Tepat pada pukul 05.50 Dena dibangunkan oleh sang Kakek. Segala macam cara sang Kakek membangunkan.
Dena berjalan malas menuju kamar mandi. Tidak terbayangkan oleh Dena kalau mandi di jam segini. Airnya dingin ditambah suasana yang dingin membuatnya mengeratkan gigi-giginya menggigil saat keluar dari kamar mandi.
Kakek yang melihat itu malah menertawakan sang cucu yang kedinginan.
Selesai sarapan, Kakek langsung mengajak Dena keluar berkeliling desa. Berkeliling di jam segini memang sangat cocok. Suasana adem, embun pagi pun masih terlihat di dedaunan. Matahari masih belum muncul namum sudah menampakkan fajar yang muncul di ufuk timur.
"Kamu masih ingat, Cu? Tempat ini yang selalu menjadi tempat kamu bermain dulu." ujar Kakek sambil menunjukkan tempat di pohon rindang, terdapat bebatuan besar di sana.
"Hehe, enggak, Kek." jawab Dena menyengir.
Mereka berkeliling sesekali menyapa penduduk desa di sana. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan.
"Cu, Kakek mau ke sawah dulu. Kamu mau ikut?" tanya Kakek.
"Enggak deh, Kek. Nanti sore aja Dena ikut Kakek ke sawah. Dena mau keliling dulu di sini kayaknya seru." tolak Dena.
"Bener mau keliling sendirian? Memangnya nggak takut nanti tersesat?"
"Enggak lah, Kek. Dena gak pergi jauh-jauh kok. Di sekitaran sini aja. Palingan Dena mentok nanti di ujung perkebunan teh." jawab Dena.
"Yaudah. Kakek tinggal nih ya? Kalau nanti mau pulang trus lupa jalan pulang, kamu tanya aja penduduk sini. Bilang di mana rumah Kakek Hari, mereka pasti tau."
"Iya deh, Kek. Yang terkenal sekampung mah iya." jawab Dena malas memutar bola matanya sempurna.
Kakek hanya tertawa melihat sang cucu kesal. Benar kalau Kakek Hari itu sudah terkenal di desanya. Selain mempunyai perkebunan, Kakek Hari juga mempunyai lahan sawah yang sudah beberapa ia sewakan untuk petani-petani di desanya. Wajar kalau Kakek Hari cukup terkenal di desa itu. Kakek Hari juga terkenal akan kebaikan hatinya, ramah, tidak sombong.
Sekarang tinggal Dena berkeliling sendirian. Sesekali ia menyapa penduduk desa di sana. Penduduk desa yang sangat ramah, mereka bertanya tentang Dena dari mana asalnya. Dena dengan antusias menceritakan bahwa dirinya adalah cucu dari Kakek Hari.
Dalam waktu singkat Dena sudah banyak disukai oleh penduduk desa karena kehumorisannya yang begitu melekat. Belum lagi sikap-sikapnya yang sulit ditebak.
"Hai, Neng. Mau ke mana nih pagi-pagi sendirian." sapa seorang bapak-bapak.
"Lagi jalan-jalan pagi, Kang... biasa." jawab Dena ramah.
"Oalah. Okelah kalau begitu lanjut atuh, Neng."
"Iya, Kang."
Karena letih, Dena berhenti di bawah pohon mangga yang berbuah lebat itu. Kebetulan ada kursi kayu panjang di sana membuat Dena langsung terlena akan nikmatnya pemandangan desa. Suara-suara burung berkicauan bersahutan dengan suara kokokan ayam.
Duk
"Awwwsshh..." Dena meringis saat satu buah mangga berhasil mendarat di kepalanya. Gadis itu menggosok kepalanya tepat dibagian mangga tadi mendarat.
Gadis itu menunduk mengambil buah mangga yang jatuh mengenai kepalanya tadi.
"Sue banget ah! Pagi-pagi bukannya ketiban uang eh malah ketiban mangga. Nasib, nasib!" gerutu gadis itu kesal.
"Tapi, mayan lah buat di makan. Kayaknya enak nih. Eh! Eh. Tapi, ada gak ya orangnya?" Dena menoleh ke belakang yang ia yakini adalah rumah pemilik pohon mangga itu.
"Kayaknya nggak ada deh. Tuh, pintunya aja ketutup. Gak pa-pa deh nimpuk di kepala." ujarnya tersenyum dengan buah mangga di tangannya.
Srakk srakkk
Dena mengernyitkan dahinya bingung. Dia melirik ke atas, tapi, tidak ada orangnya. Sekali lagi suara itu terdengar ke telinganya bedanya itu seperti suara dahan yang mau patah. Apakah mungkin?
Dena langsung menyingkirkan. Namun, baru beberapa langkah ia bergerak, benda itu langsung menimpanya.
Gadis itu memejamkan matanya erat. Bukan sakit yang ia dapat malahan seperti empuk. Lama kelamaan karena penasaran akhirnya gadis itu membuka matanya. Seketika bola matanya langsung melebar saat melihat benda yang menimpa tubuhnya itu.
"Yakkkkk...!!! Apa-apaan!!!" teriak Dena langsung mendorong pemuda itu. Ia langsung berdiri mengibas-ngibaskan bajunya yang kotor.
Yang didorong otomatis terjungkal ke belakang. Tubuhnya mendarat empuk di pohon mangga. Ia langsung meringis pelan.
