Jodohku Di Kampung Kakek

Jodohku Di Kampung Kakek

Bab 1

"Minggu depan kamu Papa kirim ke kampung Kakek. Jangan banyak bertingkah atau semua fasilitas yang sudah Papa kasih akan Papa cabut lagi!"

"Apa!!! Papa, gak bisa gitu dong main ambil keputusan sendiri." protes seorang gadis dengan ekspresi terkejut. Apa-apaan ini? Baru juga pulang sekolah sudah disuguhkan drama seperti ini.

"Apa? Mau protes. Silahkan aja. Tapi, jangan salahkan Papa kalau besok kamu sudah menjadi gembel." balas si Papa dengan santai seolah-olah ucapannya mainan saja.

Dena, gadis yang baru saja menikmati masa mudanya kini harus dikekang oleh keposesifan sang Papa. Tidak mudah baginya menghadapi keposesifan itu. Semua segala aktivitas yang ia lakukan pasti akan diketahui oleh sang Papa terkecuali saat berada di kamar mandi.

"Papa!!" Dena menghentakkan kakinya dengan wajahnya yang masam.

"Persiapkan diri kamu untuk minggu depan. Sekarang cepat ganti baju, Papa akan mengajak kamu berbelanja untuk keperluan minggu depan."

Wira, sang Papa berlalu begitu saja sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya. Meninggalkan sang anak yang kini terlihat kesal bin sebel.

Dengan wajah kesalnya Dena langsung memasuki kamarnya. Menutup pintu itu dengan kasar. Wira yang masih berada di bawah melihat tingkah anaknya itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Dia benar-benar anak kamu, Na. Persis seperti sifatmu saat sedang merajuk." gumam Wira menatap bingkai foto berukuran besar yang terpajang di dinding samping anak tangga.

Wira ditinggalkan oleh mendiang istrinya untuk selama-lamanya. Menitipkan anak perempuan mereka satu-satunya. Sejak saat itu Wira memulai segala keposesifannya. Tidak tanggung-tanggung, Wira bahkan menyewa beberapa bodyguard untuk menjaga keamanan sang anak. Tapi, bodyguard yang ia sewa bahkan sudah gugur sebelum memasuki medan perang.

"Papa jahat! Arghhhhh..." teriak Dena yang langsung melemparkan barang-barang di meja riasnya. Bunyi barang-barang yang dilempar tersebut langsung terdengar di telinga Wira. Pria itu membiarkan. Nanti juga tenang sendiri.

"Kenapa sih? Kenapa... kenapa!!!"

Sehabis puas menyalurkan segala emosinya, Dena langsung berjongkok di sisi kasurnya. Gadis itu menangis sesegukan sambil mengomel tidak jelas.

Hanya karena ketahuan berpacaran dengan Kakak kelasnya, ia sudah diperlakukan seperti ini. Bukan sesekali, tapi, sering kali. Dena harus mengakhiri hubungan asmaranya dengan para lelaki. Mereka yang menjalin hubungan dengan Dena pasti akan langsung mundur begitu melihat siapa pawangnya.

Tok tok tok

"Sayang, marahnya udahan belum?" terdengar suara sang Papa sambil terus mengetuk pintu kamarnya.

"Papa capek nih. Kepala Papa pusing rasanya mau pingsan."

Hening

"Sayang beneran kamu gak perduli sama Papa? Ya udah, Papa kabur aja ke planet mars biar kamu gak marah lagi sama Papa."

Dena langsung mengangkat wajahnya yang sembab begitu mendengar kalimat itu, gadis itu langsung berlari mendekati pintu dan membukanya.

Ceklek

"Say---"

Grepp

Dena langsung memeluk erat tubuh sang Papa. Menghirup dalam-dalam aroma yang selalu membuat pikirkan tenang. Selalu membuatnya merindukan pelukan itu. Pelukan yang selalu memberikannya ketenangan, kehangatan, sandaran. Semuanya ada di situ, dipelukan sang Papa. Cinta pertamanya, lelaki yang selalu ada di hatinya.

"Dena gak marah lagi." gumam Dena seraya menggelengkan kepalanya.

