Bab 41 : Menikah Ulang?
42 Bab 42 : Terpental Jauh
43 Bab 42 : DEAR EMBUN ....
44 Bab 44 : Dear Mas Aby
45 Bab 45 : MEMBUTUHKAN KAMU
46 Bab 46 : FAKTA MENGEJUTKAN
47 DIBUANG SUAMI DAN DINIKAHI BOSS
48 Bab 48 : KETERLIBATAN VANIA?
49 Bab 49 : Kiriman Foto
50 Bab 50 : Tunggu Aku
51 Bab 51 : Ijab Ulang?
52 Suamiku Om-Om Galak
53 Bab 53 : Bertemu Orang Tua Vania
54 Bab 54 : Rencana Pindah Ke Rumah Baru
55 Bab 55 : Apa Sudah Boleh?
56 Bab 56 : Kehujanan
57 Bab 57 : Misi Berhasil
58 Bab 58 : Sudah Baikan?
59 Bab 59 : TERNYATA KAMU?
60 Bab 60 : PELAKU SEBENARNYA
61 Bab 61 : Tidak Akan Membuatnya Lagi
62 Bab 62 : Aktor Paling Berjasa Di Muka Bumi
63 Bab 63 : Dua Kali Menang
64 Bab 64 : Ancaman Lagi?
65 Bab 65 : Kamu Sendiri Yang Harus
66 Bab 66 : Kamu Tidak Pernah Sendirian
67 Bab 67 : Memperbaiki Semuanya
68 Bab 68 : Sedang Apa Kamu Di Sini?
69 Bab 69 : Kasihan Embun ....
70 Bab 70 : Sisi Lain Vania
71 Bab 71 : Tetangga Baru
72 Bab 72 : Sebatas Kagum
73 Bab 73 : Makan Siang
74 Bab 74 : HARUS KELUAR KOTA?
75 Bab 75 : Kinder Boy
76 Bab 76 : Jauhi Dia!
77 Silahkan Mampir
78 Bab 78 : Mudah Berubah
79 Bab 79 : Surabaya Atau Bogor?
80 Bab 80 : Memohon Keringanan
81 Bab 81 : Masalah Baru
82 Bab 82 : Keinginan Berlebihan?
83 Bab 83 : Menyembunyikan Air Mata
84 Bab 84 : Mulai Tidak Mengerti Dengan Kamu!
85 Bab 85 : Ada apa ini?
86 Boss Mafia's H0t Girl by Anak Kost
87 Bab 87 : Keadaan Sebenarnya
88 Bab 88 : Saling Terbuka
89 Bab 89 : Kedatangan Wanita Asing
90 Bab 90 : Salah Sasaran!
91 Bab 91 : Atur Damai?
92 Bab 92 : Dipecat?
93 Bab 93 : Kedatangan Ibu Mertua
94 Bab 94 : Hasil Tidak Mengkhianati Usaha!
95 Bab 95 : Kebetulan Menyebalkan!
96 Bab 96 : Maaf, merepotkan kamu.
97 Menjadi Posesif
98 Apakah Sudah Ada Isi?
99 Oma Tidak Suka
100 Belum Ada Tanda
101 Pingsan!
102 Khawatir Semakin Parah
103 Generasi Tuan Krabs!
104 Membawa Pulang Embun
105 Kabar Bahagia Untuk Semua
106 Kamu Sudah Cantik Sejak Masih Berbentuk Zigot!
107 Tidak Suka Cara Oma
108 Menjaga Oma Di Rumah Sakit
109 Catatan Kelam Gadis Malang
110 Tidak Banyak Menantu Seperti Kamu!
111 Yang Tulus, Tapi Mau Enaknya Juga
112 Ulang Tahun Perusahaan
113 Bertemu Sang Pemilik Perusahaan
114 Jurang Pemisah
115 Apa Kamu Pernah Menyesal?
116 FINAL EPISODE
117 Ingat Aku, Suamiku!
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 : EMBUN DAN ABIMAYU
2
Bab 2 : Kamu Akan Luluh Dengan Dia
3
Bab 3 : Salah Atau Benar?
4
Bab 4 : ADA MASALAH APA?
5
BAB 5 : Hanya Ingin Memastikan
6
Bab 6 : Tidak Perlu Malu
7
Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?
8
Bab 8 : Kamu Sepeduli Itu Dengan Dia?
9
Bab 9 : Kalau Kamu Tidak Mau ... Maka Aku Yang Akan ....
10
Bab 10 : AYAH SAKIT?
11
Bab 11 : Posesif dan Kekanakan
12
Bab 12 : Tidak Bisa Tidur
13
Bab 13 : Apa-Apaan Ini?
14
Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD
15
Bab 15 : Camping Di Luar Kota?
16
Bab 16 : Apa Kamu Pernah Peduli?
17
Bab 17 : Akhiri Saja
18
Bab 18 : MENYUSUL?
19
Bab 19 : HILANG
20
Bab 20 : EMBUN DI MANA?
