Bab Dua

Kedua manik penuh keangkuhan milik Brad menatap tajam ke arah Mario sang sekretaris, tak bisa dipungkiri jika Brad sangat menjaga nama baiknya selama ini. "Apa yang dilakukan Melissa di tempat ini?"

Mario menghadap dengan penuh penghormatan. Kepada tuannya yang merupakan politisi sebuah partai politik ini, Mario hanya bisa menundukkan kepala serta harga dirinya kepada raja tak bermahkota seperti Brad Owen. "Bu Melissa sepertinya sedang melakukan sebuah pertemuan, Pak." Dengan cukup hati-hati berucap, Mario menjelaskan maksud dari kedatangan Melissa di hotel mewah ini.

"Sepertinya? Apa kau hanya bisa menerka, Mario? Apakah berat tugas yang kuberikan selama ini padamu?" selidik Brad dengan tatapan tak berubah sejak tadi. Bahkan kini, air mukanya semakin berubah seperti hendak menelan bulat-bulat Mario.

"Tidak, Pak. Akan saya pastikan kedua mata saya dan nyawa saja apa yang dilakukan oleh Bu Melissa di tempat ini dan segera melaporkannya pada Anda." Mario berjanji pada Brad untuk selalu melaporkan apa yang ia lihat dan ia dengar pada atasannya.

"Pergilah!" Brad masih berada di posisi duduknya, kedua alisnya bertaut hingga membuat wanita yang sejak tadi mengelus mesra pangkal pahanya bergidik ngeri.

**

Melissa berhasil membungkam mulut pihak Amanda seperti yang sering ia lakukan sebelumnya. Menggunakan cara-cara seperti membujuk ataupun mengalah bukan lah cara Melissa. Bahkan jurnalis senior itu tak segan jika harus menuntut ataupun menegaskan seperti apa kemauannya.

Meski urusan pentingnya telah dapat diselesaikan dengan baik, tak membuat Melissa mampu tersenyum puas. Langkahnya tiba-tiba terhenti lagi. Bukan karena melihat sosok Mario ataupun sang suami. Namun, ada hal lain yang mengganjal di benaknya.

Pandangan mata Melissa tampak nanar hingga membuatnya tak memiliki semangat. "Aku benci diatur!" ucapnya sebelum membuka pintu mobil dan menaikinya.

Selain Melissa, masih ada satu sosok yang sepertinya belum puas dengan laporan dari anak buahnya.

"Bu Melissa telah pulang sekitar lima menit yang lalu, Beliau membahas tentang somasi dari artis yang berseteru dengan harian Bu Melissa."

"Lalu apa yang telah Melissa perbuat hingga mampu menahan pergerakan lawannya?" Brad melirik Mario dengan tatapan dingin seperti biasanya.

Niatnya untuk menemui salah satu informan di hotel ini harus porak-poranda karena kedatangan Melissa yang menyebabkan konsentrasi Brad mau tidak mau pecah.

"Bu Melissa dan kuasa hukumnya serta dibantu temannya yang berprofesi sebagai pengacara mengancam akan melaporkan balik karena pihak Amanda memanfaatkan kesalahan kecil ini untuk meminta ganti rugi yang nilainya fantastis." jelas Mario panjang lebar.

Seperti inilah pekerjaan Mario, selain menjadi pengelola jadwal Brad. Mario juga merangkap sebagai tangan kanan Brad Owen.

"Siapa teman Melissa?" tanya Brad seperti tercekat sehingga hanya itu saja pertanyaan yang mampu keluar dari rongga mulutnya.

"Pak Ari Dinata."

Napas Brad kembali mendayu-dayu. Bukan sekali dua kali ini saja ia merasa hal demikian. Meski hal seperti ini sangat umum terjadi di dalam rumah tangga yang normal. Namun, jika menelaah dari kehidupan pernikahan Melissa dan Brad sangat tidak mungkin. Pasalnya baik Brad maupun Melissa dilarang saling ikut campur dalam masalah masing-masing pihak.

Brad meremas gelas whiskey di tangan kanannya. Haruskah ia melalukan hal bodoh seperti ini di depan Mario?

"Oh, wanita itu pintar memanfaatkan keadaan." Brad sungguh memuji cara kerja Melissa. Hingga mau tak mau, ia sedikit bangga terhadap sang istri. Istri? Jika Melissa bersedia disebut sebagai istri.

"Aku akan kembali, siapkan mobil!"

"Baik, Pak. Apa Anda berencana pulang?"

"Itu bukan urusanmu, Mario."

**

Melissa telah sampai di rumahnya. Oh ... bukan. Rumah Brad. Karena semenjak menikah dengan lelaki tua itu, Melissa diboyong oleh politisi tersebut ke rumahnya di kawasan Menteng.

Tak tanggung-tanggung, rumah mewah tiga lantai yang kini ditempati oleh Melissa berada di kompleks perumahan elit. Selain megah dan mewah, rumah tersebut juga memiliki akses ke manapun hingga membuat penghuninya lebih leluasa untuk bepergian.

Pulang pergi sendiri, membuat Melissa terbiasa seorang diri. Hingga ketika papanya memberi Melissa seorang sopir pribadi, Mel selalu menolaknya.

Di dalam rumah mewah inilah, nasib Melissa diadu. Mampukah ia bertahan dengan pernikahan tanpa rasa cinta ini? Ataukah reporter wanita itu akan mengibarkan bendera putih tanda ia menyerah?

"Aku muak ... aku muak dengan hidup diatur seperti ini. Aku bukan burung dalam sangkar." Melissa mencampakkan sepatunya dengan kesal dan menggantinya dengan sendal rumahan.

Jangan ditanya seberapa benci ia dengan kehidupan monoton ini. Bangun tidur, bekerja, lalu pulang dan tidur lagi. Melissa sangat muak.

Tak ada kata indah yang ingin ia tulis dari kehidupannya. semuanya hampa. Semuanya tak memiliki rasa. Melissa telah lelah menjalani hidupnya yang kosong.

Terpopuler

Comments

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

bentar lagi hidup mu gak akan kosong lagi bakalan di isi dengan indah nya hidup bersama suami mu yang sudah mulai cembokur..kayak nya sih..😅😁

lanjut baca.

2022-07-08

5

Risfa

Risfa

baru mau nanya gmn rasanya, gk jadi dehh 😂

2022-06-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!