Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?

Wajah Vania menjadi merah padam setelah kalimat sindiran Embun membungkamnya dengan telak. Sementara Embun langsung turun dari mobil dan membanting pintu. Sama sekali tak ada kepedulian tentang suaminya yang masih satu mobil dengan wanita lain. 

Aby hanya dapat menatap punggung istrinya yang perlahan mulai menjauh. Ia menjadi tidak enak hati dengan kelakuan Vania yang secara terang-terangan ingin menguasai dirinya dan malah dengan bangga memamerkan ke Embun. 

"Bisa nggak lain kali jangan begitu di depan Embun?" Pertanyaan ketus bernada keberatan itu membuat bibir Vania maju beberapa senti.  

"Memangnya kenapa? Aku cuma mau dia tahu bahwa kamu hanya milik aku." 

"Van!" bentak Aby. 

Bola mata Vania nyalang menatap kekasihnya. Selama berpacaran setahun belakangan ini, Aby sama sekali belum pernah membentaknya seperti sekarang. Kini ia membentak hanya karena Embun. 

"Kamu bentak aku cuma karena dia?" Vania menunjuk ke arah Embun yang masih terlihat berjalan di kejauhan. 

"Jangan buat aku kehilangan kesabaran, Van!" ujar Aby, mulai menunjukkan sisi galak. Vania benar-benar belum pernah melihat Aby marah seperti ini. "Setidaknya kamu bisa sedikit menjaga perasaan Embun. Bukan cuma kamu yang korban di sini, Embun juga sama bahkan lebih. Dia juga udah mau ngalah sama kamu tadi dengan pindah ke belakang. Tapi kenapa kamu jaga perasaan dia nggak bisa?" 

"Jaga perasaan dia?" Vania terkekeh sinis seperti sedang menyindir Aby. "Kalau kamu memang sepeduli itu dengan perasaan dia, kenapa kamu masih sama aku, padahal jelas-jelas yang jadi istri kamu itu dia!" 

Perkataan Vania membuat Aby bersandar dan menghela napas panjang. "Jadi kalau aku memilih Embun, kamu akan terima?" 

Vania tersentak. Bola matanya mendadak tergenang cairan bening. "Kamu tega sama aku?" 

"Udah lah, Van." Aby menunjukkan raut muka malas. "Aku mau ke kantor. Cepat turun!" 

Vania menyeka ujung matanya dengan punggung jari telunjuk. Lalu, membuka pintu mobil dan turun. Belum dua langkah kakinya bergerak, mobil yang dikemudikan Aby sudah melesat cepat. Vania menatap dengan bola mata berkaca-kaca. Tak pernah sebelumnya Aby memperlakukan dirinya seperti sekarang. 

.

.

.

Pagi berganti siang. 

Aby masih disibukkan dengan padatnya pekerjaan. Jam makan siang pun ia lewatkan begitu saja. Aby memang seseorang yang gila kerja. Jika sudah terfokus, makan pun kadang terlupa. 

Ponsel miliknya ia simpan di dalam laci meja. Entah sudah berapa kali benda pipih itu berdering. Ia yakin yang menghubungi adalah Vania. Aby hafal betul kebiasaan kekasihnya itu, Vania tidak akan berhenti sampai panggilannya terjawab. 

Setengah frustrasi, Aby membuka laci meja kerja. Benar dugaannya, tertera nama dan foto Vania pada layar ponsel. Laki-laki itu memilih pergi ke balkon kantor yang hanya berjarak dua lantai dari tempatnya berada. Ia memang kerap menghabiskan sisa waktu jam istirahat makan siang di sana, sekalian menghilangkan kepenatan dengan menikmati pemandangan kota. 

"Iya, Van ...," sapa Aby, sesaat setelah panggilan terhubung. 

"Kamu marah sama aku?" Pertanyaan itu langsung saja terlontar tanpa basa-basi. 

"Marah kenapa?" jawab Aby datar, dengan tatapan masih tertuju pada gedung-gedung tinggi di sekitar kantor. 

"Soal tadi pagi." 

"Nggak, biasa aja." 

"Aku minta maaf, Sayang. Aku tahu aku salah." Vania mulai mengalah, setelah mendengar nada tak bersahabat dari Aby. "Aku cuma cemburu karena kamu membela Embun." 

"Hemm ...." 

