#Episode 1

...“Hujan Menjadi Saksi Keberadaan Cinta”...

Saat ini hari jumat tanggal 9 Desember 2020 dimana wabah bernama COVID19 baru saja menggemparkan seluruh dunia. Tak terkecuali kota dingin tempat aku menuntut ilmu.

Kota metropolitan ini menjadi salah satu Zona Merah. Zona merah adalah zona yang menjadi pusat berkembangnya virus mematikan yang mengancam populasi manusia. Move on dari wabah itu kita beralih pada kisah cintaku.

Setelah menerima telefon dari Mama yang menyuruh ku pulang. Aku sedikit gemetar di kota perantauan bagaimana tidak, angin sepoi-sepoi dari pegunungan saat itu membekukan hatiku.

Aku ingat waktu itu aku berada di balkon kosanku. Sembari menikmati hujan, aku menyeruput kopi instan yang masih panas. Aku sedang menikmati suasana sore memandang, pada gagahnya gunung yang saat itu di selimuti kabut tebal terdengar, suara gemericik hujan dan bau tanah menyeruak masuk di tenggorokan. Segar. Begitulah perasaan ku waktu itu.

Hujan tiba-tiba memperpelan tangisnya semakin pelan hingga pelangi menghibur gunung yang sedang kesepian, tampak sekilas pepohonan sedang bersyukur merasa kekenyangan. Terlihat pula beberapa merpati yang sedang bermain di atap kontrakan depan kosan ku.

Aku memandangi meraka yang sedang bercanda gurau. Ada yang berwarna putih dengan ekor bak bunga sepatu ada juga yang berwarna coklat kehitaman, hitam dan ada juga yang memiliki kolaborasi bulu coklat putih dan hitam mereka sangat cantik di padu padankan dengan kemunculan pelangi yang sangat indah jadi ingat, mitos tentang

“Di ujung pelangi ada bidadari yang sedang mandi"

Ada yang tahu mitos itu juga enggak?

Saat aku asik menikmati indahnya ngalam hp ku berbunyi tanda sedang ada telefon rupanya, itu Mama ku. Aku angkat telefon dari Mama...

“Assalamualaikum ada apa Mama ?" angkat ku mengucapkan salam

“Waalaikumsalam. Kamu nih kak gak telefon sama sekali. Gimana skripsi mu lancar?”

“Alhamdulillah kemarin udah di ACC BAB 1 dan 2 Ma ”

“Oh terus kapan kamu mau pulang?"

“Kurang tahu juga sih Ma paling, nunggu ACC BAB 3 soalnya Bella ngejar sempro tanggal 26 November ada apa Ma?"

“Ya enggak. Masak kamu gak mau pulang gitu?! lagian tempat mu kan jadi zona merah jadi kuatir kan mama, Ingat, jaga kebersihan kau ini kan agak gak bersih jadi orang”

“Iya Mama ....” jawabku singkat

“Kk Mama mau tanya hal serius" tanya Mama ku sedikit serius

“Tanya apa Ma? Kalau soal MTK Bella gak bisa wkwkwk" candaku mencairkan suasana yang semakin tegang

“Kak kalau semisal ada Gus yang mau minta kamu. Kamu mau enggak?"

"Mama Bella belum selesai loh skripsi"

"Ya cuma tanya doang. Kan semisal” Aku diam tanpa menjawab apapun.

“Gimana kak?" tanya Mama lagi

"Mama Bella takut nikah, Bella gak mau gagal" jawabku setelah lama terdiam

"*Ini cuma semisal Bell udah ah Mama mau masuk kantor dulu inget jangan keluyuran Assalamualaikum*"

Tittttttttt telefon terputus

...***...

Kembali pada masa ini hari Jumat tanggal 9 Desember 2020 dimana kisah pertama ku dimulai. Pertama kali aku menuliskan kisah ini. Tadi pagi Mama ku mengajakku ke suatu tempat. Begini ceritanya.

Saat pagi baru saja menyebarkan sinarnya Mamaku baru saja sampai dengan mobil hitam sejuta umat. Dia turun lalu menggedor kamarku.

Tok...tok....!

"Kk ayo mama tunggu depan ya" teriak Mama di depan kamar

"Mau kemana Mama? Enggak ah mager" teriak ku yang masih asik scroll media sosial

Sedikit info aku tinggal di rumah nenek ku dan ibuku tinggal di rumahnya, yang jaraknya hanya 20 menit dari rumah nenek ku.

