"Jul.."
Riki berteriak memanggil teman jomblonya. Ia sudah setengah jam yang lalu berdiri di emperan rumah Panjul. Sepertinya sudah tak ada bapak dan ibu Panjul. Pasti mereka berdua sudah ngantor ke sawah sambil giring bebek.
Terlihat tak ada yang keluar menyambutnya sebagai tamu.
"Tau gini, tadi sayang sayangan dulu ama Bulan. Udah jam tujuh lewat juga, ngebonya minta ampun. Pantas susah dapat bini..."
Riki duduk di teras sambil mengoceh mengatai sahabatnya itu. Sudah menjadi hal yang biasa jika Riki datang pagi pagi ke rumah Panjul. Di RT sebelah lagi panen padi, ia dan Jul adalah partner kerja yang kompak. Mereka berdua adalah buruh pikul padi di sawah. Lain halnya dengan Yono yang pegawai honorer di salah satu sekolah.
Clek...
"Apaan sih Ki..."
Jul menguap berkali-kali, ia juga menatap sengit Riki yang mengganggu tidurnya. Wong semalam dia mikirin mantan menikah sampek ga bisa tidur. Gelisah membayangkan Ratna, sang mantan.
"Terlalu rajin Lo Jul, Sampek ga nyadar udah jam berapa ini. Bukan cuma rejeki yang di patok ayam Jul, kalau udah siang begini mah. Jodoh juga pasti ketikung terus."
Jul mendengus lalu pergi meninggalkan Riki. Sementara Riki masuk begitu saja, duduk anteng di ruang tamu. Sambil memikirkan ucapan istrinya semalam. Tak lama ia menyusul Jul di kamarnya.
"Jul Lo denger gak semalam?"
"Apa?"
"Kata bini gue tuh_"
"Ada tetangga baru, dan dia janda kan. Udah tau gua..."
Riki menutup mulutnya rapat.
" Jadi Panjul udah tau ada janda di komplek rumahnya. Ko Panjul ga kecantol ya, sama tuh janda. Apa Jul belum tau gimana orangnya. Ga mungkin Jul ga ikut nimbrung semalam. Apa dia ngerem ya, di tinggal kawin sama Ratna. Apalagi katanya dia cakep nya luar biasa. Dan Jul respon nya gitu doang. Apa ga demen dia sama yang udah bolong.?"
Riki bergumam dalam hati, sambil melirik Jul yang sedang memakai baju kantor nya.
"Jul, sayang ini masih baru tuh celana. Sekali nyebur ke sawah langsung berubah tuh celana kena lumpur."
"Mana baru, RB nih emak yang beli kemaren. Enak di pakenya, sakunya gede." Riki mengangguk mengerti.
"Jul Lo udah liat tuh si janda bolong.?"
"Mulut Lo Ki, kalau orang nya denger bisa di kirim ke Nusa kambangan Lo. Ya jelas janda itu sudah bolong Ki."
" Eh siapa tau.."
Riki mendengus, ia keluar sambil memikirkan istrinya yang mengatakan katanya ada janda baru di kampungnya. Bakal jadi ramai lagi nih kampung. Alamat ia siap di kurung sama bini di rumah. Yang katanya takut ke cantol lah takut di godain lah. Ah nasib, kebebasan di ujung tanduk, sebel....
"Jul cepetan kenapa Jul, siang nih.."
Riki keluar rumah sambil berteriak mengingatkan Jul. Sampai di luar Riki shock melihat wanita cantik datang menghampirinya. Dadanya mau loncat, dan rasanya ia ingin berguling melihat bidadari surga.
"Ya Allah, apa aku udah bau tanah ya, gak lama lagi. Ko udah liat bidadari cantik. Ikhlas dah kalau di jemput kek beginian. Bisa langsung kekepin."
Via mengibaskan tangannya pada wajah Riki. Ia sudah dua kali menyapanya dan bertanya. Tapi pria di depannya ini sepertinya tak mendengar.
"Ayo Ki..."
Dari dalam rumah Jul datang dan mengagetkan Riki. Begitu juga dengan Via, langsung menoleh ke arah pria yang mengagetkannya.
Deg....
Begitu pula dengan Jul, ia mematung melihat ada bidadari di teras rumahnya bersama sahabat nya.
Apalagi wanita itu tersenyum padanya, menampilkan deretan giginya yang putih.
"Mas, bisa bantu saya..."
Riki sadar dari lamunannya, ia menoleh ke arah Jul yang masih shock seperti dirinya. Duh dia aja hampir hilap, apalagi Jul yang jomblo. Sudah pasti dadanya ada jutaan kupu-kupu yang beterbangan.