"Kok cuma hemm sih?" protes Vania. Aby seperti tak begitu memerdulikan ucapannya. Akhirnya wanita itu memilih menurunkan ego. "Kalau kamu mau aku akan temui Embun dan minta maaf sama dia." 

"Terserah kamu, Van. Itu hak kamu." 

"Kok terserah, sih?" 

Hela napas Aby terdengar berat dan Vania dapat mendengar itu. "Terus kamu mau aku jawab apa?" 

"Ya bukan begitu maksudnya ...." Vania seolah kehilangan kata-kata. Jika Aby sudah menunjukkan sikap acuh tak acuh seperti ini, berarti ia harus waspada dan lebih mengalah. "Sayang ... sore kamu jemput aku, ya. Di dekat kampus ada kafe baru. Menunya enak-enak loh." 

"Iya," jawab Aby, masih dengan nada malas. 

"Aku tunggu, ya." 

"Hemm ...." 

Panggilan terputus. Aby memasukkan ponsel ke saku celana. Lalu, berbalik untuk kembali ke biliknya. Namun, keberadaan Dewa yang sedang duduk di ujung tembok pembatas membuat Aby terdiam di tempat. 

Ia tak menyadari keberadaan laki-laki itu sejak tadi. Bahkan kini Dewa sedang melayangkan tatapan yang begitu mengintimidasi. 

"Kamu serakah juga, ya? Nggak mau melepas Vania tapi malah menikahi Embun," sindirnya. 

Aby membuang muka. "Bukan urusan kamu." 

"Kamu aneh. Jelas-jelas ada yang halal tapi pilih yang haram. Kamu yakin masih waras?" 

Sambil tertawa kecil, Dewa melangkah meninggalkan Aby yang masih mematung dengan raut wajah super kesal. 

.

.

.

Embun sedang menghabiskan waktunya siang itu dengan duduk di kantin kampus sambil menikmati segelas jus. Ia masih terfokus dengan buku di genggamannya, ketika Vania datang secara tiba-tiba dan duduk tepat di hadapannya. 

Pandangan Embun berkeliling ke seluruh kantin kampus. Masih ada banyak tempat kosong di sana. "Perasaan masih banyak meja kosong, kenapa kamu duduk di situ?" 

"Aku ke sini untuk minta maaf sama kamu soal kejadian tadi pagi. Aku nggak bermaksud membuat kamu sakit hati." 

"Yakin nggak bermaksud? Jadi apa maksud kamu mencium suami aku tadi?" Ucapan Embun yang menekan kata suami membuat Vania tergugu. 

Namun, tentu saja Vania tak mau kalah dari Embun. Ia akan membalas dengan cara apapun. "Aku cuma mau kasih tahu kamu kalau aku lebih berhak atas Aby karena aku sudah lebih dulu sama dia. Kamu yang sudah menjadi orang ke tiga di antara kami." 

"Aku nggak pernah bilang mau merebut Mas Aby dari kamu. Lagian, kalau pun aku mau merebut, itu hakku sebagai istri." 

Walaupun ucapan Embun terdengar sangat santai, namun terasa menusuk ke relung hati Vania. Tangan wanita itu terkepal kuat di bawah meja. Lidahnya terasa kaku untuk sekedar membalas kalimat pedas Embun.

"Tapi kamu tenang aja. Laki-laki tidak bertanggungjawab dan tidak punya pendirian seperti Abimanyu Fahreza sama sekali bukan tipeku." 

Wajah Vania sudah berubah merah. Sementara Embun memilih bangkit dan pergi meninggalkan kantin begitu saja. 

.

.

.

Seperti janji sebelumnya, Aby menyempatkan waktu menjemput Vania. Sore ini pasangan kekasih itu tengah berada di sebuah kafe yang kata Vania merupakan kafe baru dengan menu yang lezat.

Keduanya duduk saling berhadapan dengan berbagai menu yang terhidang di meja.

"Kamu tahu nggak, aku sudah mendatangi Embun tadi siang dan minta maaf soal kejadian tadi pagi," ucap Vania, bermaksud mengadukan perbuatan Embun yang sudah sangat menyinggungnya.

"Hemm ...." Aby tak begitu menanggapi ucapan Vania dan lebih terfokus dengan makanan. Melewatkan makan siang membuat perutnya keroncongan. 

"Dia itu sombong luar biasa, mukanya aja yang sok alim," tambahnya, sambil menyeruput minuman dengan raut muka kesal.