“Ayok ikut Mama kak, lagi mau belanja kebutuhan toko nih"

"Mama sama om aja gak usah Bella, Bella mager” teriakku yang masih enggan beranjak dari kasur

"Mama tunggu 3 menit kalau belum keluar gak ada uang kuota” ancam Mama ku

“Iya..... bentar aku ganti baju” teriakku sekali lagi

Aku yang belum sempat menyematkan jarum dan memakai bedak terburu memakainya di mobil lalu duduk di dekat jendela sembari memandang ke luar.

...***...

Rupanya saat itu rintik hujan sedang berdendang, memanggil kodok dan berbagai serangga lainnya. Tak ku hiraukan kejadian yang ada dalam mobil karena saat itu aku sedang kesal. Namanya anak muda bete banget kalau sedang rebahan manja di kasur nan empuk malah, disuruh ikut belanja kalau gak demi kuota aku gak mau melepaskan masa santai ku. Gerutu ku dalam hati.

Jejeran pohon menari-nari tertiup angin. Dataran tinggi mulai terlihat menakutkan tanjakan dan belokan berkolaborasi menjadikan suasana hari yang mencengkram kan, terdengar, suara guntur dan sesekali petir membelah langit, rintik hujan yang tadi menyapa berubah menjadi hujan lebat yang menakutkan terlihat belokan terjang menuju suatu rumah, sebelum rumah itu, ada kebun jagung yang bertahan di hantam tentara hujan yang semakin deras mengguyur bumi.

Terlihat om yang mengemudi sangat hati-hati namun, hujan mulai reda dan sampailah kita pada satu rumah yang lumayan besar hanya satu dari deretannya tak ada lagi rumah selain rumah ini.

Gerbang hitam tertutup rapat lalu terlihat pria separuh baya saling tegur sapa dengan Mama yang baru turun dari mobil. Kami di persilahkan masuk dan duduk di salah satu teras tempat para tamu bersenggama. Pria paruh baya yang di sebut dengan Gus Besar (sebutan anak kiyai) meluncurkan lelucon yang sangat menarik sampai kami terus terpingkal begitu juga aku. Walau aku tak tahu permasalahannya tapi ikut tertawa sajalah. Sekitar 1 jam kami duduk lalu...

“Mohon pamit Gus sudah adan Jumatan" ucap Mama ku dengan sopan dan membuat hatiku berteriak Hore.....

“Joh mau kemana kok keburu. Masih aden pertama kan,.. sudah lah duduk dulu" jawab lelaki tadi sesekali cemas melihat HP nya

Lelaki paruh baya itu tetap memaksa kami menetap sampai se orang laki-laki terlihat remang-remang di guyur hujan deras dengan petir dan guntur bersautan mengendarai sepeda putih menggantikan kuda putih seperti dongen Disney.

Dia benahi bajunya yang sedikit basah lalu, memakai kopiahnya dia, bersalaman kepada setiap laki-laki yang ada lalu membenahi duduknya.

“Nah biar saling akrab kita harus tahu kan nama satu sama lain” laki-laki paruh baya itu memecahkan keheningan

“Nah kenalin nih namanya Aiman dia ponakan ku, lalu Aiman ini Abah nya Bella namanya sama kayak kamu, yang ini Danang, ini Iza Mama nya Bella dan ini Siapa namanya?" Tanyanya kepadaku sedang berulang kali ia sudah menyebutnya

"Bella" Jawabku singkat

Lalu hujan mengguyur semakin deras saat kedua mata kami saling tatap. Ia kembali menundukkan mukanya namun, sedikit mencuri pandang padaku.

Dia seorang pria yang selalu di sanjung dengan Mama semua kelebihannya telah ku ketahui saking seringnya Mama ku bercerita tentangnya. Namun, aku penasaran bagaiman sosok sempurna di depanku mau bersama ku yang hanya wanita biasa tanpa kelebihan apa-apa.

Lantas mengapa dia yang Allah siapkan?

Kisah pertama dengan hujan menjadi saksinya.

Terpopuler

Comments

authoriseng

authoriseng

siapa sih yg gatau

2023-11-04

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

keren pemilihan katanya 😍

2023-05-27

1

nadila sania sulistia

nadila sania sulistia

keren tapi perbaiki tipo nya thor

2022-06-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!