"Kau ingin oleh-oleh apa nanti, Sansa?" Tanya Alex sembari mengusap kepalku dengan lembut, aku melirik Daddy yang berdiri di sampingku dan Daddy hanya menahan senyum.
Bagi Daddy, perlakuan Alex hanyalah bentuk perhatian biasa padaku, namun aku tahu, perhatian Alex lebih dari itu.
"Akan ku beri tahu nanti," jawabku.
Saat ini kami sudah di Bandara, mengantar Alex yang akan pergi ke New York. "Baiklah, aku pergi dulu," ucap Alex, aku menatapnya dengan sedih, meskipun ini bukan pertama kalinya kami berpisah, namun sekarang aku sungguh merasa sedih dan merasa berat untuk melepasnya.
"Telfon kami saat kau sampai," kata Daddy sembari menepuk pundak Alex dan Alex hanya tersenyum sambil mengangguk.
Daddy pun merangkul pundakku dan membawa pergi, sesekali aku menoleh pada Alex yang melambaikan tangan padaku sambil tersenyum.
Saat sampai di parkiran, aku berkata pada Daddy bahwa aku akan menemui Alex sebentar. "Mau apa? Dia pasti sudah masuk," kata Daddy kemudian ia melirik arlojinya. "Kita juga sudah terlambat, Sweety."
"Sebentar saja, Dad." Aku memohon padanya. "Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padanya, aku takut sampai dia lupa," rengekku.
"Baiklah," jawab Daddy akhirnya dan aku pun langsung berlari mengejar Alex.
Aku mengedarkan pandanganku, mencari sosok Alex dan aku harap ia belum masuk.
"ALEX...!" Teriakku saat aku melihat Alex di antara kerumunan orang-orang, Alex menoleh dan aku pun langsung berlari ke arahnya.
Aku berhambur ke pelukan Alex, aku berjinjit dan langsung memangut bibirnya. Alex tampak terkejut, aku bisa merasakan tubuhnya yang menegang namun sesaat kemudian Alex langsung melepaskan tasnya dan ia memelukku dengan satu tangannya sementara tangan yang lain ia gunakan untuk menekan tengkukku, guna memperdalam ciuman kami.
Alex membalas ciumanku dengan begitu intens dan menuntut, kepala kami bergerak kekanan dan kekiri mencari titik nyaman dalam ciuman kami yang terus berlanjut.
Setelah merasa kehabisan napas, aku memukul dada Alex dan dengan terpaksa ia melepas ciumannya. Alex menempelkan keningnya di keningku, tatapan kami bertemu, napas kami memburu dan bibir kami basah.
"Aku akan sangat merindukanmu," lirihku di depan bibirnya, Alex mengecup bibirku dengan lembut.
"Aku juga pasti akan merindukanmu, Baby girl," tukasnya dengan suara serak.
"Saat kau pulang nanti, ayo bicara pada Daddy," pintaku dan Alex mengangguk sambil tersenyum.
"Kita akan bicara, Baby girl. Apalagi kau sudah 20 tahun," tukas Alex.
"Kau janji? Kau tidak akan takut pada Daddy, 'kan?" Tanyaku sambil terkekeh.
"Tentu saja aku takut, tapi aku akan mengatasinya," ucap Alex yang juga terkekeh, ia menangkup pipiku kemudian mengecup keningku dengan lembut dan cukup lama, aku memejamkan mata, menikmati kehangatan kecupan kekasihku yang terasa hingga ke relung hatiku.
"I love you, Baby girl."
"I love you, my old man."
...***...
Aku menyenderkan kepalaku dan tatapanku menatap ke luar mobil, sementara Daddy fokus menyetir dan sesekali ia mengajakku mengobrol. Namun saat ini, aku sedang tidak ingin mengobrol, ada banyak yang aku fikirkan dan itu membuat kepalaku sakit.
"Ada apa? Apa kau sedih karena Uncle Alex pergi?" Tanya Daddy sembari mengusap kepalaku, aku langsung menyenderkan kepalaku ke lengan Daddy dengan manja.
"Daddy, aku takut," bisikku dengan suara yang bergetar.
"Jangan takut, Sayang. Daddy di sini," ucap Daddy. "Tapi Daddy harap, kamu segera memberi tahu Alex, karena dia sangat menyayangimu seperti menyayangi putrinya sendiri. Dia pasti ingin tahu keadaanmu, Sweety," tukas Daddy.
Aku hanya bisa membisu, aku ingin memberi tahu yang sebenarnya pada Alex karena Alex bukan hanya menganggapku putrinya, tapi aku adalah kekasihnya. Namun, aku tidak siap. Aku takut dia sedih, aku tidak tega.
Daddy menghentikannya mobilnya di rumah sakit kemudian ia mengajakku keluar dari mobil.
Aku mendongak, menatap rumah sakit terbesar di London dengen perasaan yang cemas.
"Sudah, jangan takut. Kau akan baik-baik saja," kata Daddy menenangkanku.
Kami menemui Dokter Chloe yang langsung menyambutku dan Daddy dengan hangat. "Halo, Sansa. Apa kabarmu?" Sapa Dokter Chloe dengan sangat manis.
"Aku merasa sangat baik, Dokter," jawabku.
"Yeah, aku bisa melihat itu di senyummu," kata Dokter Chloe yang membuatku tertawa kecil. "Siap melakukan pemeriksaan, Sayang?" Aku mengangguk sambil tersenyum kecil. "Aku yakin hasilnya pasti akan bagus, kau pandai menjaga kesehatanmu."
"Aku berusaha menjaganya dengan sangat baik, Dok. Karena aku tidak mau meninggalkan Daddy seperti yang Mom lakukan," lirihku sedih.
"Kau lebih kuat dari ibumu, Sayang. Kau tidak akan meninggalkan siapapun sampai kau tua nanti, rambutmu memutih dan kulitmu keriput." lagi-lagi aku tertawa kecil dan meng-aminkan do'a itu.
Ibuku menderita penyakit jantung koroner, bukan karena ia tidak menjalani kehidupannya yang sehat namun ini faktor keturunan.
Dan sekarang, penyakit ini di turunkan padaku, yang membuatku sangat ketakutan setiap hari. Aku takut berpisah dari Daddy, dari Alex, dari teman-temanku, aku belum siap pergi.
Satu tahun yang lalu, aku mengalami sesak napas yang membuatku pingsan, dan saat Daddy membawaku ke Dokter. Dokter mendiagnosa aku mengalami penyakit seperti ibuku, tentu itu pukulan yang sangat berat untuk Daddy, begitu juga untukku. Namun kami saling menguatkan dan berusaha bersama-sama untuk melewati masalah ini.
Aku ingin memberi tahu Alex, tapi aku tidak siap untuk melihatnya sedih.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
ternyata karna penyakitnya itu makanya Sansa ngebet pengen segera nikah dgn Alex
2023-04-26
3
ismawati widjaya
kok pada alex harusnyq pada daddy
2022-11-13
0
Andariya 💖
oh..ternyata sansan punya penyakit jantung 🤣🤣
2022-09-30
1