Aby melirik Vania sejenak. Ia tak langsung menelan mentah-mentah ucapan Vania. Sebab setahunya, Embun adalah seorang wanita yang sangat sopan, terutama terhadap ayah dan bunda. 

"Sombong gimana, sih?" tanyanya dengan mulut penuh makanan. 

"Masa' dia bilang, laki-laki tidak bertanggungjawab dan tidak punya pendirian seperti kamu bukan tipenya dia." 

Aby tersentak. Seketika tersedak makanan yang baru saja akan melewati kerongkongannya. 

..........

Yang Mau lihat Visual, sudah di post di IG

Follow @Kolom_langit

Semua visual ada di sana.

🤗🤗🤗

...........

Terpopuler

Comments

Ney maniez

Ney maniez

👍👍

2023-12-27

0

Neneng Hodijah

Neneng Hodijah

coba tersedak cilok baru tau rasa tuh loh....

2023-10-28

1

flowers city

flowers city

😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣😂

2023-09-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : EMBUN DAN ABIMAYU
2 Bab 2 : Kamu Akan Luluh Dengan Dia
3 Bab 3 : Salah Atau Benar?
4 Bab 4 : ADA MASALAH APA?
5 BAB 5 : Hanya Ingin Memastikan
6 Bab 6 : Tidak Perlu Malu
7 Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?
8 Bab 8 : Kamu Sepeduli Itu Dengan Dia?
9 Bab 9 : Kalau Kamu Tidak Mau ... Maka Aku Yang Akan ....
10 Bab 10 : AYAH SAKIT?
11 Bab 11 : Posesif dan Kekanakan
12 Bab 12 : Tidak Bisa Tidur
13 Bab 13 : Apa-Apaan Ini?
14 Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD
15 Bab 15 : Camping Di Luar Kota?
16 Bab 16 : Apa Kamu Pernah Peduli?
17 Bab 17 : Akhiri Saja
18 Bab 18 : MENYUSUL?
19 Bab 19 : HILANG
20 Bab 20 : EMBUN DI MANA?
21 Bab 21 : Tidak Perlu Khawatir
22 Bab 22 : Kamu Lihat Orangnya?
23 Bab 23 : Siapa Pelakunya?
24 Bab 24 : Dia Kembali?
25 My Hot And Sexy Wife
26 Bab 26 : Pembatalan Pernikahan?
27 Bab 27 : Aku Mau Pulang
28 Bab 28 : PERGI ....
29 Visual Tokoh Utama
30 Bab 30 : Kesempatan Terakhir
31 Bab 31 : Bukankah Sudah Jelas?
32 Bab 32 : HANCUR
33 Bab 33 : Memperbaiki Segalanya
34 Bab 34 : Talak Di Malam Pertama
35 Bab 35 : Menagih Janji
36 Bab 36 : Upaya Untuk Rujuk?
37 Bab 37 : Mengakhiri Dengan baik-baik
38 Bab 38 : Meluruskan Kesalahpahaman
39 Bab 39 : Masih Berusaha
40 Bab 40 : Bersamamu
41 Bab 41 : Menikah Ulang?
42 Bab 42 : Terpental Jauh
43 Bab 42 : DEAR EMBUN ....
44 Bab 44 : Dear Mas Aby
45 Bab 45 : MEMBUTUHKAN KAMU
46 Bab 46 : FAKTA MENGEJUTKAN
47 DIBUANG SUAMI DAN DINIKAHI BOSS
48 Bab 48 : KETERLIBATAN VANIA?
49 Bab 49 : Kiriman Foto
50 Bab 50 : Tunggu Aku
51 Bab 51 : Ijab Ulang?
52 Suamiku Om-Om Galak
53 Bab 53 : Bertemu Orang Tua Vania
54 Bab 54 : Rencana Pindah Ke Rumah Baru
55 Bab 55 : Apa Sudah Boleh?
56 Bab 56 : Kehujanan
57 Bab 57 : Misi Berhasil
58 Bab 58 : Sudah Baikan?
59 Bab 59 : TERNYATA KAMU?