"Siapa lo, hah!!!?" teriak Dena sambil berkacak pinggang. Menatap horor ke arah pemuda yang baru saja menimpanya tadi.
"Lo yang siapa main dorong-dorong orang sembarangan." balasnya lalu berdiri.
"Idih! Lo tuh yang udah nimpa badan gue. Eh, malah nyolot lagi lo!"
"Ya, sorry. Dahan pohon mangganya licin jadi gue kepleset." ujarnya meminta maaf.
"Lo... Lo nyolong mangga ya?!" selidik Dena menatap intens pemuda itu.
Tampak pemuda itu gelagapan. "A-apa? Gue cuma minta aja." kilahnya.
"Bohong! Beneran lo udah ijin sama yang punya mangga?"
Pemuda itu menggeleng. Kemudian ia tersentak kaget saat Dena tiba-tiba menepuk keras tangannya.
"Nah! Lo maling mangga kan. Hayo lho, ngaku gak lo!" ujar Dena menunjuk pemuda itu. Jari telunjuknya langsung ditangkap.
"Syutt... bisa diem gak sih? Jangan keras-keras ntar ketauan."
"Gue tuh orangnya gak bisa bohong. Jadi, gimana dong?" pancing Dena.
"Ya, gak usah bohong lah. Intinya lo jangan ngasih tau ke siapa-siapa. Nih! Balasannya gue bagi deh mangga yang tadi barusan gue petik. Kita bagi rata, gimana?" tawarnya.
Dena menggeleng sambil bersedekap da da. Saat mereka tengah berdiskusi tiba-tiba terdengar teriakan dari belakang sana.
"Hey! Maling mangga gue, sini lo pada!"
Dena dan pemuda itu saling pandang.
"Gue gak maling ya. Lo tuh yang maling." Dena menunjuk ke arah pemuda itu yang membawa mangga, menyimpannya di ujung baju kaosnya.
Pemuda itu langsung mengambil beberapa mangga yang ia simpan di bajunya lalu memberikan paksa ke tengan Dena membuat gadis itu melotot seketika.
"Pak, nih! Dia juga maling mangga Bapak!" teriaknya pada bapak-bapak yang berjalan ke arah mereka.
"Wah! Wah... Lo tuh... curang banget. Intinya gue gak maling mangga ya." balas Dena yang mulai kesal.
"Mana mau maling ngaku. Tuh! Buktinya dia pegang mangga bapak." tubuhnya lagi.
"Kamu lagi kamu lagi. Sudah saya bilang berapa kali, jangan suka maling mangga saya. Lihat! Sekarang kamu bawa partner cewek."
"Ya, maaf, Pak. Soalnya mangga bapak tuh enak, manis lagi makanya saya suka nyolong." balasnya terlalu jujur.
"What!! Jadi... Lo udah sering maling mangga di sini?" Dena dengan setengah berbisik.
"Iya. Kenapa?" tanya balik pemuda itu.
"Saya sudah capek menghukum kamu beberapa kali. Sekarang hukumannya saya beratkan."
"Waduh! Pak, Pak. Saya gak salah loh, Pak. Dia yang maling mangga bapak, bukan saya. Saya cuman difitnah, Pak. Yakali cewek secakep ini maling mangga orang." gadis itu kalang kabut dibuatnya. Belum juga seharian ia berada di kampung Kakeknya, eh sudah ada kejadian seperti ini.
"Saya tidak mau tau. Sekarang istri saya lagi mengidam." ujar bapak itu yang melenceng sedikit dari topik pembicaraan.
"Lahh... hubungannya maling mangga sama istri bapak ngidam itu apa, Pak?" protes pemuda itu heran.
"Ya, ada hubungannya. Istri saya sekarang ingin makan belut sawah. Jadi, hukumannya sekarang adalah, kalian carikan belut sawah untuk istri saya."
"What!!" teriak Dena frustasi.
"Kalian mau saya hukum seperti itu atau mau saya laporin ke pak rt, bisa jadi saya tuntut kalian karena telah mencuri." balas si bapak enteng.
"Wah! Wah. Ini gak adil namanya, Pak. Saya di sini juga difitnah, saya tuh nggak maling mangga bapak loh."
"Itu buktinya. Pokoknya saya tidak mau tau. Sekarang juga kalian carikan belut sawah untuk istri saya." si bapak berlalu begitu saja meninggalkan dua manusia yang tengah memikirkan nasib mereka.
"Lo sih! Jadi gini kan. Gue yang gak tau apa-apa eh malah ikut keseret. Apes bener dah!" gerutu Dena mendengus.
"Nasi udah jadi bubur. Mending kita cari belutnya sekarang juga. Keburu panas nih hari."
"Oh, ya. Nama lo siapa? Nama gue Fairel, panggil aja Arel." lanjutnya lagi sambil mengulurkan tangannya.
"Dena." jawab gadis itu menjabat tangannya.
.
.
.
mmmmhhh 😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
dena apes nih.. 🤭🤭🤭🤭.... gak apa dunk, anggap seru2an aja ya
2022-06-18
1
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Sakit ngga tuh, kepalanya kejatuhan mangga Dena 🤭
2022-06-18
1
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐌𝐀⃝🥀𝐗🧸ᴼᴺᴼᶠᶠ
yang bener tuh entar jangan nangis yah, soalnya dah gede loh wkwk
2022-06-18
1