Bab 2

Tepat hari ini keberangkatan Dena akhirnya tiba. Sepanjang perjalanan menuju bandara gadis itu tampak murung. Ia tidak rela berpisah dengan Papanya.

"Sayangnya Papa, jangan sedih gitu. Kan cuma sebentar abis itu pulang lagi ke sini." ucap Wira.

"Papa gak takut Dena tinggal?" tanya Dena yang kini sudah pasrah ia mau dikirimkan ke kampung halaman Kakeknya.

"Kenapa harus takut? Di sini banyak yang jagain Papa. Tuh! Ada pak supir dan beberapa bodyguard dan pengawal Papa." jawab Wira menyombongkan diri.

"Tuh! Papa sendiri sombong. Gak boleh gitu, Papa."

"Iya, Sayang, iya. Papa becanda doang kok." balas Wira.

"Papa ulang ya? Kenapa Papa harus takut kalau Dena ninggalin Papa?" tanya Wira ulang.

"Papa gak takut nanti ditempelin lintah bulu?"

"Haa? Lintah bulu? Apa itu, Sayang?" tanya Wira terkaget.

"Iya, itu si cewek-cewek yang deketin Papa. Mereka kan lintah bulu."

"Kenapa harus lintah bulu? Papa kira ulat bulu yang gatal-gatal itu."

"Iya, Pa. Ini tuh udah aku kombinasikan. Lintah kan suka nempel, kalau udah nempel tuh susah lepas. Nah kalau ulat bulu yang gatal itu kan bulu-bulunya. Jadi lintah bulu. Yang suka nempel sama kegatelan. Bener kan, Papa?"

Wira hanya tersenyuk kikuk sambil menggaruk kepalanya tidak gatal. "Gitu ya? Papa kok baru tau sih ada hewan semacam itu."

"Papa sih kerjaannya kerja terus. Jadinya kan kurang update." ejek Dena.

"Papa kerja kan buat kamu. Tuh! Liat. Jajan kamu aja udah kayak beli sepatu."

"Eh! Enggak ya, Pa. Nggak gitu konsepnya. Uang Papa tuh uang aku juga. Ngerti gak, Pa?"

Wira tersenyum kikuk. Yang ia tahu hanya kata-kata "uang suami uang istri juga"

Sang supir yang mengemudi hanya menahan tawa karena mendengar obrolan majikannya itu.

Setelah moment drama tadi, sini mereka dilanda moment mengharukan. Dena memeluk erat tubuh sang Papa. Rasanya tidak rela berpisah dengan Papanya. Beda dengan Wira. Pria yang masih berusia 38 itu juga berat melepaskan kepergian anak satu-satunya. Meski hanya sementara tapi rasanya begitu kentara.

"Jaga diri kamu baik-baik di sana ya? Nanti kalau ada apa-apa cepat kabari Papa." ujar Wira mendaratkan ciuman bertubi-tubi di kening dan pipinya.

"Papa juga jaga diri. Jangan lupa nanti telfon aku ya, Pa."

"Iya, pasti Papa telfon kamu kok."

"Gih! Pesawatnya udah mau lepas landas." ujar Wira.

"Bye, Papaku sayang."

"Dahhh, Sayangnya Papa." keduanya saling berdadah tangan.

Pesawat yang Dena tumpangi kini sudah lepas landas. Jarak antara kota Jakarta menuju pulau Kalimantan hanya memerlukan waktu sekitar 1 jam 40 menit. Lalu dari bandara menuju rumah Kakeknya harus menaiki taksi memakan waktu kurang lebih sekitar 5 jam.

Kini Dena telah sampai, ia berdiri tepat di depan rumah sederhana yang sangat ia kenali. Belum juga mengetuk pintu rumah, tiba-tiba pintu itu langsung terbuka. Dena tersenyum melihat pria paruh baya yaitu Kakeknya membukakan pintu untuknya.

"Cucu Kakek..." Dena melepaskan pegangannya dari kopernya lalu mendekati sang Kakek, memeluknya erat.

"Kakek apa kabar, Kek?" tanya Dena yang kini masih berada di dalam dekapan Kakeknya.

"Kabar Kakek baik, Cu. Kamu gimana? Sudah gede ya, cantik pula." puji Kakek membuat Dena tersenyum.

"Kakek juga tidak kalah tampan."

"Masa sih, Cu? Perasaan Kakek makin tua aja. Nih liat! Gigi Kakek aja terisa berapa biji."

"Hahahaa... mana ada gigi berbiji, Kek. Kakek nih ada-ada aja." celetuk Dena sambil tertawa.

"Eh! Eh. Masuk dulu. Sini! Kakek bawakan kopernya." ujar Kakek menyambar koper Dena.

"Gak usah, Kek. Biar Dena aja. Kakek udah tua takut nanti pinggangnya encok." canda Dena langsung mendapat timpukan di bokongnya.

"Aduhh! Kakek, cucu baru datang masa udah ditimpuk sih." rengek Dena.

"Kamu itu ya! Tidak berubah sama sekali. Dan Kakek menyukai itu... hahahaa..."

"Ayo, sini! Kakek antar kamu ke kamar kosong. Kemarin sudah Kakek bersihkan mengingat kamu mau datang."

"Kakek sering olahraga ya? Perasaan tubuh Kakek makin bugar deh. Kalah nih akunya yang masih muda."

"Makanya sering olahraga, Cu. Mentang-mentang orang kota tapi malas olahraga." ledek Kakek.