60 Bab 60 : PELAKU SEBENARNYA
61 Bab 61 : Tidak Akan Membuatnya Lagi
62 Bab 62 : Aktor Paling Berjasa Di Muka Bumi
63 Bab 63 : Dua Kali Menang
64 Bab 64 : Ancaman Lagi?
65 Bab 65 : Kamu Sendiri Yang Harus
66 Bab 66 : Kamu Tidak Pernah Sendirian
67 Bab 67 : Memperbaiki Semuanya
68 Bab 68 : Sedang Apa Kamu Di Sini?
69 Bab 69 : Kasihan Embun ....
70 Bab 70 : Sisi Lain Vania
71 Bab 71 : Tetangga Baru
72 Bab 72 : Sebatas Kagum
73 Bab 73 : Makan Siang
74 Bab 74 : HARUS KELUAR KOTA?
75 Bab 75 : Kinder Boy
76 Bab 76 : Jauhi Dia!
77 Silahkan Mampir
78 Bab 78 : Mudah Berubah
79 Bab 79 : Surabaya Atau Bogor?
80 Bab 80 : Memohon Keringanan
81 Bab 81 : Masalah Baru
82 Bab 82 : Keinginan Berlebihan?
83 Bab 83 : Menyembunyikan Air Mata
84 Bab 84 : Mulai Tidak Mengerti Dengan Kamu!
85 Bab 85 : Ada apa ini?
86 Boss Mafia's H0t Girl by Anak Kost
87 Bab 87 : Keadaan Sebenarnya
88 Bab 88 : Saling Terbuka
89 Bab 89 : Kedatangan Wanita Asing
90 Bab 90 : Salah Sasaran!
91 Bab 91 : Atur Damai?
92 Bab 92 : Dipecat?
93 Bab 93 : Kedatangan Ibu Mertua
94 Bab 94 : Hasil Tidak Mengkhianati Usaha!
95 Bab 95 : Kebetulan Menyebalkan!
96 Bab 96 : Maaf, merepotkan kamu.
97 Menjadi Posesif
98 Apakah Sudah Ada Isi?
99 Oma Tidak Suka
100 Belum Ada Tanda
101 Pingsan!
102 Khawatir Semakin Parah
103 Generasi Tuan Krabs!
104 Membawa Pulang Embun
105 Kabar Bahagia Untuk Semua
106 Kamu Sudah Cantik Sejak Masih Berbentuk Zigot!
107 Tidak Suka Cara Oma
108 Menjaga Oma Di Rumah Sakit
109 Catatan Kelam Gadis Malang
110 Tidak Banyak Menantu Seperti Kamu!
111 Yang Tulus, Tapi Mau Enaknya Juga
112 Ulang Tahun Perusahaan
113 Bertemu Sang Pemilik Perusahaan
114 Jurang Pemisah
115 Apa Kamu Pernah Menyesal?
116 FINAL EPISODE
117 Ingat Aku, Suamiku!
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 : EMBUN DAN ABIMAYU
2
Bab 2 : Kamu Akan Luluh Dengan Dia
3
Bab 3 : Salah Atau Benar?
4
Bab 4 : ADA MASALAH APA?
5
BAB 5 : Hanya Ingin Memastikan
6
Bab 6 : Tidak Perlu Malu
7
Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?
8
Bab 8 : Kamu Sepeduli Itu Dengan Dia?
9
Bab 9 : Kalau Kamu Tidak Mau ... Maka Aku Yang Akan ....
10
Bab 10 : AYAH SAKIT?
11
Bab 11 : Posesif dan Kekanakan
12
Bab 12 : Tidak Bisa Tidur
13
Bab 13 : Apa-Apaan Ini?
14
Bab 14 : AKU TIDAK BERMAKSUD
15
Bab 15 : Camping Di Luar Kota?
16
Bab 16 : Apa Kamu Pernah Peduli?
17
Bab 17 : Akhiri Saja
18
Bab 18 : MENYUSUL?
19
Bab 19 : HILANG
20
Bab 20 : EMBUN DI MANA?
21
Bab 21 : Tidak Perlu Khawatir
22
Bab 22 : Kamu Lihat Orangnya?
23
Bab 23 : Siapa Pelakunya?
24
Bab 24 : Dia Kembali?
25
My Hot And Sexy Wife
26
Bab 26 : Pembatalan Pernikahan?
27
Bab 27 : Aku Mau Pulang
28
Bab 28 : PERGI ....
29
Visual Tokoh Utama
