dreeet.....dreeet....dreeet...
"Halo Ma..."
"Seno, cepat ke rumah Mama!" ucap Selena pada Seno, dengan nada tidak bersahabat.
"Iya, Ma... Sebentar lagi. Seno ada urusan sedikit." balas Seno.
"Ok. Mama tunggu!"
tut tut tut tut
"Haa..." Seno membuang nafas dengan gusar. Bukannya tidak tau apa yang di maksud mamanya, Seno yakin bahwa sekarang Hanny sudah berada di rumah mamanya dan ini, saatnya dia melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.
Tansel mematikan mesin mobil tanda mereka sudah sampai di tempat yang dituju. Seno turun dan mengajak Sintia juga. Mereka masuk ke dalam salon tujuan dan memerintahkan pegawai salon untuk merubah penampilan Sintia.
"Ok, Son. Mity, Mity." Panggil seorang wanita jadi-jadian. (sory ya... othor ngak tau, mau kasih nama apa...!!! Jadi othor kasih nama wanita jadi-jadian aja yech...😁😁).
"Yes, Madam." Pegawai Salon menjawab panggilan.
"Ini, kamu bawah dia. Kamu tau apa yang harus dilakukan bukan?"
"Yes Madam, aku tau. Akan kubuat seperfek mungkin, hingga mata lelaki tak bisa lepas darinya. hehee..." oceh Mity dengan lebay.
"Ok." sahut madam Kenzi. Sebenarnya namanya Kenzo Fabrico, tapi ia lebih suka di panggil Kenzi.
"Ayo, Son. Kita bersantai sebentar dengan capuchino." ajak wanita jadi-jadian itu.
"Ok"
.
.
Rumah kediaman Nugraha
Hanny masih sesegukan, dengan cara apapun dia harus menggagalkan perceraiannya, karna dia masih sangat mencintai Seno dan semua yang dia lakukan semata-mata hanya untuk Seno.
"Sudahlah Hanny. Mama janji, mama akan bicara pada Seno. Mama sudah menyuruhnya untuk datang ke sini dan dia akan datang, sebentar lagi. Sekarang kamu masuk kamar dan istirahat, tidak baik untuk janinmu. Ayo, sekarang mama antar." Selena memberikan nasehat pada Hanny dan mengantarnya ke kamar Seno.
Setelah Selena kembali dan menemui suaminya yang berada di ruang kerja. Sampai di sana dia mendengar suaminya sedang menelpon seseorang.
"Cari tau semua yang terjadi di rumah sakit itu, jangan lewatkan sesuatu apapun." titah Ferdino pada orang di seberang telponnya.
"Pa.." sapa Selena pada suaminya.
Ferdino berbalik melihat istrinya di cela pintu.
"Papa menelfon siapa? Dan siapa yang sakit? Mama dengar tadi papa bicara soal rumah sakit." Selena mulai penasaran dengan suaminya.
"Oh, teman Papa, lagi butuh bantuan." Alibi Ferdino pada istrinya.
"Pa, bagaimana menurut Papa, antara Seno dan Hanny?" tanya Selena pada suaminya. "Apa Papa punya solusi untuk menyelesaikan masalah mereka?" tanya Selena lagi.
"Ma, kita harus tau dulu permasalahan mereka, dan kita juga harus mendengarkan dari kedua belah pihak, tidak hanya dari Hanny saja, tapi kita harus mendengar alasan dari Seno." jelas Ferdino.
"Tapi Pa, Hanny sedang mengandung anaknya Seno!" sarkas Selena, tidak setuju dengan suaminya.
"Tunggu saja sampai Seno datang."
"Terserah Papa, aku akan mempertahankan Hanny karna dia sedang mengandung cucuku." Selena berjalan keluar ruangan Ferdino. Selena berfikir dia tidak mendapat dukungan dari suaminya.
.
.
.
.
Di Salon
"Tuan, sudah selesai." ucap Mity, pegawai salon, sambil membawah Sintia ke hadapannya.
Seno berbalik menatap Sintia dari ujung kaki sampai ujung kepala. 'Cantik' batin Seno, matanya pun menatap Sintia tanpa berkedip, sampai Mity pun tersenyum puas.
"Tuan, sudah tatapnya! Lihatnya biasa aja kali, Tuan." ucap sintia yang risih dengan tatapan Seno.
"ha.. Jangan kepedean, aku melihat pakain dan aksesorismu, kasihan." kilah Seno.