"Mbak nyari siapa ya?"
"Yang punya rumah ini, mas."
Riki melirik lagi Jul, ia lalu mendekati sahabat nya dan berbisik.
"Jul dia nyari Lo tuh.."
Hah...
Jul sadar diri lamunannya, ia lalu memandang wanita cantik yang berdiri tak jauh darinya.
"Mbak, ini yang punya rumah,!"
Via mengangguk mengerti, ia lalu memandang pria yang rambutnya di kuncir dan tato di lengan kirinya. Ia juga melihat tubuh Jul. Sepertinya dia pria yang suka berolah raga. Terlihat dari otot lengannya.
"Mas bisa bantu saya pasang Sanyo. Kata tetangga sebelah saya harus kesini."
Masih tak bergeming Jul tak merespon sedikitpun. Saking shock nya melihat wanita cantik di depannya. Jika di bandingkan dengan Ratna yang super cantik di kampung. Dia lebih dari cantik, rambutnya bergelombang, dan bulu matanya yang lentik. Seketika membuat Jul langsung melupakan sakit hatinya pada mantan.
"Jul, di tanya tuh..!"
Riki mencubit perut keras Jul, ia jengah dengan sahabatnya. Ko ga balik balik ya tuh ruh yang sempat melayang.
"Apa..?"
Via kaget mendengar Jul berkata dengan suara Bas nya. Rupanya pemilik rumah ini seram juga. Begitu pikir nya...
"Maaf, kalau saya repotin. Saya hanya minta bantuan nya. Mas bisa pasangkan Sanyo. Soalnya airnya kecil kalau ga pake Sanyo."
Via juga kikuk berhadapan dengan pria di depannya ini. Niat hati ingin meminta bantuan, tapi justru ia terkesima dengan pria di depannya ini.
"Via, ingat jangan sampai Lo di labrak sama istrinya. "
Via bergumam dalam hati, ia juga yang sempat sempatnya terpesona sama suami orang. Jangan sampai niat ingin menghindari mantan suaminya. Justru ia membuat masalah baru lagi di kampung orang.
"Ga bisa, gua udah telat kerjanya. Kalau mau nanti malam. Dan kalau ga mau ya sudah cari yang bisa pasang, ayo Ki."
Riki masih bengong mendengar Jul yang menolaknya. Ia mengikuti langkah Jul dari belakang. Dari pada ia di tinggal, lebih baik ia diam dulu dan ngikutin langkah sang komandan.
Sementara Via kecewa, sudah dari semalam ia tak mandi. Dan tiba di sini ia di tolak begitu saja.
"Sombong sekali dia..."
Tak lama Via juga pergi meninggalkan rumah Jul, dan pulang ke rumahnya. Sepertinya ia terpaksa harus menimba air seperti yang lainnya.
"Jul ko Lo tolak gitu aja. Kasihan dia kalau harus nimba air. Lo belaga jual mahal Jul. Mentang mentang Lo perjaka dan dia janda bolong, Lo singkirin gitu aja. Nih ya Jul, yang namanya nanam singkong tuh asal di lubang yang berkualitas pasti enak."
"Dia janda yang semalam datang."
Hah...Ko jawab lain si Panjul.
"Jul, masa Allah Jul, kelewatan tuh sawahnya pak Dadang."
Jul ngerem mendadak, membuat Riki yang di belakangnya otomatis hidungnya mencium leher Jul.
"Apaan sih Ki, sialan Lo. Ga di kasih sama bini, main sosor aja. Gua masih normal jomblo juga, minggir...."
"Tuh datang deh sensinya, yang di putusin mantan. Siapa juga yang ga normal, dua ronde gua semalam sama Bulan....
Beh.... Enakanya nyelupin singkong kalau musim hujan begini."
Jul mendengus mendengarnya, ia tau Riki mengejeknya yang belum pernah menanam singkong miliknya.
"Kalau gua udah nanam singkong, gua pastikan singkong gua pemecah rekor."
Riki tertawa terbahak mendengar Jul yang emosi. Dia pasti penasaran bagaimana nikmatnya menanam singkong.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Elisanoor
type laki saya ini , Rambut bergelombang 🤣🤣🤣
2023-11-16
0
Ratniatin Ginoga
gladi resik bang jul
2022-07-17
0
Halimah Ahong
hahahaaa awas aja singkong mu jdi tape pnjul lmbek 🤣🤣😃
2022-06-23
0