"Bener gak marah lagi sama Papa?" tanya Wira yang langsung membalas pelukan sang anak. Mengelus kepala gadis itu dengan sayang.

Pembantu yang bekerja di sana tersenyum tiap kali meihat adegan menggemaskan dari Ayah dan anak tersebut. Hidup mereka terasa berwarna dengan segala tingkah anak majikannya itu. Walau mereka sering dibuat pusing kalau anak majikannya itu sudah meminta sesuatu hal.

Dena hanya mengangguk tanpa bersuara. Ia masih betah memeluk tubuh sang Papa yang selalu menjadi rumah saat ia merasa letih. Selalu menjadi payung saat turunnya hujan, menjadi tiang untuk ia berdiri kokoh.

Wira melepaskan pelukannya. Menangkup kedua pipi Dena, mengusap sisa-sisa air mata di pipinya. Lalu beralih mencium kening sang anak. Pria itu sangat menyayangi permata hatinya. Dena adalah titipan dari Tuhan yang membuatnya selalu bangkit di saat segala keluhan. Selain itu, Dena adalah buah hatinya yang dititipkan oleh mendiang istrinya dulu. Ia begitu menyayangi gadis kecilnya. Tidak membiarkan ada lalat atau pun semut yang menghampiri gadis itu.

"Bajunya kok belum diganti, hem? Kan Papa mau ngajakin belanja."

Dena kembali manyun. "Papa udah bikin aku kesel." ujar gadis itu cemberut.

"Papa harus gimana nih biar putri kecil Papa bahagia?"

Seulas senyum Dena terbit begitu mendengar tawaran yang ia anggap sebagai sogokan saat ia merajuk. Wira yang melihat itu hanya tersenyum mengerti.

"Yaudah. Mandi sana, ganti bajunya. Papa tunggu di bawah. Jangan lama-lama ya?"

"Siap, Papaku tersayang... cupp..." Dena sumringah lalu memberikan satu kecupan manis di pipi sang Papa. Kembali masuk ke kamarnya membiarkan barang-barangnya bergeletakan di lantai kamar.

Wira hanya geleng-geleng kepala dibuatnya. Semakin hari putri kecilnya itu malah semakin bertambah manja. Tidak apa. Wira tidak menyesal karena telah memanjakan anaknya. Pria itu berpikir nanti kedepannya pasti putri kecilnya itu akan berpindah tangan ke laki-laki yang akan menjadi suaminya nanti. Makanya sebisa mungkin Wira memberikan segala perhatiannya, memberikan segala fasilitas yang ia punya. Mungkin orang di luaran sana akan berpikir itu berlebihan, tapi, bagi Wira itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri baginya.

Hidupnya hanya ada putri kecilnya itu. Lambat laun putri kecilnya pasti akan meninggalkan dirinya, membangun rumah tangganya sendiri di kemudian hari.

Tidak ada niatan sedikit pun bagi Wira untuk menikah sekali lagi, memberikan Ibu sambung untuk anaknya itu. Tapi, ia tidak tahu kedepannya akan bagaimana. Kalau sudah diberi jalannya, pria itu akan menerima. Kalau sudah ditakdirkan hanya untuk mencintai seorang wanita, yaitu mendiang istrinya, maka pria itu juga akan terima.

Tidak jarang, malahan sering, bagitu banyak wanita yang datang kepadanya. Mencoba merebut perhatiannya melalui putri kecilnya. Akan tetapi, mereka semua mundur begitu berhadapan dengan Dena. Sebisa mungkin Dena selalu menghalau wanita-wanita yang datang kepada Papanya itu.

Wira malahan senang kalau putri kecilnya itu sudah bertindak. Keputusan gadis itu adalah mutlak baginya. Hal itu termasuk ke golongan benar. Kalau salah? Jangan harap gadis itu bisa bersantai.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Dena segera keluar dari kamarnya menemui sang Papa.

"Papa, beneran udah gak marah sama aku?" tanya Dena sambil mendongakkan kepalanya karena tinggi badan sang Papa jauh darinya.

"Iya, Sayang. Kenapa?"

"Jadi gini... Papa kan udah gak marah lagi... boleh dong ya itunya dibatalin aja." bujuk Dena sambil kedua jari telunjuknya disatukannya.

