Part 12

Intel Group.

Jingga terus berjalan mengikuti tuan Dave dari belakang menuju ruang kerja tuannya. Hari ini adalah hari pertama dirinya berkerja sebagai asisten pribadi Tuan Dave. Pekerjaan yang seharusnya hanya di mansion, kini berubah menjadi asisten pribadi dimana pun dan kapan pun. Awalnya Jingga ingin protes pada Tuan Dave, tapi setelah dipikir ulang. Jingga akhirnya menerima keputusan itu dengan hati yang bahagia. Karena ia merasa akan lebih nyaman bekerja diluar dari pada bekerja di dalam mansion.

Sebelum berangkat ke perusahaan Tuan Dave, ada satu kejadian yang membuat Jingga kesal pada pria pemilik perusahaan ini. Dirinya yang sudah berpakaian rapih, harus kembali ke kamar dan mengganti pakaian baru yang entah sejak kapan di beli oleh Tuan Dave untuknya. Jingga kesal bukan karena harus mengganti pakaian, tapi yang membuat Jingga kesal adalah perkataan tuan Dave, yang memerintahkan Pak Tri untuk membuang semua pakaian dirinya yang dibawa dari rumah kos.

"Tuan, aku harus mengerjakan apa?" tanya Jingga dengan hati-hati pada Tuan Dave yang sedang sibuk di meja kerjanya. Jingga yang sedari tadi duduk di atas sofa, akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Duduk, dan diamlah!" Jawab Dave tanpa menatap Jingga, matanya saat ini sibuk melihat deretan angka yang tertera di berkas yang dipegang olehnya. Lalu memberikan pada Jonathan dan mengambil berkas yang lainnya.

"Tapi tuan, aku merasa sangat lelah jika terus duduk diam tidak melakukan apa pun." Keluh Jingga.

Dave meletakkan berkas yang dipegangnya sambil menatap ke arah Jingga dengan seringai tipis diwajahnya. "Buatkan aku kopi!"

"Siap tuan, apa ada yang lainnya?" tanya Jingga dengan semangat.

"Tidak." Jawab Dave singkat dan meneruskan kembali pekerjaannya.

"Oke .. " Jingga berdiri dari duduknya dan berjalan keluar ruangan.

"Tuan, baru kali ini aku melihat ada wanita yang begitu semangat hanya karena disuruh membuat kopi." Jo berkata sambil menggelengkan kepalanya.

"Kita lihat Jo, seberapa semangat dirinya membuat kopi." Dave tersenyum licik.

Jo terdiam dan hanya menghela napasnya dengan berat, dirinya yakin kalau tuan mudanya itu berniat untuk mengerjai nona Jingga.

**

"Ini tuan." Jingga menaruh kopi di atas meja kerja tuan Dave.

Dave menghentikan pekerjaannya, lalu meminum kopi tersebut. "Ini terlalu pahit, buat lagi yang lebih manis." Dave menaruh cangkir kopi tersebut, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

"Tapi tuan, takaran gulanya sudah sesuai dengan yang biasa anda minum. Aku sudah memastikan pada orang pantry yang biasa membuat kopi untuk anda." Tutur Jingga.

"Kalau aku katakan kurang manis, berarti kau harus buat lagi!" perintah Dave.

Jingga mau tidak mau kembali menuju pantry untuk membuat kopi yang baru dengan menambahkan takaran gulanya.

"Ini terlalu manis!" Dave menaruh cangkir kopi yang baru saja diantar oleh Jingga.

"Terlalu manis? Tapi aku hanya menambahkan sedikit gula." Jingga berkata, dengan wajah yang bingung.

"Bikin kopi yang baru lagi!"

"Lagi?" pekik Jingga.

"Kenapa? Apa kau keberatan? Padahal tadi kau bilang lelah jika hanya duduk diam." Sindir Dave, dengan tersenyum sinis.

Jingga menarik napasnya dan berusaha untuk tersenyum. "Aku tidak keberatan tuan, karena ini sudah menjadi pekerjaanku." Jingga kembali berjalan menuju pantry.

Dave tersenyum tipis setelah melihat Jingga pergi dari ruangannya. Entah mengapa setiap mengganggu Jingga, ada rasa bahagia di hatinya. Terutama saat melihat wajah Jingga yang berpura-pura tersenyum disaat ia terlihat menahan rasa kesal.

Jingga yang sudah berada di ruang pantry, mulai menghela napasnya agar bisa menahan emosi dihatinya. Bagaimana tidak emosi jika dirinya harus bolak-balik hampir tujuh kali hanya untuk membuat secangkir kopi. "Sepertinya dia sedang mengerjai aku." Gumam Jingga dalam hati, sambil membuat secangkir kopi untuk yang kedelapan kalinya.

"Ini tuan." Jingga menaruh nampan keatas meja tuan Dave.

Dave mengerutkan keningnya saat menatap nampan berisi satu cangkir kopi beserta toples kecil di depannya. "Ini apa?" tanya Dave mengambil toples kecil yang ada di samping cangkir kopi.

"Itu tempat gula, aku sengaja membawanya agar anda bisa memasukkan berapa pun gula yang anda inginkan. Jadi aku tidak perlu bolak-balik lagi hanya karena takut kurang manis atau kemanisan." Seru Jingga dengan tersenyum.

Jo yang sedari tadi berdiri di samping tuannya, reflek tersenyum saat tuan Dave tidak bisa berkutik lagi untuk mengerjai nona Jingga.

Dengan wajah yang kesal, mau tidak mau Dave mengambil cangkir kopi dan mengisi gula dengan tangannya sendiri. Membuat Jingga tersenyum penuh kemenangan.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

lucu jg bagian ini tak berkutik kan Tuan Dave manusia datar + menyebalkan mati gaya wk wk wk

2023-12-20

0

anonim

anonim

he he...mati gaya kau Dave😆

2023-12-03

0

uli

uli

gadis cerdas

2023-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!