Jigar selalu menatap wajah Hanny yang seperti menahan beban.Entah apa yang menjadi pikiran wanita cantik yang terkenal periang itu. Apakah karena masalah perjodohan?
"Hai, Dokter Hanny," sapa Dokter Jigar saat mendekati Hanny yang duduk di sebuah kursi coklat di bawah pohon yang rindang
"Hai, Juga Dokter Jigar." balas Hanny dengan senyum yang di paksakan, dan memberi jarak agar Dokter Jigar duduk di sampingnya.
"Sepertinya ada sesuatu yang kau pikirkan, Apakah boleh saya tahu,?" tanya Dokter Jigar seraya menoleh kearah Hanny
"Apa yang sedang anda pikirkan,kata Facebook saat aku baru mau buat status, Apakah Dokter Jigar sama kayak Facebook,?" tanya Hanny dengan senyum terkekeh.
Mendengar lelucon Hanny, Jigar tersenyum. Namun ... senyuman nya seperti gambar.Menatap wanita yang begitu ia impikan harus ia lihat bersanding dengan sepupunya.
*****
"Sagara sudah kerumah sakit, Jeng. hanya saja ... Nak Hanny tidak ada,"ucap Bundanya Sagara pada Ibunya Hanny
"Ah, saya lupa Jeng. Kalau hari ini Hanny ada dinas untuk membantu korban longsor," terang Ibunya Hanny yang tidak tahu kalau calon mantunya akan datang hari ini ke Rumah sakit.
"Tidak apa-apa, Jeng. saya berharap ... Hanny adalah jodoh Sagara, Saya sangat menyukai Hanny, Jeng. Melihatnya dari jauh saat itu ... membantu para anak-anak, membuat saya tersentuh." Bundanya Sagara mengingat Dimana saat itu suaminya membawanya melihat calon menantunya.
"Sagara anak yang baik, tapi ... pernikahan dadakan diantara mereka mungkin akan terjadi masalah. Mereka butuh beradaptasi dan saling mengenal, Kita sebagai orang tua hanya bisa memberikan yang terbaik untuk mereka," ucap Bundanya Sagara yang kini berkunjung ke toko roti Ibunya Hanny.
Perjodohan mungkin bukanlah jalan yang baik bagi anak-anak, Tapi ... orang tua hanya menginginkan yang terbaik, Apalagi ada janji yang harus mereka tepati pada orang yang sudah mati.
Sagara kini sedang melakukan rapat yang sudah ia tunda tadi pagi.
"Saya tidak suka dengan adanya kegagalan, Jadi ... jangan sampai ada kata gagal, targetkan dalam diri kalian, kesuksesan perusahaan juga tergantung dari kerja keras kalian, Perusahaan tidak akan memejamkan mata jika kalian bisa memenuhi target" ucap Sagara sebagai penutup rapat tersebut.
Sekertaris Sagara pun mengakhiri rapat itu setelah melihat Sagara melangkah kan kaki meninggalkan ruang rapat.
"Mas, ada apa? Apa terjadi masalah besar? apa ada sangkut pautnya denganku?" tanya Zahra saat sudah ada dalam ruangan Sagara
Sejenak Sagara terdiam, Ia menatap wajah yang begitu ia cintai. Berusaha mengumpulkan kata agar tidak menyakiti hatinya.
"Ayahku sudah tahu akan hubungan kita," ucapan Sagar terjeda sesaat, Ia mengambil nafasnya dalam-dalam dan menatap mimik wajah Zahra yang sedikit tersenyum.
"Tapi ... Mereka menjodohkan aku dengan wanita lain " perkataan itu bagaikan hantaman besar bagi Zahra, senyum yang ia tampilkan tadi langsung lenyap sudah. tangannya yang di pegang oleh Sagara ia lepaskan dengan perlahan.
"Zahra, dengarkan aku ... kau mengatakan kalau kau mencintaiku apa adanya, Aku akan memilih mu dan kita akan hidup sederhana bersama " ucap Sagara seraya meraih tangan itu kembali dan menggenggam nya.
Zahra sesaat terdiam, Ia mengatur perasaannya dengan sebaik mungkin, Ia tahu ... rasa kecewanya lebih besar rasa kecewa yang Sagara rasakan sekarang, Yang mana Zahra sudah mengerti akan pertengkaran antara Sagara dan Ayahnya karena dirinya. Dan Zahra tidak ingin menambah pikiran buat Sagara.
Zahra menatap Sagara lalu tersenyum, menangkup kedua pipi kekasihnya itu dan memberinya kekuatan.
