4. Pembicaraan

Safa melepaskan helm dan menyerahkannya kepada wanita ojek yang mengantarnya. Setalahnya membayar dan berjalan selangkah, barulah dia sadar ada Vyan yang melihatnya datar dengan kedua tangan di saku. "Kenapa?"

Vyan memalingkan muka. "Huh! Sok suci!" Sesudahnya ia berjalan memasuki rumah.

Jadilah Safa mematung di tempat. "Lah, aku 'kan memang dalam masa suci bukan dalam masa haid." Bingung. Segera ia berlari ke depan Vyan dan berbalik menghadap suaminya itu.

"السلام عليكم," ucap Safa seraya berjalan mundur dengan kedua tangan di belakang.

Vyan menatap Safa dengan alis di tautkan. "و عليكم السلام."

"Kamu marah ya karena aku nggak izin dulu pas keluar rumah?" tanya Safa.

"Kenapa aku harus marah? Itu terserah padamu mau ke mana, aku nggak akan larang," balas Vyan.

"Gitu...." Safa mengulirkan mata.

Duagh! "استغفرالله." Jadilah tubuh Safa terbentur pintu utama dan terpental ke Vyan yang dengan sigap ditangkap laki-laki itu.

Vyan mendengus untuk menahan tawa yang ingin terbit.

"Hiks, sakit," keluh Safa.

"Makanya kalau jalan itu lihat ke depan. Kepentok 'kan jadinya," kata Vyan menasehati. Ia membantu Safa berdiri tegap yang tadinya berada dilingkaran dua tangannya.

"Iss, ini 'kan salah, V. Kenapa nggak bilang udah dekat pintu." Safa justru protes.

"Hei, kenapa malah nyalahin aku? Salah sendiri kenapa jalan kek tadi," tutur Vyan tidak terima.

"Iya-iya." Safa mengalah, hendak memegang tangan Vyan yang langsung dijauhkan laki-laki itu.

"Heh, kenapa pegang-pegang?" hardik Vyan menatap tajam Safa.

Safa mengernyit. "Emang nggak boleh?"

"Nggak boleh!"

Sontak senyum jahil Safa terbit. "Kamu harus tau, V. Dalam hidupku, larangan adalah perintah. Jadi...."

Vyan sudah lebih dulu lari masuk rumah seakan tau maksudnya.

"Mas Vyan, tungguin, Neng!"

Malamnya.

"Tunggu!"

Safa tidak jadi beranjak mendengar seruan sang suami yang sedang duduk berhadapan dengannya. "Aku mau membereskan bekas piring makanan kita."

"Ada yang mau aku bicarakan," ucap Vyan.

"Katakan saja." Safa berdiri seraya menarik kursi ke belakang. Ia mengumpulkan piring yang dibantu Vyan dan membawanya ke wastafel.

"Safa, kamu tau bukan pernikahan ini hanya sementara?" tanya Vyan memulai, membuat Safa meliriknya sesaat sebagai reaksi atas pernyataannya.

"Lalu?" Satu kata dan tetap pada aktivitasnya mencuci piring.

Dengan posisi membungkuk dan kedua tangan menahan tubuh, Vyan berkata, "Aku tidak mau menyakiti siapapun terutama kakekku, orang yang selalu melimpah kasih sayangnya padaku. Menikahinu adalah keinginan pertama yang dikatakannya padaku, aku berharap tidak mengecewakannya namun sepertinya keadaan tidak mendukung."

"Jadi?"

"Aku mau pernikahan kita ada masalah yang membuat kakek mengambil keputusan menceraikan kita," tutur Vyan yang menciptakan keheningan.

"Oke." Safa mengelap tangannya dengan kain.

Vyan menoleh pada Safa. "Hanya begitu tanggapanmu?"

"Lalu...." Safa menopang dagu pada meja wastafel. "Kamu mau jawaban kayak apa?"

"Apa kek! Penolakan atau saran gitu?" Wajah Vyan menkerut pertanda dirinya kesal.

Safa jadi gemas. "Aaa.... Imutnya pacar orang." Ingin mencubit pipi Vyan, namun keburu suaminya menghindar.

Safa mengubah posisi menjadi berlawanan dengan Vyan dan menyangga dengan lengan ditekuk atas meja. Memandang Vyan dan berkata, "Aku sutuju-setuju aja, lagi pula pernikahan ini tidak berarti apa-apa bagimu. Dan menurutku ada dua cara."

"Apa?"

"Buat aku menderita atau aku yang buat kamu menderita."

Kening Vyan menyatu. "Maksudnya?"

"Ya gitu, 'kan ada tuh di film-film suami yang melakukan kdrt pada istrinya sampai istrinya minta cerai, ataupun istrinya yang bikin suaminya menderita dengan memarahinya tiap hari, selingkuh, begitulah," jelas Safa panjang lebar.

Vyan tampak berpikir. "Aku tidak suka saran yang pertama, itu membuatku dipandang buruk oleh kakek dan masyarakat."

"Ya udah, yang kedua."

"Big no!" Menyilangkan kedua tangan di depan Safa. "Masak Vyan yang tampan juga kaya ini diselingkuhin. Aku akan terlihat menyedihkan."

"Mati sana!" Safa berekspresi datar.

Vyan tertawa, membuat keheningan pada diri Safa melihat tawa Vyan yang pertama kali dilihatnya. Tawa karena ulahnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!