21
Bab 21 : Tidak Perlu Khawatir
22
Bab 22 : Kamu Lihat Orangnya?
23
Bab 23 : Siapa Pelakunya?
24
Bab 24 : Dia Kembali?
25
My Hot And Sexy Wife
26
Bab 26 : Pembatalan Pernikahan?
27
Bab 27 : Aku Mau Pulang
28
Bab 28 : PERGI ....
29
Visual Tokoh Utama
30
Bab 30 : Kesempatan Terakhir
31
Bab 31 : Bukankah Sudah Jelas?
32
Bab 32 : HANCUR
33
Bab 33 : Memperbaiki Segalanya
34
Bab 34 : Talak Di Malam Pertama
35
Bab 35 : Menagih Janji
36
Bab 36 : Upaya Untuk Rujuk?
37
Bab 37 : Mengakhiri Dengan baik-baik
38
Bab 38 : Meluruskan Kesalahpahaman
39
Bab 39 : Masih Berusaha
40
Bab 40 : Bersamamu
41
Bab 41 : Menikah Ulang?
42
Bab 42 : Terpental Jauh
43
Bab 42 : DEAR EMBUN ....
44
Bab 44 : Dear Mas Aby
45
Bab 45 : MEMBUTUHKAN KAMU
46
Bab 46 : FAKTA MENGEJUTKAN
47
DIBUANG SUAMI DAN DINIKAHI BOSS
48
Bab 48 : KETERLIBATAN VANIA?
49
Bab 49 : Kiriman Foto
50
Bab 50 : Tunggu Aku
51
Bab 51 : Ijab Ulang?
52
Suamiku Om-Om Galak
53
Bab 53 : Bertemu Orang Tua Vania
54
Bab 54 : Rencana Pindah Ke Rumah Baru
55
Bab 55 : Apa Sudah Boleh?
56
Bab 56 : Kehujanan
57
Bab 57 : Misi Berhasil
58
Bab 58 : Sudah Baikan?
59
Bab 59 : TERNYATA KAMU?
60
Bab 60 : PELAKU SEBENARNYA
61
Bab 61 : Tidak Akan Membuatnya Lagi
62
Bab 62 : Aktor Paling Berjasa Di Muka Bumi
63
Bab 63 : Dua Kali Menang
64
Bab 64 : Ancaman Lagi?
65
Bab 65 : Kamu Sendiri Yang Harus
66
Bab 66 : Kamu Tidak Pernah Sendirian
67
Bab 67 : Memperbaiki Semuanya
68
Bab 68 : Sedang Apa Kamu Di Sini?
69
Bab 69 : Kasihan Embun ....
70
Bab 70 : Sisi Lain Vania
71
Bab 71 : Tetangga Baru
72
Bab 72 : Sebatas Kagum
73
Bab 73 : Makan Siang
74
Bab 74 : HARUS KELUAR KOTA?
75
Bab 75 : Kinder Boy
76
Bab 76 : Jauhi Dia!
77
Silahkan Mampir
78
Bab 78 : Mudah Berubah
79
Bab 79 : Surabaya Atau Bogor?
80
Bab 80 : Memohon Keringanan
81
Bab 81 : Masalah Baru
82
Bab 82 : Keinginan Berlebihan?
83
Bab 83 : Menyembunyikan Air Mata
84
Bab 84 : Mulai Tidak Mengerti Dengan Kamu!
85
Bab 85 : Ada apa ini?
86
Boss Mafia's H0t Girl by Anak Kost
87
Bab 87 : Keadaan Sebenarnya
88
Bab 88 : Saling Terbuka
89
Bab 89 : Kedatangan Wanita Asing
90
Bab 90 : Salah Sasaran!
91
Bab 91 : Atur Damai?
92
Bab 92 : Dipecat?
93
Bab 93 : Kedatangan Ibu Mertua
94
Bab 94 : Hasil Tidak Mengkhianati Usaha!
95
Bab 95 : Kebetulan Menyebalkan!
96
Bab 96 : Maaf, merepotkan kamu.
97
Menjadi Posesif
98
Apakah Sudah Ada Isi?
99
Oma Tidak Suka
100
Belum Ada Tanda
101
Pingsan!
102
Khawatir Semakin Parah
103
Generasi Tuan Krabs!
104
Membawa Pulang Embun
105
Kabar Bahagia Untuk Semua
106
Kamu Sudah Cantik Sejak Masih Berbentuk Zigot!
107
Tidak Suka Cara Oma
108
Menjaga Oma Di Rumah Sakit
109
Catatan Kelam Gadis Malang
110
Tidak Banyak Menantu Seperti Kamu!
111
Yang Tulus, Tapi Mau Enaknya Juga
112
Ulang Tahun Perusahaan
113
Bertemu Sang Pemilik Perusahaan
114
Jurang Pemisah
115
Apa Kamu Pernah Menyesal?
116
FINAL EPISODE
117
Ingat Aku, Suamiku!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!