"Ikuti apa yang orang tuamu katakan, jangan lawan mereka, karena kita sebagai anak tidak akan pernah menang, Hampir dua tahun kita membina cinta, Tapi ... Tidak ada takdir yang memastikan hubungan kita, Dan sekarang kau dijodohkan, Mungkin dialah jodoh mu, aku tidak apa-apa, Sungguh aku tidak apa-apa, Sagara Biru Wilantara, Aku mencintaimu karena hatimu, karena hatiku nyaman dengan mu, Aku juga melepaskannmu," Zahra berkata dengan mata yang berkaca-kaca. Padahal ia sudah berusaha agar dia kuat untuk mengatakan hal itu. Tapi nyatanya ... hatinya tak sekuat itu.
"Kau melepaskan aku dengan mudah, Zahra," Sagara menatap tak percaya pada kekasih yang begitu ia cintai
"Apa yang bisa aku lakukan, Mas. Apa ... ! aku mencintaimu, tapi orang tuamu tidak ingin aku masuk dalam hidupmu, Bukan hanya orang tuamu yang menghalanginya cinta kita, tapi juga takdir, Mas" ucap Zahra
"Aku yakin ... wanita itu pasti wanita yang baik dan cantik" imbuh Zahra yang sudah melepaskan tangannya dari pipi Sagara.
"Dia Hanny, Dokter yang merawat adikmu," ucap Sagara, yang membuat Zahra tertegun sesaat.
"Aku akan mencoba mengambil jalan yang aku pilih, Zahra. Aku harap kau mau menunggu keputusan ku besok" ucap Sagara seraya memeluk sang kekasih.
'Kini Aku mengerti akan tatapan tidak suka Sekertaris ayahmu itu mas, Maafkan aku ... maafkan aku karena mencintai mu, dan Maafkan aku karena aku ... kau dan Ayahmu bertengkar ' bathin Zahra.
Ia membalas pelukan Sagara untuk yang terakhir kalinya.
Zahra sudah mengira semua ini akan terjadi, ia mengerti akan perbedaan kasta antara dirinya dan juga Sagar yang bagaikan langit dan bumi. Padahal ... bukan karena itu Sagara di jodohkan, itu karena perjodohan dari masa lalu.
Dalam ruangan yang menjadi saksi hubungan asmara mereka, kini yang mulanya ruangan itu menjadi tempat terindah bagi mereka, kini seakan mencekam bagi keduanya.
Abra dan Agra bekerja dengan dia setelah Sagara mengatakan semua nya lada Zahra.
Malam telah tiba, Kini Sagara dan Kedua orang tuanya makan malam bersama. Setelah makan malam selesai, Ayahnya hendak meninggalkan kursi, Namun ... terhenti saat mendengar suara Saga..
"Aku tidak bisa menikahi Hanny, Pilihan Ayah. Mulai malam ini, aku akan meninggalkan rumah dan perusahaan, serta semua fasilitas yang sudah Ayah berikan padaku, Maafkan Saga, Ayah ... Bunda" ucap Sagara yang kini berdiri dari duduknya dan hendak pergi, Namun tiba-tiba
"Nyonya ... " teriak Bik Arsi yang melihat Bundanya Sagara terjatuh pingsan, membuat kedua laki-laki yang saling bertatapan sinis dan penuh amarah itu.
"Pergi ... pergilah dan jangan lihat Bunda mu lagi!" teriak Ayahnya Agara yang kini berjalan menghampiri sang istri dan membawanya keatas kamarnya, Sedangkan Sagara terdiam mematung dan menjatuhkan bobot tubuhnya di tangga rumahnya.
'Kenapa ... Kenapa ... kenapa seperti ini, bahkan takdir saja tidak merelakan aku pergi dari sini'
Bik Arsi sudah menghubungi Dokter Jigar yang mana ia adalah keponakan Ayahnya Sagara. Namun ... Bukan Jigar yang datang, tapi temannya Jigar. Karena Jigar masih ada dalam perjalanan dan kemungkinan akan terlambat sampai jika masih menunggu Jigar.
"Bagaimana keadaan istri saya Dokter,?" Tanya Tuan Tara
"Tekanan darahnya turun dengan secara tiba-tiba, sehingga aliran darah dan suplai oksigen ke otak berkurang, Di sarankan ... Nyonya jangan sampai stres,atau memiliki pikiran yang memicu ketakutan, intinya jaga perasaan nya agar tetap nyaman dan tenang" ucap Dokter itu yang semuanya di dengar oleh Sagara dari pintu kamar orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
naumiiii🎈✨
Kasihan Zahra thorr, para otru ini gak ngertiin perasaan anaknya😔
2022-07-03
0