Dua puluh tahun kemudian ....
Deka dan seorang anak buah Victor tengah mengadu kemampuan, mereka saling pukul, menendang dan membanting. Dani yang juga berada di sana terus memperhatikan mereka dan sesekali memberikan semangat kepada sahabatnya itu.
Tubuh atletis Deka sudah dipenuhi keringat, rambutnya pun basah dan mulai kelelahan, namun dia tak mau berhenti menyerang lawannya. Tiba-tiba bayangan di malam pembantaian itu kembali memenuhi pikirannya, dia tak bisa mengontrol emosi dan memukuli partner latihannya dengan membabi-buta.
Dani yang melihat Deka mulai kalap dan diluar kendali mendadak panik, kemudian berlari ke arahnya dan langsung menarik sang sahabat sebelum dia memukuli lelaki itu sampai mati.
"Ka, sadar, Ka! Nanti dia bisa mati!" teriak Dani memperingatkan sembari menarik Deka menjauh dari partner latihannya yang sudah terkapar dengan sudut bibir berdarah.
Deka pun tersentak dan sontak berhenti, dia menatap lelaki yang dia pukuli itu dengan rasa bersalah.
"Maaf, aku tidak sengaja!" sesal Deka, sambil membantu lawannya itu untuk bangkit.
"Tidak apa-apa, Bang," Lelaki itu meringis menahan sakit.
"Aku akan mengobati lukamu," cetus Deka.
"Tidak usah, Bang. Aku baik-baik saja, kok."
Deka mengambil beberapa lembar uang seratus ribu dari dompetnya lalu memberikannya kepada lelaki itu, "Ini ambillah untukmu."
"Untuk apa, Bang?"
"Sudah ambil saja!" desak Deka.
Lelaki itu menerima uang pemberian Deka, "Terima kasih, Bang."
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi dan terima kasih sudah datang," ucap Deka.
"Iya, Bang. Aku permisi dulu," Lelaki itu bergegas pergi dari hadapan Deka.
"Kau pasti terbawa emosi lagi, kan?" tanya Dani, sudah beberapa tahun menjadi sahabat Deka, tentu dia tahu bagaimana kebiasaan sahabatnya itu.
Deka tak menjawab, dia meraih sebotol air mineral lalu menenggaknya hingga tandas.
"Kau lagi-lagi hampir membunuh partner latihan mu."
"Aku selalu saja teringat malam mengerikan itu saat latihan, dan tanpa sadar menganggap partner ku itu orang yang telah menghabisi ayahku."
"Tapi itu berbahaya, Ka! Kalau tadi tidak ada aku, mungkin dia sudah mati ditangan mu.
Deka mengembuskan napas berat, "Makanya aku selalu memintamu datang menemani ku latihan."
"Mau sampai kapan seperti ini?"
Deka menaikkan kedua bahunya pertanda tidak tahu, lalu berlalu dari hadapan Dani yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.
Dani buru-buru menyusul Deka masuk ke dalam rumah mewah yang Victor belikan untuknya. Bukan cuma rumah, Victor juga membelikan mobil keluaran terbaru dan barang-barang mewah yang Deka butuhkan.
Siapa pun tahu Deka adalah anak emas Victor, sejak dipungut dua puluh tahun yang lalu, Victor selalu membela nya dan memberikan apa saja untuk lelaki itu. Dia disekolahkan, diberi kehidupan yang mewah dan dilatih ilmu bela diri dengan pelatih profesional. Kemampuan berkelahi Deka sangat baik, karena dia salah satu atlet taekwondo sabuk hitam, dia juga ahli dalam menembak dan Victor selalu membanggakannya kepada semua orang.
Namun tentu semua itu tidak lah gratis, Victor melakukannya bukan tanpa tujuan, dia ingin Deka mengabdi padanya seumur hidup dan membantu dirinya. Dia menempa Deka menjadi sosok yang tangguh agar bisa menjalankan semua perintah darinya.
Baru saja Deka menjatuhkan diri di kursi, tiba-tiba ponselnya berdering, ada sebuah panggilan masuk dari Victor. Deka buru-buru menjawabnya.
"Iya, halo, Tuan."
"Aku ada tugas untukmu."
"Tugas apa itu, Tuan?"
"Lenyap kan Heru Wijaya dan pastikan kau tidak meninggalkan jejak seperti biasanya."
"Siap, Tuan," jawab Deka tanpa pikir panjang dan ragu sedikitpun.
"Aku tunggu kabar baik secepatnya."
Victor langsung menutup telepon sebelum Deka sempat membalas ucapan terakhirnya.
Deka menghela napas dan melempar ponselnya ke atas atas meja makan.
"Kau dapat tugas untuk menghabisi nyawa orang lagi?" tebak Dani.
Deka menganggukkan kepalanya.
"Ka, apa tidak sebaiknya kau berhenti menjadi pesuruhnya Tuan Victor? Tugas yang dia berikan padamu terlalu berbahaya, kapan saja kau bisa ketahuan dan tertangkap polisi."
"Aku tidak bisa, Dan! Tuan Victor sudah terlalu baik dan banyak menolongku, aku hanya ingin membalas kebaikannya saja," bantah Deka.
"Tapi bukan seperti ini, Ka! Kalau begini sama saja kau seperti mengorbankan hidupmu demi dia, kau yang rugi sendiri."
"Dan, sejak ayahku tewas dimalam itu, hidupku sudah tidak berarti lagi. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi dengan hidupku nanti, aku tidak takut apa pun."
"Tapi aku dan ayah mencemaskan mu, Ka," ujar Dani.
"Kalian tenang saja, jangan mencemaskan aku!"
Dani mengembuskan napas, dia kesal dengan sikap keras kepala Deka itu.
Deka beranjak dari duduknya, "Aku mau mandi dulu."
"Kalau begitu aku pulang saja." Dani juga ikut beranjak.
"Baiklah."
"Hati-hati, Ka." Dani menepuk pundak Deka dua kali.
"Hem," Deka hanya berdeham membalasnya.
Dani pun meninggalkan rumah mewah Deka dengan perasaan cemas akan keselamatan sahabatnya itu.
Dengan perlahan Deka menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya, lalu buru-buru mandi. Sebelum menjalankan tugasnya dia ingin menyegarkan diri dan pikirannya dulu.
Deka sekarang bukan Deka kecil yang manis dan penakut lagi, dia telah menjelma menjadi pria dewasa yang kejam dan tak berperasaan. Tanpa rasa berdosa, dia bisa melenyapkan siapa saja yang Victor inginkan, dan tak meninggalkan jejak sedikit pun, sehingga aksinya tak pernah tercium oleh polisi. Targetnya selalu mati dengan wajar dan terlihat seperti kecelakaan, namun tetap mengenaskan. Hingga Victor menjuluki Deka sebagai Iblis Perebut Jiwa, karena dia selalu berhasil merenggut paksa nyawa targetnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
bunda s'as
Aku curiga kalo yang membunuh ayahnya deka itu si victor ...
2023-03-25
2
Bab 2 .. Langsung aku masukin ke daftar favorit .. novel pertama yang ku baca yang berlatar belakang di Indonesia 😘😘😘😘
2022-10-25
2
Sama Lia
apa bedanya Deka dengan pembunuh ayahnya...sama sama pembunuh... jangan jangan Viktor yang membunuh ayahnya Deka...??
2022-07-17
1