"Apanya yang kasihan?" Sintia mengerutkan dahinya.
"Iya kasihan, barang bagus kamu yang pakenya, jelek." jawab Seno asal.
"hu...uu..." kesal Sintia dengan menghentak-hentakkan kakinya.
"Ayo." Ajak Seno sambil menggandeng tangan Sintia.
Sampai di mobil, Tansel sudah menunggu dengan membuka pintu mobil. Mereka Masuk dan Tansel menyusul ke kursi kemudi.
"Tan, kerumah besar." pinta Seno.
"Tuan, apa Nona Sintia juga akan ikut?"
"Ya." jawab Seno singkat.
Sintia mengerutkan dahinya. "Ikut ke mana?" tanyanya.
"Ke rumah calon mertua!" jawab Seno cepat.
"Apa." Sintia kaget dengan ungkapan Seno, mengatakan calon mertua.
"Ikut saja, dan tugasmu disana hanya berkata 'ya'." tambah Seno.
"'Ya' , maksudnya?" Sintia tak mengerti.
"Sekarang aku katakan padamu. Apapun yang terjadi di sana, kau harus berkata ya." jelas Seno.
"Tapi Tuan, apanya yang harus aku 'iya'kan? tanya Sintia lagi.
"Tidak ada tapi-tapian. Kau hanya harus berkata 'ya' dengan apa yang aku katakan. Dan jika kau tak melakukannya aku akan meminta ganti rugi atas apa yang kau dapatkan hari ini. Mengerti?" jelas Seno pada Sintia.
"Kenapa begitu, Tuan? Saya tak meminta semua ini, Anda yang memaksa saya." kesal Sintia.
"Saya tidak peduli." jawab Seno santai.
Sintia kesal dengan bosnya ini, mukanya cemberut sepanjang perjalanan.
.
.
Kediaman NUGRAHA
Tepat pukul 18.10. Mobil Seno, yang dikendarai Tansel, masuk ke halaman rumah besar itu. Tansel turun dan membukakan pintu untuk tuannya.
"Kau masih ingatkan dengan kata-kataku tadi?" ujar Seno pada Sintia, bukan sebagai pertanyaan melainkan seperti peringatan.
Sintia hanya mengangguk dan megikuti langkah Seno dari belakang. Setelah sampai di depan rumah Seno mengambil tangan Sintia dan digandengnya masuk kedalam rumah. Sintia hanya mengikuti saja apa yang dilakukan Seno, sambil membatin 'ada apa dengan orang ini? Apa yang akan dilakukannya padaku?' Itulah yang ada di pikiran Sintia sekarang. Sintia bukannya terlalu polos, dia merasakan sesuatu yang tidak enak yang akan terjadi.
"Sore Ma.." Seno mencium pipi mamanya dari belakang yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Begitulah Seno, walau dia terlihat cuek namun dia selalu hangat kepada mamanya.
"Kau sudah datang?" Selena hanya melirik Seno sekilas.
"Yes, as you can see," jawab Seno.
Selena berdiri menghadap Seno. Betapa kagetnya dia melihat Seno menggandeng seorang wanita bersamanya.
"Siapa dia Seno?" pekik Selena pada Seno.
Sintia kaget karna dirinya ditunjuk oleh wanita paruh baya di depan Seno, yang dia sendiri tau kalau itu adalah mamanya Seno.
"Ma, akan aku jelaskan."
"Tidak perlu dijelaskan, sekarang suruh dia pergi dari sini." marah Selena.
"Seno!" Tiba-tiba Hanny sudah berada di ruang tamu.
'itu wanita yang datang dikantor tadi siang, kok dia ada di sini?' batin Sintia, namun dia hanya diam menyaksikan perdebatan mereka.
"Ma..." panggil Seno.
"Seno, apa kamu tidak mendengarkan perkataan mama? Usir wanita itu sekarang juga!" titah Selena.
"Tidak bisa, Ma." bantah Seno. Sintia mengeratkan pegangan tangannya di telapak tangan Seno, dia sedikit takut.
"Kenapa tidak bisa? Ada hubungan apa kamu dengan dia?" tanya Selena dengan nada tinggi. Seno hanya diam dan membuat Mama Selena semakin geram. "Jawab Seno!"
"Ada apa ini?"
.
.
.
.
By... By...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
mini89
aq dah vote loh thor n kasi bunga😍😘 yg semangat thor
2023-03-02
0