"Apanya yang mau dibatalin, hm?" tanya Wira sedikit curiga dengan perkataan putrinya.

"Anu, Pa..."

"Apa, Sayang. Papa bukan peramal yang bisa meramal pikiran pikiran kamu lho."

"Itu... Papa bilang Papa mau kirimim aku ke kampung halaman Kakek. Batalin ya, Pa? Ya ya ya ya..." gadis itu mengeluarkan jurusnya.

"Huummm... gimana yah? Papa juga gak tau nih." balas Wira tak tahan ingin tertawa melihat ekspresi anaknya.

"Lahh! Kok nggak tau? Papa gimana sih! Dia yang ngomong eh malah bingung sendiri." ujar Dena cemberut dengan tangan ia silangkan ke da da.

"Sumpah, Papa nggak bohong. Emngnya kapan Papa bilang gitu?" tanya Wira sengaja memancing kemarahan Dena.

"Ish! Papa!" teriak Dena kesal langsung berlalu meninggalkan Wira.

Wira lekas mengejar anaknya yang kini sudah masuk ke dalam mobil. Pria itu juga masuk ke jok belakang, duduk di samping Dena. Sementara supir yang akan mengemudi.

"Jalan, Pak!" titah Wira langsung mendapat anggukan dari sang supir.

"Anak Papa kenapa nih cemberut gini? Nanti cantiknya hilang loh." goda Wira, tapi, gadis itu malah menyueki Papanya.

"Beneran nih ini ceritanya lagi ngambek sama Papa. Beneran nih?" ledek Wira.

Sontak Dena langsung menatap Papanya lalu memeluknya. Tangannya melingkar erat di perut sang Papa.

"Papa, batalin ya?" bujuk Dena lagi.

"Gak bisa, Sayang. Papa udah terlanjur bilang sama Kakek di sana." balas Wira.

"Ih! Kok gitu sih, Pa. Aku masih sekolah loh. Gimana konsepnya mau berangkat ke sana?"

"Kamu gak ingat? Minggu depan kan udah libur. Libur semester pertama?"

Dena langsung kicep. Si Papa bener-bener tau segala jadwalnya.

"Tapi, Pa. Nanti aku gak ada temen di sana. Lagian di kampung Kakek itu sempit, Pa." adu Dena mengingat hari terakhir ia berkunjung ke rumah Kakeknya.

"Nah! Nah. Apa Papa bilang sebelumnya?" peringat Wira.

"Iya, Pa, maaf. Gak boleh sombong."

"Pinter! Papa ngedidik kamu bukan untuk menyombongkan diri. Hargai dan hormati. Paham?" tanya Wira. Pria itu selalu mendidik anaknya lembut namun tegas.

"Tapi, Pa... aku belum terbiasa di sana." ucap Dena.

"Nggak pa-pa. Perlahan-lahan. Ingat! Jangan sampai menghina seseorang. Papa dulu berasal dari sana dan berjuang hingga saat ini dan lihat... apa yang Papa dapatkan. Papa sukses, Sayang. Itu berkat kerja keras Papa. jadi, kamu jangan mau kalas sama Papa. Belajar yang rajin, jangan malas. Ya?"

Dena mengangguk mendengar petuah sang Papa. Tidak heran ia kalau melihat sang Papa yang berpindah profesi. Tapi, Dena tidak pernah membantah. Apa yang dibilang Papanya memang benar.

"Sudah sampai, Tuan." sahut supir yang mengemudi.

"Baik, Pak. Terima kasih. Bapak istirahat dulu aja atau mau cari makan, minum gitu, Pak?"

"Baik, Tuan." jawab supir.

"Ayo, Sayang! Kita keluar, banyak yang harus kita beli untuk persiapan kamu nanti ke sana."

Terpopuler

Comments

novina jamillah

novina jamillah

aku mampir say🥰😘

2022-10-16

1

Zabdi Zabdan

Zabdi Zabdan

hai....aku mampir

2022-07-19

1

azril arviansyah

azril arviansyah

lanjut

2022-07-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Promo novel My Teacher
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105 (End)
107 Seasons 2 hadir
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Promo novel My Teacher
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105 (End)
107
Seasons 2 hadir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!