"Lahh... aslinya juga orang kampung, Kek." balas Dena tertawa. Benar juga. Papanya berasal dari kampung sedangkan Mamanya dulu juga berasal dari kampung sebelah cuman beda kecamatan saja. Lalu Papa dan Mamanya menikah, merantau ke luar kota dan berakhir dengan sukses.

"Istirahat dulu ya, Cu. Kamu pasti capek naik pesawat."

"Naik pesawat mah nggak capek, Kek. Yang capek itu naik taksi. Pinggangku pegel nih." adu Dena.

"Masih muda tapi pinggangnya udah encok. Nanti deh Kakek panggilin tukang pijit biar badan kamu enakan. Istirahat dulu ya? Kakek mau ke warung sebentar."

"Iya, Kek."

Dena tertidur. Gadis itu bangun tepat pada pukul lima sore. Lalu mengemaskan barang-barangnya, meletakkannya ke dalam lemari kayu.

"Cucu Kakek. Udah bangun belum nih?" tanya Kakek dari luar sana.

"Udah, Kek. Nih aku mau mandi." jawab Dena kemudian mengambil handuk di dalam kopernya lalu membawa baju ganti sekalian, keluar kamar menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur.

Tidak lama kemudian Dena keluar, gadis itu sudah memakai pakaian lengkapnya. Kepala masih terbungkus dengan handuk karena tadi ia keramas.

"Kamu lapar nggak? Kan habis pejalanan jauh. Mau Kakek masakin apa?" tanya Kakek yang saat itu baru masuk dari pintu belakang sambil membawa keranjang rotan berukuran kecil.

"Kakek abis dari mana? Bawa apa tuh?" tanya Dena kepo lalu mendekati sang Kakek.

"Kakek abis dari kebun. Nih, bawa sayur." Kakek menunjukkan isi keranjangnya.

"Wuih! Ini apa, Kek. Wortel ya? Tapi, kok warnanya putih. Perasaan Dena wortel itu warnanya jingga deh." celetuk Dena yang begitu penasaran langsung mengambil sayur itu. Membolak-balikkannya saking penasarannya.

"Ini namanya lobak. Eh! Eh, jangan dimakan, Cu!" Kakek langsung merebut lobak di tangan Dena karena gadis itu hampir memakannya.

"Ish! Kenapa, Kek? Dena tuh penasaran gimana rasanya."

"Jangan dimakan, Cu. Ini gak enak kalau dimakan mentah, beda lagi dengan wortel yang dimakan mentah tuh enak." jelas Kakek.

"Yahh... Dena kira, Kek." balas Dena murung.

"Mending kamu bantuin Kakek masak yuk! Sekalian belajar nanti jadi istri yang baik buat suaminya."

"Kakek! Jangan bahas istri-istrian, Dena gak suka." ujar Dena merengut.

Kakek hanya terkikik pelan. Hobi tersendiri baginya kalau sudah membuat cucu satu-satunya itu kesal.

"Nih! Bantu Kakek motongin bawangnya." Kakek meletakkan bawang merah dan bawang putih di atas talenan yang terbuat dari kayu, meletakkan pisau juga di sampingnya.

"Bawang, Kek?" Dena meringis. Gadis itu memang kurang ahli dalam urusan masak-memasak.

"Iya, bawang. Jangan bilang kalau cucu Kakek ini gak tau cara motong bawang?"

Dena hanya tersenyum menyengir. Menatap sang Kakek dengan raut wajah polosnya.

"Ampun, Cu, Cu. Umur kamu udah 16 tahun gitu masa gak tau sih. Kalah nih sama Kakek yang udah tua." ledek Kakek.

"Ya, mau gimana lagi, Kek. Namanya juga gak tau ya mau digimanain lagi?"

"Nih ya! Kakek ajarin kamu. Besok-besok udah harus pandai ya." Kakek dengan telaten mengajari Dena caranya memotong bawang dengan benar. Rupanya Dena begitu cepat tanggap. Walau hasil potongannya tidak teratur tapi tidak apa lah.

"Nah! Gitu caranya. Sekarang bantu Kakek motongin lobaknya trus ini kentangnya juga sekalian."

"Kulitnya dikupas dulu. Tipis-tipis aja ngupasnya."

"Gini ya, Kek?" ujar Dena memperagakan.

Kakek hanya mengangguk sambil memperhatikan sang cucu yang berkutat di dapur.

Malam pun menyapa, Dena dan sang Kakek sudah selesai makan hasil dari memasaknya tadi. Sekarang Dena dan Kakek sedang duduk di teras luar.

Angin malam yang menyapa membuat Dena mengeratkan selimut di tubuhnya. Memang menggelikan melihat Dena yang memakai selimut di teras luar.

"Besok Kakek ajak keliling desa mau?" tawar Kakek.

"Terserah Kakek aja. Dena ngikut." jawab Dena.

"Yaudah, masuk gih! Udah malam waktunya istirahat. Besok bangun pagi-pagi jangan lupa." titah Kakek.

"Dena masuk dulu ya, Kek? Kakek juga masuk, tidur. Jangan kelamaan di luar, dingin, Kek." ujar Dena lalu bangkit dari duduknya, masuk ke dalam.

Terpopuler

Comments

azril arviansyah

azril arviansyah

penasaran nih

2022-07-17

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

dena belajar masak bareng kakek? mmm ternyata kakek pinter masak..

2022-06-18

1

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

Bener sih wortel langsung di makan gitu lebih enak dan menyusul menyehatkan

2022-06-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Promo novel My Teacher
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105 (End)
107 Seasons 2 hadir
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Promo novel My Teacher
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105 (End)
107
Seasons 2 hadir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!