30
Bab 30 : Kesempatan Terakhir
31
Bab 31 : Bukankah Sudah Jelas?
32
Bab 32 : HANCUR
33
Bab 33 : Memperbaiki Segalanya
34
Bab 34 : Talak Di Malam Pertama
35
Bab 35 : Menagih Janji
36
Bab 36 : Upaya Untuk Rujuk?
37
Bab 37 : Mengakhiri Dengan baik-baik
38
Bab 38 : Meluruskan Kesalahpahaman
39
Bab 39 : Masih Berusaha
40
Bab 40 : Bersamamu
41
Bab 41 : Menikah Ulang?
42
Bab 42 : Terpental Jauh
43
Bab 42 : DEAR EMBUN ....
44
Bab 44 : Dear Mas Aby
45
Bab 45 : MEMBUTUHKAN KAMU
46
Bab 46 : FAKTA MENGEJUTKAN
47
DIBUANG SUAMI DAN DINIKAHI BOSS
48
Bab 48 : KETERLIBATAN VANIA?
49
Bab 49 : Kiriman Foto
50
Bab 50 : Tunggu Aku
51
Bab 51 : Ijab Ulang?
52
Suamiku Om-Om Galak
53
Bab 53 : Bertemu Orang Tua Vania
54
Bab 54 : Rencana Pindah Ke Rumah Baru
55
Bab 55 : Apa Sudah Boleh?
56
Bab 56 : Kehujanan
57
Bab 57 : Misi Berhasil
58
Bab 58 : Sudah Baikan?
59
Bab 59 : TERNYATA KAMU?
60
Bab 60 : PELAKU SEBENARNYA
61
Bab 61 : Tidak Akan Membuatnya Lagi
62
Bab 62 : Aktor Paling Berjasa Di Muka Bumi
63
Bab 63 : Dua Kali Menang
64
Bab 64 : Ancaman Lagi?
65
Bab 65 : Kamu Sendiri Yang Harus
66
Bab 66 : Kamu Tidak Pernah Sendirian
67
Bab 67 : Memperbaiki Semuanya
68
Bab 68 : Sedang Apa Kamu Di Sini?
69
Bab 69 : Kasihan Embun ....
70
Bab 70 : Sisi Lain Vania
71
Bab 71 : Tetangga Baru
72
Bab 72 : Sebatas Kagum
73
Bab 73 : Makan Siang
74
Bab 74 : HARUS KELUAR KOTA?
75
Bab 75 : Kinder Boy
76
Bab 76 : Jauhi Dia!
77
Silahkan Mampir
78
Bab 78 : Mudah Berubah
79
Bab 79 : Surabaya Atau Bogor?
80
Bab 80 : Memohon Keringanan
81
Bab 81 : Masalah Baru
82
Bab 82 : Keinginan Berlebihan?
83
Bab 83 : Menyembunyikan Air Mata
84
Bab 84 : Mulai Tidak Mengerti Dengan Kamu!
85
Bab 85 : Ada apa ini?
86
Boss Mafia's H0t Girl by Anak Kost
87
Bab 87 : Keadaan Sebenarnya
88
Bab 88 : Saling Terbuka
89
Bab 89 : Kedatangan Wanita Asing
90
Bab 90 : Salah Sasaran!
91
Bab 91 : Atur Damai?
92
Bab 92 : Dipecat?
93
Bab 93 : Kedatangan Ibu Mertua
94
Bab 94 : Hasil Tidak Mengkhianati Usaha!
95
Bab 95 : Kebetulan Menyebalkan!
96
Bab 96 : Maaf, merepotkan kamu.
97
Menjadi Posesif
98
Apakah Sudah Ada Isi?
99
Oma Tidak Suka
100
Belum Ada Tanda
101
Pingsan!
102
Khawatir Semakin Parah
103
Generasi Tuan Krabs!
104
Membawa Pulang Embun
105
Kabar Bahagia Untuk Semua
106
Kamu Sudah Cantik Sejak Masih Berbentuk Zigot!
107
Tidak Suka Cara Oma
108
Menjaga Oma Di Rumah Sakit
109
Catatan Kelam Gadis Malang
110
Tidak Banyak Menantu Seperti Kamu!
111
Yang Tulus, Tapi Mau Enaknya Juga
112
Ulang Tahun Perusahaan
113
Bertemu Sang Pemilik Perusahaan
114
Jurang Pemisah
115
Apa Kamu Pernah Menyesal?
116
FINAL EPISODE
117
Ingat Aku, Suamiku!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!